CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

15 November 2007

Sejarah Perahu Bidar / Pancalang Palembang

 Lomba Mendayung di Sungai Musi saat Perayaan Penombatan Ratu Wilhelmina di Palembang 1898 Sumber : Kitlv.nl

Kelahiran perahu bidar tidak terlepas dari kondisi dan situasi kota Palembang, yang dikelilingi banyak sungai beserta anaknya. Data terakhir, anak sungai yang dulunya berjumlah 108, kini tinggal 60 anak sungai.

Lomba Bidar saat ini (2007)
Dahulu, untuk menjaga keamanan wilayah,diperlukan sebuah perahu yang larinya cepat. Kesultanan Palembang lalu membentuk patroli sungai dengan menggunakan perahu.

Ketika itu perahu berpatroli itu disebut perahu pancalang, berasal dari pancal dan lang/ilang. Pancal berarti lepas, landas dan lang/ilang berarti menghilang. Singkatnya pancalang berarti perahu yang cepat menghilang.

Perahu ini dikayuh 8-30 orang, bermuatan sampai 50 orang. Memiliki panjang 10 sampai 20 meter dan lebar 1,5 sampai 3 meter. Karena bermuatan banyak orang, Pancalang juga digunakan sebagai alat angkutan transportasi sungai. Raja-raja dan pangeran kerap pula menggunakan pancalang untuk plesiran.

Gambaran bentuk pancalang diungkapkan secara detil dalam buku Ensiklopedi Indonesia NV, terbitan W Van Hoeve Bandung’s Gravenhage . Disebutkan, Pancalang perahu tidak berlunas, selain sebagai perahu penumpang, ia juga dijadikan sarana untuk berdagang di sungai. Atapnya berbentuk kajang, kemudinya berbentuk dayung dan digayung dengan galah atau bambu.

Perlombaan bidar di sungai musi tahun 1900 Sumber : Kitlv.nl
Menurut para ahli sejarah, perahu Pancalang inilah asal muasal lahirnya perahu bidar. Agar terjaga kelestarian perahu bidar, digelarlah lomba perahu bidar yang berlangsung sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Lomba ini sering disebut wong doeloe dengan sebutan "kenceran".

Pada zaman kolonial Belanda biasanya bidar di selenggakan pada saat kedatangan ratu dan keluarganya dari kerajaan belanda. Kini, tampilan perahu bidar sedikit berbeda dengan masa Kesultanan Palembang. Ada dua jenis yang kini dikenal.

Pertama,perahu bidar berprestasi. memiliki panjang12,70 meter,tinggi 60 cm dan lebar 1,2 meter. Jumlah pendayung 24 orang, terdiri dari 22 pendayung,1 juragan serta 1 tukang timba air. Perahu ini dapat dilihat setiap 17 Juni, bertepatan dengan hari jadi kota Palembang.       

Jenis kedua perahu bidar tradisional. memiliki panjang 29 meter, tinggi 80 cm serta lebar 1,5 meter. Jumlah pendayung 57 orang, terdiri dari 55 pendayung, 1 juragan perahu serta 1 tukang timba air. perahu ini dapat disaksikan pada setiap Agustusan, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Perlombaan bidar di sungai musi tahun 1900 Sumber : Kitlv.nl

Sumber tulisan : di rangkum dari berbagai tulisan.
Sumber Foto Lama : kitl.nl

No comments:

Post a Comment