CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

30 April 2008

Wahana Permainan di KIF Park



Salah satu jenis wahana permainan yang ada di KIF Park area di mana selain alat tersebut ada juga trampolin, kereta api dan lain sebaginya.

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang

Gerbang depan rumah sakit pelabuhan Palembang di kawasan Boom Baru


Ruangan VIP
Rumah Sakit Pelabuhan Palembang bermula dari didirikannya unit kesehatan (UKES) pada tahun 1974 yang merupakan bagian dari organisasi BPP (Badan Pengusahaan Pelabuhan) Palembang sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi karyawan dan keluarganya. Pada saat itu pelayanannya baru berupa Rawat Jalan, Rawat Inap Bersalin, dan Apotik. 

Dengan adanya perkembangan Pelabuhan Palembang, maka pada tahun 1980 mulailah dibangun sebuah sarana Rumah Sakit yang terletak di Jalan Mayor Memet Sastrawirya dibekas daerah Asrama TNI AD, yang diresmikan pada tanggal 02 Oktober 1981 oleh Dirjen Perhubungan Laut dengan sarana pelayanan berupa Rawat Jalan + UGD, Rawat Inap Umum dan Kebidanan dengan kapasitas 50 bed, Apotik, Radiologi dan Laboratorium, dengan nama "Rumah Sakit Boom Baru".
 
Prasasti peresmian rumah sakit pelabuhan Palembang
Perkembangan Rumah Sakit Boom Baru tidak terlepas dari perkembangan/ perubahan status Perusahaan induknya yaitu Pelabuhan Palembang yang semula berbentuk PN. Pelabuhan, pada tahun 1984 berubah menjadi Perum Pelabuhan II, kemudian tahun 1992 berubah menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II, dimana Pelabuhan Palembang merupakan salah satu  Cabang Pelabuhan dibawah PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II.

Tepat berdampingan dengan tangki raksasa CPO
Dalam rangka kemadirian dan profesionalisme usaha, maka Direksi PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II menetapkan Rumah Sakit-Rumah Sakit Pelabuhan dijadikan unit usaha yang berdiri sendiri dan pada tanggal 1 Mei 1999 secara resmi berdiri PT.Rumah Sakit Pelabuhan dan nama "Rumah Sakit Boom Baru Pelabuhan" diganti dengan nama "Rumah Sakit Pelabuhan Palembang" yang merupakan salah satu Rumah Sakit yang berada dibawah PT.Rumah Sakit Pelabuhan. 

Sejak saat itu promosi untuk pasien umum terus ditingkatkan, peralatan medis yang dibutuhkan dilengkapi secara bertahap, kopetensi tenaga medis dan paramedis terus ditingkatkan, sehingga masyarakat sudah mengenal "Rumah Sakit Pelabuhan Palembang" sebagai Rumah Sakit yang melayani pasien umum dan mudah dijangkau.
 
Sumber Tulisan : http://rspelabuhan.com/

Kuliner Area Di kawasan Pasar Kuto

Jejeran warung-warung yang menjual makanan khas Palembang di kawasan Pasar Kuto

Jejeran warung-warung makan  ini berada beberapa meter dari pertigaan depan pasar Kuto, sebelah kiri. Seperti khasnya warung kopi, menu makanan berupa makanan kecil khas Palembang maupun nusantara. Tidak ada papan nama tertulis didepan. Parkirnyapun terbatas. Mobil mesti parkir disamping atau seberang jalan. Walau begitu, tempatnya cukup nyaman. 

Saya lupa persisnya berapa jenis kue-kue yang tersaji disana nampan di atas .  Tapi tak kurang dari 10 jenis makanan yang dianter pembuatnya silih berganti. Tampaknya kebanyakan kuenya merupakan titipan masyarakat sekitar. Warungnya sendiri bukan sampai pukul 2 atau 3 pagi.

Minuman khas disini (selain kopi tentunya) adalah teh susu. Banyak yang menyebut tempat makan di sini warkop H. Anang padahal, warkop Haji anang senidiri sudah lama tutup dan tempatnya tidak jauh dari warung nasi minyak H. Abuk.

29 April 2008

Warung Nasi Minyak H. Abuk Pasar Kuto

Siapa yang tidak kenal dengan warung nasi Minyak H.Abuk di kawasan nasi kuto ini menyediakan sajian dengan nama nasi minyak baik dengan lauknya dengan kari, malbi, ayam kecap ataupun burung, tinggal di sesuaikan dengan selera.

Kambang Iwak



Lokasi yang terletak di seputaran hotel swarna dwipa dan juga rumah dinas walikota merupakan tempat yang sering di pakai berolahraga dan bersantai apa lagi sejak di buka kif park di sana.

Gerbang Stasiun Kertapati


Senja Di Musi II




Anak-Anak Berenang Di Bawah Jembatan Musi 2

 





28 April 2008

Bangunan Tua Di Pasar Kuto





 


Sama seperti di pasar sekanak yang banyak terdapat bangunan tua , di kawasan pasar kuto pun bangunan tua yang, sejak perpindahan dermaga dari kawasan sungai rendang yang saat itu sudah berkembang pesat ke dermaga boom baru di 5 ilir pada tahun 1924, menjadi kan kawasana pasar kuto pun ikut bergeliat tumbuh dan berkembang, banyak gedung-gedung mulai tumbuh di kawasan ini yang di kuasai oleh etnis arab, melayu ataupun cina.

Pasar Kuto Palembang




Pasar yang sudah ada sejak era tahun 1950-an, bersamaan dengan pembangunan pasar lemabang, Pasar Buah Temenggung, dimana pasar-pasar ini merupakan pasar penunjang selain pasar 16 ilir , di mana di pasar ini awalnya banyak perdagangan etnis arab yang berdagang di sini di karenakan dekat dengan guguk sungai bayas, terlihat bangunan-bangunan kuno yang menjadi saksi dari zaman-zaman yang telah di lewati, baik zaman kolonial ataupun kemerdekaan saat ini.

Komplek Anugrah Hotel



Selain hotel Anugrah di komplek ruko ini terdapat beberapa tempat yang menjual berbagai macam keperluan seperti makanan, souvenir khas Palembang, pakaian dan lain-lain

Jalan Kolonel Atmo

Suasana di Jl. Kolonel Atmo, keramaian nampak dengan banyaknya Angkot, Mobil pengangkut barang, becak dan lain sebagainya, kawasan yang di masa kolonial ini di sebut dengan talang jawa sekarang berkembang pesat sebagai salah satu sentra bisnis di kota ini.
--------------------------------------------------------------------------------
Siapakah Kolonel Atmo itu ?

Sejarawan Kota Lubukling gau, Suwandi mengatakan, pahlawan nasional Kolonel Atmo meninggal pada tahun 1948 dan tadinya dimakamkan di taman makam pahlawan di belakang Rumah Sakit Sobirin di dekat jurang bersama para pejuang lainnya. Pada tahun 1972, pemerintah melakukan pemindahan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Patria Bukit Sulap Lubuk linggau. 

"Pada tahun itu, pemerintah menggali kuburan para pejuang, kemudian tulang belulangnya dipindahkan ke TMP yang sekarang di dekat pengadilan negeri. Satu persatu makam saat digali diberi label nama-nama pahlawan. Nama Kolonel Atmo ada waktu itu, hanya saja saat dibawa label nama dia itu hilang, akhirnya sekarang tidak ada lagi makam Kolonel Atmo," paparnya. 

Dia mengajak seluruh sejarawan untuk duduk bersama membahas persoalan ini, karena Kolonel Atmo mer upakan sejarah besar bagi Kota Lubuklinggau. Namun kemudian hilang makamnya saat dilakukan pemindahan. 

"Kami dulu setiap 17 Agustus ziarah dimakam yang asli, saya ikut saat itu, jadi saya tahu, jadi kalau di sana ada cerita angker, saya rasa karena makam asli di sana, di pinggir jurang sana," ujarnya. 

Dia sangat menyesalkan tidak ada nama Kolonel Atmo di Taman Makam Pahlawan Patria Bukit Sulap Lubuklinggau, dan selaku dosen sejarah di STKIP PGRI Lubuklinggau, dia sangat miris karena banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah tugu Kolonel Atmo. 

"Jangan salah pikir dan jangan salah nilai, Kolonel Atmo itu meninggal memang saat uji coba senjata, tapi ingat bukan karenadia tidak paham senjata, dia itu ahli senjata, seluruh senjata yang dipakai pejuang Subkos Garuda itu dia dulu yang coba layak atau tidak dipakai," jelasnya. ( Sindo ) 

Kolonel Atmo Sampai Ke Sumatera Selatan

Pada waktu Markas Komandemen Sumatra di Bukit Tinggi, bekerja di Tambang Bara Ombilin, seorang pekerja bernama Atmo. Ia sangat ahli dalam bidang teknik dan bahan peledak. Atmo sangat ingin masuk TKR untuk menyumbangkan keahliannya, terutama untuk memperbaiki senjata-senjata yang rusak yang ada di kota Padang sesuai dengan keahliannya, sekaligus membuat senjata yang dibutuhkan oleh TKR. 

Keahlian Atmo termonitor oleh Markas Komandemen Sumatra dan oleh Panglima Komandemen ditetapkan untuk membantu Markas Komandemen. Kepala Staf Komandemen Kolonel Muhammad Nuh, mengusulkan Atmo untuk dipindahkan dari Ombilin ke Tanjung Enim. Karena Kolonel Muhammad Nuh tahu persis bahwa di tempat itu masih banyak tersedia bahan-bahan yang bisa dijadikan dinamit, dan di kota Lahat tersedia sebuah bengkel Kereta Api, yang tentu saja peralatannya sangat dibutuhkan untuk memerbaiki dan membuat senjata.

Usul Kolonel Muhammad disetujui oleh Panglima Komandemen Sumatra. Lalu Atmo dipindahkan ke Lahat untuk tugas memperbaiki senjata senjata yang rusak, merawatnya, dan membuat senjata-senjata yang baru bagi kepentingan TKR. Dengan demikian, Atmo yang ditugasi mengkoordinir pekerjaan itu, diberi pangkat Letnan Kolonel, diperintahkan untuk pindah dari Ombilin ke Lahat lalu ke Tanjung Enim, dibawah Panglima Divisi I Lahat. 

Setelah seluruh struktur tentara di Sumatra terbentuk dalam satu komando, Komandemen Sumatra menetapkan kota Bukit Tinggi sebagai Markas Besar dan kemudian pindah ke Prapat, Sumatra Utara.

Sumber tulisan : http://antonny-noeh.blogspot.com 

Ketek Wisata



Kapal/"ketek" yang sering di gunankan untuk mengangkut para turis yang ingin menyusuri sungai Musi.

Klik : Ketek

27 April 2008

KIF Park Palembang





 




 



 


KIF Park yang merupakan wahana baru di kawasan Kambang Iwak Besak yang memadukan antara konsep resto, permainan anak, permainan outdor, olahraga dan panorama, lumanyan menjadi daya tarik baru bagi yang mengunjunginya.

Hotel Swarna Dwipa Palembang




Progress Pembangunan Flyover Simpang Polda 27042008









PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang






PT. Adhya Tirta Sriwijaya (PT.ATS) merupakan satu-satunya perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengolahaan air minum yang bekerjasama dengan Pemprov Sumatera selatan mengembakan fasilitas air minum exs Kasiba yang berlokasi di prumans talang kelapa, dengan jangkauan di KM 10, KM 11, kebun Bunga, Asrama haji, Talang Buruk sehingga pada saat ini jumlah pelanggan ATS bisa mencapai 12 ribu satuan sambungan.