CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

28 May 2009

Situs Tegur Wangi Lama Pagaralam - Sumatera Selatan



Situs tegur wangi lama yang terdapat di daerah Pagaralam ini, banyak berisikan peninggalan dolmen dan menhir walaupun terletak dekat dengan persawahan penduduk tetapi situs ini terjaga dengan baik walaupun masih ada tangan jahil yang mencoret-coret peninggalan penting ini.


22 May 2009

Beda Warna

Walau beda warna, beda jurusan tetapi tetap memiliki kesamaan tujuan yaitu untuk memberikan pelayanan agar penumpang sampai ke tujuan,....kenapa seperti politik saja ya....?

20 May 2009

Komplek Pemakaman KI Gede Ing Suro

Komplek Pemakaman KI Gede Ing Sura di kawasan 2 ilir Palembang

Palembang - Kompleks pemakaman kuno ini sekarang menjadi bagian dari jalur hijau (green barrier) PT Pusri. Di kompleks pemakaman yang masuk dalam wilayah administratif Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan IT II Palembang, ini terdapat delapan bangunan dengan jumlah makam keseluruhan 38.

Salah satu tokoh yang dimakamkan di kompleks pemakaman yang dibangun sekitar pertengahan abad 16 ini adalah Ki Gede Ing Suro. Dialah pendiri kerajaan Islam Palembang, yang kemudian menjadi Kesultanan Palembang Darussalam.

Ki Gede Ing Suro adalah putra Ki Gede Ing Lautan, salah satu dari 24 bangsawan dari Demak yang menyingkir ke Palembang, setelah terjadi kekacauan di kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa itu. Kekisruhan ini merupakan rangkaian panjang dari sejarah kerajaan terbesar di Nusantara, setelah Kerajaan Sriwijaya yaitu Kerajaan Majapahit.

Raden Fatah yang lahir di Palembang adalah putra Raja Majapahit terakhir, yaitu Brawijaya V. Raden Fatah lahir dari Putri China yang disebut Putri Champa, setelah istri Brawijaya itu dikirim ke Palembang dan diberikan kepada putra Brawijaya, Ariodamar atau Ario Abdillah atau Ario Dillah.

Setelah dewasa, Raden Fatah bersama Raden Kusen, putra Ario Dillah dengan Putri China dikirim kembali ke Majapahit. Oleh Brawijaya V, Raden Fatah diperintahkan untuk menetap di Demak atau Bintoro sedangkan adiknya lain bapak, Raden Kusen, diangkat sebagai Adipati di Terung.

Pada masa menjelang akhir abad XV ini, Islam di Pulau Jawa mulai kuat. Saat terjadi penyerbuan oleh orang Islam terhadap Majapahit, prajurit kerajaan Hindu itu kalah dan Raja Brawijaya V menyingkir hingga kemudian mangkat. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Majapahit.

Setelah keruntuhan Majapahit, Sunan Ngampel Denta (wali tertua dalam Walisongo) menetapkan Raden Fatah sebagai Raja Jawa menggantikan ayahnya. Tentu saja, dengan pemerintahan Islam.

Raden Fatah, dibantu para wali, kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Surabaya ke Demak sekaligus menyebarkan agama Islam di daerah ini. Atas bantuan penguasa dan rakyat di
daerah yang sudah lepas dari Majapahit, antara lain Tuban, Gresik, Jepara, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1481 M.

Dia menjadi raja pertama dengan gelar Jimbun Ngabdur-Rahman Panembahan Palembang Sayidin Panata Agama. Raden Fatah yang wafat sekitar tahun 1518 M, digantikan putranya, Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang wafat tahun 1521 M.

Pengganti Pati Unus adalah Pangeran Trenggono (wafat tahun 1546 M). Wafatnya Sultan ketiga Demak ini merupakan awal dari kisruh berkepanjangan di kerajaan Islam yang sempat punya pengaruh besar di Nusantara itu. Tahta kerajaan menjadi rebutan antara saudara Trenggono dengan putranya.

Saudaranya, yang dikenal sebagai Pangeran Seda Ing Lepen dibunuh putra Trenggono, Pangeran Prawata. Prahara berlanjut dengan pembunuhan terhadap Prawata oleh Putra Seda Ing Lepen, Arya Penangsang atau Arya Jipang pada tahun 1549 M.

Menantu Trenggono, Pangeran Kalinyamat, juga dibunuh. Arya Penangsang akhirnya wafat dibunuh Adiwijaya. Menantu Trenggono yang terkenal sebagai Jaka Tingkir, Adipati penguasa Pajang ini kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Pajang. Dengan demikian, berakhir pula kekuasaan Demak pada tahun 1546 M setelah berjaya selama 65 tahun.

Akibat kemelut itu, sebanyak 24 orang keturunan Sultan Trenggono (artinya, keturunan Raden Fatah) hijrah ke Palembang di bawah pimpinan Ki Gede Sido Ing Lautan. Setelah Ki Gede Sido Ing Lautan yang sempat berkuasa di Palembang wafat, digantikan putranya, Ki Gede Ing Suro. Karena raja ini tidak memiliki keturunan, dia digantikan saudaranya, Ki Gede Ing Suro Mudo.

Sumber Tulisan : ramadan.detik.com

RSUP Moh Hoesin Palembang


RSUP Moh Hoesin Palembang
Rumah sakit yang menjadi pusat tempat salah satu pengobatan di Palembang ini selalu ramai setiap harinya, apalagi sejak di berlakukannya berobat gratis di Palembang, sal kelas 3 di RS ini selalu penuh, dan rencana kedepan di depan RS ini akan di bangun JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) yang bekerja sama dengan pihak ke III.

14 May 2009

Jembatan Ampera Palembang




Jembatan Ampera saat di bidik kemarin 13/05/2009.

Angkot Kertapati

Angkot Kertapati
Rute : Pasar - Kertapati
Warna Angkot : Kuning
Jenis Angkot : Mitsubishi L-300  atau Suzuki Carry 1,5
Rute : Jembatan Ampera - Jl Ryacudu - Jl A Yani - Jl KH Wahid Hasyim - Pasar Kertapati

13 May 2009

Guguk Jero Pager Plembang lamo

Tanggo Rajo


Lokasi : Kawasan 1 Ilir

DALAM sebuah perjalanan peninjauan dengan perahu kesultanan ke wilayah hilir Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo melihat sesuatu yang bercahaya. Sinar terang itu memancar dari gelapnya hutan di kawasan 1 Ilir.

Raja dari kesultanan Palembang ini memerintahkan hulubalangnya turun ke darat. Apa yang didapat Tampak olehnya dua gadis tengah mendenggung (menidurkan bayi dengan nyanyian) di buaian yang diikatkan pada galar rumah. Kedua gadis itu, Nyimas Naimah dan adiknya, Nyimas Perak, sedang menidurkan adik bungsu mereka, Kemas Jauddin. Cahaya yang memencar itu, bagi Sultan, merupakan sesuatu yang istimewa.
Jalan di kawasan 1 ilir

Karenanya, Sultan berkeinginan untuk bertemu dengan keluarga sang gadis. Nyimas Naimah merupakan putri sulung Tumenggung Jompong, keturunan bangsawan dari masa Kerajaan Palembang (semasa kekuasaan di Benteng Kuto Gawang, 1 Ilir).

Seusai pertemuan, timbul hasrat Sultan untuk meminang Nyimas Naimah. Inilah merupakan cikal bakal tumbuhnya GugukJero Pager Kota Plembang Lamo.

Sepuluh hari sebelum pertemuan dengan Sultan Nyimas Naimah bermimpi didatangi bulan. Banyak ahli falak dan penafsir mimpi yang kemudian mencemooh Naimah. Mereka mengatakan, bulan itu berarti raja dan tidak mungkin Naimah mendapatkan raja.

Perkataan ini mungkin ada benarnya, sebab berdasarkan deskripsi dari keluarga Nyimas Naimah yang ada saat ini, perempuan itu tidak dapat digolongkan berparas cantik. Namun, kenyataan memang berkata lain dan gadis ini kemudian menjadi istri keempat Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Dari perkawinan itu, lahir dua anak, yaitu Pangeran Yusuf dan seorang putri bernama Putri Batu Genem.
Sekalipun SMB I bertahta di Benteng Kuto Kecik, dia membangun rumah di kawasan 1 Ilir, bersebelahan dengan rumah ayahnya, Tumenggung Jompong. Sayangnya, rumah bersejarah itu kini tidak ada lagi sebab telah terjual tahun 1987 lalu dan di lokasi itu saat ini menjadi tanah lapang yang terhubung dengan SPBU terapung, yang letaknya di depan rumah Tumenggung Jompong saat ini.

Hal yang patut disayangkan juga, dokumen berisi peta, surat keterangan, dan silsilah keluarga yang disimpan di rumah Tumenggung Jompong (saat ini masih berdiri di tempatnya) diambil Belanda pada 1940, tepat dua tahun sebelum kekalahan penjajah ini dari Jepang. Selain bertahta di Benteng Kuto Kecik, rumahnya yang didiami bersama Nyimas Naimah, dijadikan sebagai istana. Di lokasi tepian Sungai Musi dekat kawasan ini, masih ditemukan tangga batu, tempat naik turunnya Sultan dari perahu kerajaan.


Stadion Kamboja Palembang








Stadion yang sudah lama terbengkalai ini sejak PS Palembang tidak lagi bergaung di kota ini di karenakan kalah bersaing dengan klub-klub sepak bola lainnya, sehingga markas nya sekarang ini juga ikut terbengkalai padahal dulu sering sekali nonton bola di stadion ini, sekarang stadion ini hanya di gunakan untuk konser, itupun fasilitasnya sudah banyak yang rusak.

Kantor Eks Pengembangan Kawasan TAA Palembang



Kantor Eks Pengembangan Kawasan TAA yang sekarang sudah beralih fungsi menjadi kantor Disperindag ini, karena sejak di tiadakannya lagi badan pengembangan kawasan TAA di karenakan terganjal kasus korupsi, maka sempat beberapa saat gedung ini fakum kegiatan walaupun BAZ masih berjalan di sini.

Angkot Bukit Besar

Angkot Bukit Besar
Rute : Pasar - Bukit Besar
Warna Angkot : Biru
Jenis Angkot : Kijang Capsul  atau Phanter
Rute : Jembatan Ampera - Jl Merdeka - Jl Tasik - Jl Jaksa Agung R Suprapto - JL Sri jayanegara - Bukit Siguntang

12 May 2009

Simpang Talang Kerangga Palembang



Simpang yang menghubungkan keberapa jalan ini di mana di bagian barat menghubungkan ke Jl. Jaksa Agung R Suprapto (Bukit Besar) di sebelah utara ke Jalan Kapt A Rivai di sebelah timur menghubungkan ke jalan KH Ahmad Dahlan dan di selatan menghubungkan ke Jalan KI Ronggo wiro sentiko.

Pasar Padang Selasa Palembang




Pasar yang tidak terlalu besar ini terletak di ujung jalan Padang selasa dan jalan Purti rambut selako, tetapi walau tidak terlalu besar banyak masyarakat sekitar yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan sehari-harinya di pasar ini, dan walau kecil pasar ini cukup bersih.

Green Barrier PT Pusri Update



tempat yang merupakan kawasan hijau dari PT Pusri ini pada saat sore hari sering di jadikan tempat bersantai dan bagi anak muda untuk pacaran di sini, dengan rimbunya tanaman bambu dan sejuknya angin dari sungai musi membuat betah berlama-lama di sini.
 -------------------------------
PALEMBANG Tiga kelurahan di lingkungan Kecamatan Ilir Timur (IT) II yang meliputi Kelurahan 1 Ilir, 3 Ilir, dan Kelurahan Sei Buah, disiapkan untuk menjadi kawasan hijau atau green barrier. Tiga kelurahan ini menjadi kawasan hijau sebagai salah satu program dari PT Pusri dalam menciptakan hutan kota dikecamatan IT II.

Untuk lahan yang dibutuhkan untuk program green barrier ini mencapai 37 hektare dari sebelumnya yang hanya 25 hektare. Awalnya direncanakan lahan yang akan digunakan mencapai 25 hektare dan melalui kawasan Kelurahan 1 Ilir, Kelurahan 3 Ilir dan Kelurahan Sei Buah. “Sekarang sedang dilakukan pengukuran ulang sehingga untuk kawasan green barrier ini akan mencapai 37 hektare,” ujar Zain Ismed, manajer humas dan hukum PT Pusri saat menghadiri halal bihalal Perhimpunan Pensiunan Karyawan PT Pusri belum lama.

Untuk realisasi pelaksanaannya sendiri dikatannya, dilakukan setelah semua lahan yang akan digunakan untuk program green barrier selesai dilakukan pengukuran oleh tim PT Pusri. “Begitu semua sudah selesai diukur, kita baru bisa membiracakan ganti rugi lahan kepada masyarakat yang terkena program green barrier PT Pusri,” sambungnya.

Sri Hendra SE MM, lurah 1 Ilir, mengatakan, untuk wilayah Kelurahan 1 Ilir lahan yang terkena program green barrier dari PT Pusri tidak kurang 100 persil dari 3 RT yang di Kelurahan 1 Ilir. “Saat ini masih dalam tahap pengukuran ulang, karena sebelumnya sempat tertunda,” ujarnya Jumat (22/10) di ruangannya.

Sementara itu, mengenai tanggapan masyarakat terhadap program green barrier ini dijelaskannya sudah disetujui oleh masyarakat selama besaran ganti rugi yang diberikan oleh PT Pusri sesuai dengan harga dan luas lahan yang akan digunakan untuk program green barrier ini. “Kita juga minta PT Pusri untuk memberikan ganti rugi yang layak bagi masyarakat yang tanahnya terkena program ini,” harapnya.

Apalagi, dari informasi yang diterima pihak kelurahan, pembangunan program green barrier ini akan dilaksanakan bulan Desember mendatang. “Bila benar Desember sudah mulai dikerjakan, kita minta pembayaran ganti rugi dapat dipercepat. Sehingga sebelum pengerjaan green barrier dimulai, warga sudah pindah dari lahannya sekarang. Selain itu, ini juga untuk mempercepat masyarakat dalam mencari rumah,” terangnya.

Abu Bakar, ketua RT 12 Kelurahan 1 Ilir menyambut baik program ini, hanya saja biaya ganti rugi hendaknya dapat disesuaikan dengan harga pasar atau setidak-tidaknya sama dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). “Pada tahun 2004 yang lalu saja, harga tanah yang ada di sini di kisaran Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per meter. Jadi paling tidak untuk ganti rugi tanah milik warga tidak kurang dari harga tersebut. Atau kalau bisa di atas harga tahun 2004 yang lalu,” pintanya.
Karena itu, warga yang ada saat ini sangat menantikan program ini untuk dipercepat. Baru setelah itu dilakukan perhitungan oleh PT Pusri dapat secepat mungkin dilakukan negosiasi dengan warga mengenai besaran ganti rugi yang akan diberikan. “Begitu proses pengukuran ulang ini selesai, hendaknya PT Pusri dapat melakukan penetapan ganti rugi, sehingga bisa langsung dilakukan negosiasi dengan warga terhadap besaran ganti rugi yang ditawarkan,” tandasnya. (mg23)

Sumber Tulisan : Sumatera Ekspres, Senin, 26 Oktober 2009.

Angkot Tangga Buntung

Angkot Tangga Buntung
Rute : Pasar - Tangga Buntung
Warna Angkot : Coklat
Jenis Angkot : Kijang Capsul atau Phanter
Rute : Jembatan Ampera - Jl Merdeka - SMP 1 - Jl Ki Ronggo Wiro sentiko - JL Ki gede Ing Lautan - Terminal Tangga Buntung

06 May 2009

Simpang Boom Baru Palembang





Jalan yang menghubungkan kawasan lembang dengan kawasan BOOM baru ini, bisa terlihat dengan adanya tabung-tabung raksasa di sisi kiri jalan, dan di sisi kanan markas PMPB dan kantor POM AL juga berdiri si ini.

Mandi Di Dermaga BKB Palembang







Panas-panas sambil main air itu yang di cari oleh anak-anak ini seperti yang terlihat di kawasan dermaga BKB, anak-anak sering sekali terlihat mandi di sini.

kawasan 5 Ulu Laut Palembang





Jalan yang masih memiliki nama KH Azhari ini sering di sebut juga daerah 5 ulu, dimana kalu di lihat banyak bangunan tua di sisi kiri dan kanan jalan dan banyak juga di temui pengerajin dan penjual makanan tradisional terutama kerupuk kemplang.

Makam Panembahan




Tidak ada catatan yang jelas mengenai makam panembahaan ini, makam yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Makam KI Gede Ing Suro ini sama persisn konstruksi bangunannya dengan makam KI Gede Ing Suro mungkin masih berkaitan erat. apakah ini Kiai Mas Adipati atau bukan ?

Daftar Penguasa dan Sultan Palembang Darussalam

Sejarah panjang terbentuknya Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-17, dapat kita runut dari tokoh Aria Damar, seorang keturunan dari raja Majapahit yang terakhir. Kesultanan Palembang Darussalam secara resmi diproklamirkan oleh Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman (atau lebih dikenal Kimas Hindi/Kimas Cinde) sebagai sultan pertama (1643-1651), terlepas dari pengaruh kerajaan Mataram (Jawa). Corak pemerintahanya dirubah condong ke corak Melayu dan lebih disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Tanggal 7 Oktober 1823, Kesultanan Palembang Darussalam dihapuskan oleh penjajah Belanda dan kota Palembang dijadikan Komisariat di bawah Pemerintahan Hindia Belanda (kontrak terhitung 18 Agustus 1823).

Berikut beberapa nama penguasa/raja dan Sultan yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam.
No Nama Penguasa Tahun Makam Keturunan
1 Ario Dillah (Ario Damar) 1455 – 1486 Jl. Ario Dillah III, 20 ilr Anak Brawijaya V
2 Pangeran Sedo ing Lautan (diganti putranya) s.d 1528 1 Ilir, di sebelah Masjid Sultan Agung Keturunan R. Fatah
3 Kiai Gede in Suro Tuo (diganti saudaranya) 1528 – 1545 1 Ilir, halaman musim Gedeng Suro Anak R Fatah
4 Kiai Gede in Suro Mudo (Kiai Mas Anom Adipati ing Suro/Ki Gede ing Ilir) (diganti putranya) 1546 – 1575 1 Ilir, kompleks makam utama Gedeng Suro Saudara Kiai Gede in Suro Tuo
5 Kiai Mas Adipati (diganti saudaranya) 1575 – 1587 1 Ilir, makam Panembahan selatan Sabo Kingking Anak Kiai Gede in Suro Mudo
6 Pangeran Madi ing Angsoko (diganti adiknya) 1588 – 1623 20 ilir, candi Angsoko Anak Kiai Gede in Suro Mudo
7 Pangeran Madi Alit (diganti saudaranya) 1623 – 1624 20 Ilir, sebelah RS Charitas Anak Kiai Gede in Suro Mudo
8 Pangeran Sedo ing Puro (diganti keponakannya) 1624 – 1630 Wafat di Indralaya Anak Kiai Gede in Suro Mudo
9 Pangeran Sedo ing Kenayan (diganti keponakannya) 1630 – 1642 2 Ilir, Sabokingking
10 Pangeran Sedo ing Pasarean (Nyai Gede Pembayun) (diganti putranya) 1642 – 1643 2 Ilir, Sabokingking Cucu Kiai Mas Adipati
11 Pangeran Mangkurat Sedo ing Rejek (diganti saudaranya) 1643 – 1659 Saka Tiga, Tanjung Raja Anak Pangeran Sedo ing Pasarean
12 Kiai Mas Hindi, Pangeran Kesumo Abdurrohim (Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam) (diganti putranya) 1662 – 1706 Candi Walang (Gelar Sultan Palembang Darusslam 1675) Anak Pangeran Sedo ing Pasarean
13 Sultan Muhammad (Ratu) Mansyur Jayo ing Lago (Diganti saudaranya) 1706 – 1718 32 Ilir, Kebon Gede Anak Kiai Mas Hindi
14 Sultan Agung Komaruddin Sri teruno (diganti keponakannya) 1718 – 1727 1 Ilir, sebelah Masjid Sultan Agung Anak Kiai Mas Hindi
15 Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikromo (diganti putranya) 1727 – 1756 3 Ilir, Lamehabang Kawmah Tengkurap Anak Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing Lago
16 Sultan/Susuhunan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo (diganti putranya) 1756 – 1774 3 Ilir, Lemahabang (wafat 1776) Anak Sultan Mahmud Badaruddin I
17 Sultan Muhammad Bahauddin 1774 – 1803 3 Ilir, Lemahabang Anak Sultan Ahmad Najamuddin I
18 Sultan/Susuhunan Mahmud Badaruddin II R. Hasan 1803 – 1821 Dibuang ke Ternate (wafat 1852) Anak Sultan Muhammad Bahauddin
19 Sultan/Susuhunan Husin Dhiauddin (adik SMB II) 1812 – 1813 Wafat 1826 di Jakarta. Makam di Krukut, lalu dipindah ke Lemahabang Anak Sultan Muhammad Bahauddin
20 Sultan Ahmad Najamuddin III Pangeran Ratu (putra SMB II) 1819 – 1821 Dibuang ke Ternate Anak SMB II
21 Sultan Ahmad najamuddin IV Prabu Anom (putra Najamuddin II) 1821 – 1823 Dibuang ke Manado 25-10-1825. Wafat usia 59 tahun Anak Sultan Husin Dhiauddin
22 Pangeran Kramo Jayo, Keluarga SMB II. Pejabat yang diangkat Pemerintah Belanda sebangai Pejabat Negara Palembang 1823 – 1825 Dibuangke Purbalingga Banyumas. Makam di 15 Ilir, sebelah SDN 2, Jl. Segaran Anak Pangeran Natadiraja M. Hanafiah

sumber: INFOKITO