CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

31 December 2009

Selamat Tahun Baru 2010 Selamat Tinggal Tahun 2009

Jalan Merdeka Palembang
SELAMAT TAHUN BARU 2010

Muara Dua, Ogan Komering Ulu Selatan

Senja  di Muara Dua Oku Selatan


Muaradua adalah salah satu kota tingkat kabupaten dan merupakan pemekaran dari ogan komering ulu. Induk muaradua adalah ibu kota ogan komering ulu selatan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani kopi, nilam dan lada. Struktur dan perkembangan perekonomian di sana lebih berpatok pada harga dan bursa kopi, nilam atau pun lada tersebut. Selain itu muaradua mempunyai tempat wisata di salah satu kecamatannya, yaitu kota wisata Danau Ranau.

Kota yang pada tahun 2003 berdasarkan UU RI no 37 memisahkan diri dari Ogan Komering Ulu ini menjadi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua , karena ibu kota kabupaten baru secara infrastruktur kota ini masih harus banyak berbenah, baik dari kelistrikan, air bersih, sarana kesehataan, parkir, hotel, sarana olahraga  dan lain sebagainya.

Listrik pun masih sering mati di sini seperti pengalaman saya di BANK BNI di Muara Dua dalam jangka waktu 2 jam saja hampir 4 kali mengalami "mati lampu". Di saat malam bukan hal yang aneh lagi kalau daerah ini menjadi gelap gulita sampai ke esokan harinya. Hal ini berkaitan jarak antara GI Baturaja ke Muara Dua yang kurang lebih 82 KM dan masih banyak hutan yang cukup rimbun dan salah satu kendala listrik di sana adalah ranting ataupun dahan pohon yang mengenai kabel listrik.

BBM di sini juga menjadi "Emas" karena hanya ada 1 unit SPBU itupun dalam 2-3 jam sudah tidak bersisa, hal ini di sebabkan banyak juga "Pengecer" yang menggunakan derigen di SPBU tersebut, tetapi untuk premium atau solar di tingkat "Pengecer" mudah walaupun harganya sudah mencapai 6 ribu Rupiah per liter.
 
Masih banyak memang yang harus di benahi oleh kota ini biar investor tertarik untuk melakukan investasi di sini.


OKUS, Muara Dua, Dodi NP
Didedikasikan untuk "mining team Muara Dua"

30 December 2009

Fantasy Island Palembang

Salah satu wahana di Fantasy Island

Salah satu objek wisata yang sedang menanjak di Palembang adalah Fantasy Island. Letaknya di Jalan Indralaya, Palembang. Sebuah wahana permainan air, dan relatif masih baru. Meski tidak terlalu besar, Fantasy Island banyak dikunjungi wisatawan di akhir pekan dan hari libur. Ada berbagai wahana seperti Play Pool, Sky, Tsunami River, Water Boom, Dragon Tower, Bun Slide dan Go Kart. Fantasy Island ini masih mungkin untuk terus dikembangkan dan ditambah arena bermainnya.

Harga tiket masuk ke Fantasi Island adalah Rp. 35.000,- untuk hari Senin hingga Jumat, dan Rp. 45.000,- untuk hari Sabtu, Minggu dan libur nasional. Harga tiket masuk ini tidak dibatasi waktunya, dan pengunjung bisa datang dari pagi hari hingga Fantasi Island tutup. Wahana yang menjadi favorit pengunjung adalah kolam arus dan papan seluncur. Bisa meluncur dan berputar dari ketinggian dan menceburkan diri di dalam kolam.
Untuk masuk ke dalam Fantasy Island, pengunjung akan dicap tangannya seperti ketika memasuki Dunia Fantasy Ancol, namun cap yang dibubuhkan berbentuk sangat sederhana, hanya angka lima dalam lingkaran. Tetapi karena harus menunjukkan tiket yang jakan dirobek oleh petugas, tetap saja tidak akan ada pengunjung yang bisa lolos tanpa membeli tiket.

Selain kolam arus deras dan beberapa wahana yang khusus dibuat untuk remaja dan dewasa, Fantasy Islang juga menyediakan kolam yang digunakan bermain dan berenang untuk anak-anak, sedalam 50 cm saja dan airnya sangat dangkal. Anak-anak juga akan dihibur oleh badut-badut yang berkeliling Fantasy Island. Ada juga taman dan food court yang bisa anda manfaatkan untuk beristirahat dan makan jika anda lapar sehabis berenang. Namun biasanya di hari libur, kondisinya sangat ramai, makanya disarankan untuk membawa makanan sendiri dari rumah. Anda boleh membawa makanan masuk ke dalam Fantasy Island.

Sumber Tulisan : www.jalanjalanyuk.com/

Ornamen Masjid Agung SMB II Palembang

Ornamen di salah satu sisi atap Masjid Agung SMB II Palembang
 Sejarah Renovasi Masjid Agung Palembang

Palembang - biasa disebut Masjid Agung Palembang oleh Masyarakat Palembang, nama lengkap masjid ini adalah Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II. dibangun pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. dulunya masjid ini bernama masjid Sultan, sebagai bentuk penghargaan kepada Sultan Mahmud Badaruddin I sebagai pendiri nya. Masjid Agung berada di kelurahan 19 ILIR Palembang di persimpangan Jalan Merdeka dan Jalan Jendral Sudirman tepat di Pusat Kota Palembang. awal dibangun masjid agung ini memiliki sentuhan Arab, Jawa, China dan Melayu. tetapi setelah di renovasi Masjid Agung lebih mengadopsi Gaya Eropa yang beraliran Mediterania dan Timur Tengah. seni arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid, yang besar dan tinggi. Sedangkan seni arsitektur China yang masih bertahan dapat dilihat di bagian masjid utama, yang atapnya seperti kelenteng.
Pemakaian Resmi
tanggal 26 Mei 1748 masjid agung resmi di pakai, dengan luas bangunan awal seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah. sebagaimana Masjid masjid tua pada zaman dahulu, masjid agung yang dulu tidak memiliki menara.

Perluasan Pertama
tahun 1897, Masjid Agung mengalami perluasan untuk pertama kali nya, wakaf dari Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab peluasan ini di pimpin oleh Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin

Pembangunan Menara Masjid Agung
tahun 1758 - 1774 pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin, di bangun lah menara Masjid Agung yang terletak terpisah di sebelah barat, Bentuknya seperti pada menara kelenteng dengan atap berujung melengkung. di bagian luar badan menara terdapat teras berpagar yang mengelilingi bagian badan menara.

Renovasi dan Pembangunan Masjid Agung Palembang
mulanya perbaikan dilakukan oleh pemerintah Kolonial Belanda setelah terjadinya perang besar di tahun 1819 dan 1821. kemudian dilakukan pula perluasan pada tahun 1893, 1916, 1950-an, 1970-an, renovasi dan pembangunan di tahun 1970-an yang di lakukan oleh Pertamina, meliputi pembangunan menara sehingga mencapai bentuk yang sekarang. Menara asli dengan atapnya yang bergaya Cina tetap di pertahankan.

Perluasan Masjid Agung
Perluasan kedua kali dilakukan pada tahun 1930. dan di tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh pihak Yayasan Masjid Agung. kemudian tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga luas mesjid menjadi 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750 jemaah.

Pemugaran Besar Besaran
Tahun 1999 dilakukan pemugaran besar-besaran oleh Mantan Gubernur Sumatera Selatan Haji Rosihan Arsyad, orisinalitas arsitektur masjid Agung kembali ditonjolkan.kondisi lingkungan dan bangunan masjid tampak lebih di permegah.sedangkan bangunan-bangunan yang menghalangi pandangan mata kearah Masjid Agung pun dibongkar.

28 December 2009

Sungai Gasing - Banyuasin

Hasil gambar untuk sungai gasing
Sungai Gasing

Gasing, kalau didengar sekilas mungkin orang-orang mengira adalah permainan tradisional , tapi kali ini saya akan membicarakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Talang Kelapa, dengan jumlah penduduk ±5011 jiwa (2007). “GASING” nama desanya, sebuah desa yang 30 tahun lalu hanya bisa ditempuh dengan jalur air dari kelurahan Kenten Laut yang menghubungkan ke desa Gasing lewat sebuah anak sungai yang bermuara ke sungai Gasing.

Letak geografisnya, sebelah utara berbatasan dengan desa Tanjung Lago, sebelah selatan berbatasan dengan kota Palembang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan kenten Laut, dan sebelah barat berbatasan dengan Sukajadi. Dengan luas ±27 KM, Berada pada dataran rendah dan 80% rawa-rawa pasang surut serta dilintasi sungai Gasing dan dua anak sungai lainya.

Hasil gambar untuk sungai gasing
Kapal dan rumah di tepi sungai Gasing - Banyasin
Sekarang, desa Gasing bisa ditempuh dengan waktu ± 1,5jam dari Palembang menggunakan kendaraan pribadi, maupun angkutan perintis DAMRI tujuan Tanjung Api-Api, karena jalanya yang tidak terlalu mulus, banyak kerusakan-kerusakan yang terjadi diakibatkan kendaraan yang bertonase berat.

dengan pola pemukiman penduduk yang mengikuti alur sungai. Dengan rumah-rumah panggung yang tradisional disertai unsur-unsur modern menjadikan Gasing enak dipandang. Tidak salah kalau remaja-remaja Gasing menyebutnya sebuah kota mini “Gasing City“ walaupun sebutan itu agak berlebihan, namun itu merupakan wujud dari kecintaan dan kebanggaan mereka terhadap tanah kelahiranya.

Aliran Sungai yang menjadi background menambah keunikan desa Gasing, ditambah jembatan yang menghubungkan ke pelabuhan Tanjung Api-Api, jembatan yang dahulunya setiap sore ramai dijadikan tempat refresing bagi penduduk sekitar maupun luar daerah yang ingin menikmati hembusan angin dan aroma sungai Gasing, tapi sekarang kenyataanya hanya diramaikan oleh kendaraan-kendaraan yang membawa hasil tambang Batubara yang terkadang membuat goyang rumah-rumah disekitar jembatan. 

16 December 2009

07 December 2009

Festival Musi 2009 Palembang #3

Lomba Perahu Naga Di Sungai Musi


Sejarah Perahu Naga

Perahu naga (Hanzi tradisional: 龍舟 atau 龍船; Hanzi sederhana: 龙舟 atau 龙船; Pinyin: lóngzhōu, lóngchuán) adalah perahu yang sangat panjang dan sempit yang digerakkan oleh tenaga manusia dan digunakan pada olahraga dayung perlombaan perahu naga. Dalam perlombaan, perahu ini biasanya dihiasi dengan kepala dan ekor naga dan diharuskan untuk membawa genderang besar dalam perahunya. Masyarakat Tionghoa suku Han sering menggunakan istilah "Turunan Naga" sebagai identitas etnis mereka. Di luar kegiatan lomba, hiasan naga biasanya tidak digunakan, tapi genderang tetap dibawa dalam perahu untuk kepentingan latihan.
 
Lomba perahu naga sesuai tradisi diadakan untuk memperingati kematian Qu Yuan. Lomba ini merupakan satu-satunya olahraga yang diperingati sebagai libur nasional. Menurut kalender Imlek, acara ini diadakan pada tanggal 5 bulan 5 yang bisanya jatuh pada suatu tanggal di bulan Juni.

Sumber tulisan : id.wikipedia.org/

Festival Musi 2009 Palembang # 2

Perahu Naga yang di ikuti oleh ibu-ibu
PALEMBANG, KOMPAS.com - Guna mendongkrak kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, Pemerintah Kota Palembang menggelar Festival Musi 2009 pada 3-6 Desember mendatang. Kegiatan yang dikemas dalam berbagai agenda kegiatan ini memanfaatkan momen pari wisata akhir tahun yang biasanya disertai dengan peningkatan pergerakan wisatawan domestik dan mancanegara.

Menurut Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Kota Palembang Apriadi Busri, Rabu (25/11), kepada wartawan di Palembang, pelaksanaan kegiatan Festival Musi 2009 ini sudah melalui berbagai tahap, mulai dari pengamatan, pembahasan, dan perbaikan dari even tahun sebelumnya.

Sejumlah kegiatan pokok dalam Festival Musi 2009 tersebut meliputi Festival Internasional Perahu Naga Internasional, Festival Tari Nusantara dan Pameran Pembangunan Pendidikan. Pemerintah menargetkan ratusan ribu wisatawan bakal datang ke Palembang untuk melihat momen ini.


"Pemerintah berpikir perlu ada kegiatan menarik terutama menjelang akhir tahun. Ini memanfaatkan momen peningkatan pergerakan wisatawan. Motonya, wisatawan datang, maka sektor pariwisata berdenyut," kata Apriadi.

Selain ketiga agenda diatas, even ini juga akan menghadirkan Festival Kuliner Nusantara . Sebanyak 40 stan makanan dan minuman khas daerah di Tanah Air akan meramaikan kegiatan ini. Jika dirinci, sebanyak 22 stan akan digunakan untuk atraksi demo masak di tempat, sedangkan sisanya 18 stan untuk pameran makanan jadi.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Palembang Baharuddin Ali, digelarnya Festival Musi ini juga bertepatan dengan peringatan ke-4 hari Wisata Sungai, sejak di-launching tahun 2005 lalu. Diharapkan, festival ini dapat menarik kunjungan wisatawan ke Palembang.

Biasanya saat akhir tahun kan banyak yang ingin berlibur. Nah kita ambil momen itu. Dengan harapan banyaknya kegiatan ini dapat menarik minat wisatawan baik asing maupun domestik, ke Palembang , jelas Baharuddin, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala Bidang UKM pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palembang Ade Jaya Martin, mengatakan, sebelumnya, even ini bernama Festival Dragon Boat dan tidak berskala nasional.

Namun, tahun ini, untuk pertama kalinya even ini berubah nama menjadi festival Musi dan skalanya berubah menjadi skala nasional. "Untuk ke depannya, rencananya even ini akan menjadi agenda tahunan," sebut Ade Martin, kemarin.


Terpisah, Asisten II Setda Kota Palembang Apriadi Busri mengatakan, digelarnya Festival Musi ini sudah melalui pengamatan dan pembahasan yang mendalam.

"Memang diperlukan banyak kegiatan menarik pada saat menjelang akhir tahun. Nah, kita harapkan festival ini mampu menyedot pengunjung ke Palembang. Sehingga, denyut pariwisata kita akan terus bergerak," kata Apriadi. 

Sumber Tulisan : Kompas.com 

Festival Musi 2009 Palembang

Gerbang festival kuliner nusantara di Festival Musi 2009


Pemerintah Kota Palembang akan menyediakan sebanyak 40 stan untuk menyelenggarakan festival kuliner Nusantara yang berlangsung pada 3-6 Desember 2009. Kepala Bagian Ekonomi Pemkot Palembang Irwan Destra di Palembang, Senin (26/10), mengatakan, pihaknya akan menyediakan sebanyak 40 stan pameran untuk festival kuliner nasional di kawasan pinggiran Sungai Musi atau Plaza Benteng Kuto Besak, Palembang. ”Undangan bagi peserta festival telah disampaikan ke pemprov dan kota serta kabupaten di Indonesia,” katanya. Menurut dia, festival kuliner Nusantara tersebut diharapkan mampu menggali potensi wisata kuliner di berbagai daerah; tidak hanya Palembang, tetapi juga kota-kota lain di Indonesia.Dengan demikian, kuliner khas Indonesia tidak hanya dikenal masyarakat di negeri ini, tetapi juga dapat diekspor sehingga makanan tradisional juga dapat dinikmati warga dunia, tambahnya. Ia mengatakan, konsep festival kuliner Nusantara itu mengombinasikan makanan tradisional siap saji dan yang menyajikan proses memasak sampai dengan menghidangkan makanan. 

Sumber Tulisan : Antaranews

04 December 2009

Memancing Dari Atas Ketek di Sungai Musi Palembang

Memancing di atas ketek
Mengisi waktu senggang menunggu penumpang yang belum naik ke atas "Ketek" para penumpang dan pemilik berinisiatif untuk memancing, sepertinya ketek ini di tumpangi oleh satu keluarga yang sedang berbelanja keperluan di Palembang.

02 December 2009

Idul Adha 1430 H di WTP PT. Adhya Tirta Sriwijaya




Acara potong kurban bersama teman-teman di kantor saat Idul Adha 1430 H / 27 November 2009, beberapa hari yang lalu.