CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

13 April 2010

Makam Sultan Agung Palembang



\Kompleks Makam Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1718-1727 M) merupakan salah satu kekayaan arkeologi di Kota Palembang. Kompleks ini terdapat di kawasan Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, berbatasan dengan lingkungan PT Pusri (ada sebuah masjid, yaitu Masjid Sultan Agung yang menjadi jarak antara). 

Karena perkembangan kota, letak kompleks makam yang merupakan bagian dari Kota Plembang Lamo ini sekarang bersebelahan pula dengan Kantor Kelurahan 1 Ilir (sebelah selatan). Sebagaimana layaknya kompleks pemakaman kuno lain di Palembang, Kompleks Makam Sultan Agung berjarak sekitar 45 meter dari tepian sungai, yaitu Sungai Musi. Posisi tanahnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. 

Sultan ketiga di Kesultanan Palembang Darussalam berikut tokoh-tokoh lain yang dimakamkan di kompleks yang sama ini wafat sebelum Kompleks Kawah Tekurep selesai dibangun. Dengan demikian, makamnya pun terpisah dari kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo itu. 

Di kompleks makam ini, terdapat dua deret makam, yaitu deretan di sebelah utara dan selatan yang masing-masing terdiri atas empat makam. Makam di deretan utara, satu makam utama karena letak tanahnya lebih tinggi dibandingkan makam-makam lainnya saat ini dibangun pula semacam bangunan pelindung?adalah makam Sultan Agung. Makam ini diapit oleh dua makam yang nama di nisannya tidak terbaca. 

Ditambah pula dengan satu makam nisan dari unglen dan kini dalam kondisi genting yang juga tidak diketahui namanya. Di kelompok makam kedua, terdapat satu makam yang dikenal, yaitu Raden Tubagus Karang. Tokoh ini adalah panglima perang dari Banten, kakak kandung Raden (Tu)Bagus Kuning yang makamnya berada di kawasan Patrajaya, bersebelahan dengan Kompleks Pertamina Baguskuning, Kelurahan Baguskuning, Kecamatan Plaju. 

Sultan Agung memerintah di Kesultanan Palembang Darussalam selama hampir sepuluh tahun sebelum Kekuasaan dikembalikan kepada Pangeran Jayo Wikramo atau Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada tahun 1727 M. Proses peralihan kekuasaan pada masa ini cukup menarik. Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1718 M) merasa bahwa harus turun tahta, dia menyerahkan tahta di Kraton Beringin Janggut. 

Saat itu, putra-putranya masih sangat muda. Karena itu, tahta diserahkannya kepada adiknya, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno. Pangeran Jayo Wikramo akhirnya meninggalkan Palembang dan bertualang di wilayah Nusantara hingga mencapai Negeri Cina.
Saat berada di Malaysia, pada tahun 1727, dia merasa sudah memiliki cukup kekuatan untuk ?mengambil kembali? haknya. Sejarah mencatat, penyerahan kembali tampuk kekuasaan dari Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno kepada kemenakannya itu berlangsung damai. 

No comments:

Post a Comment