|
Gubah Ki Ranggo Wiro Sentiko / Gubah Penganten |
Gubah Ki Ranggo Wiro Sentiko atau yang
biasa dikenal dengan Gubah Penganten merupakan salah satu bangunan bersejarah
di kota Palembang. Terletak di Jl. Talang Keranggo tepat dibelakang kantor CPM
lama. Usianya yang sudah cukup tua, membuatnya seolah sudah terlupakan.
Banyak cerita mitos yang beredar tentang gubah ini yang menceritakan tentang
kematian tragis sepasang penganten yang baru menikah. Alkisah tersebutlah
sepasang penganten yang baru menikah, keduanya meskipun saling mencintai namun
tidak berani menunjukkannya secara terang-terangan sesuai dengan budaya
Palembang di kala itu. Ketika malam datang dan mereka duduk berduaan, keduanya
masih menunjukkan sifat malu-malu. Yang wanita membelakangi sang pria, yang
pria tidak berani berbicara ataupun menyentuh sang wanita. Pada saat ada seekor
nyamuk hinggap di punggung wanita tersebut, sang suami pun masih tak berani
mengusirnya dengan tangan. Akhirnya ia mencabut keris yang terselip
dipinggangnya dengan maksud mengusir nyamuk itu dengan kerisnya. Namun ia lupa,
bahwa keris yang terselip dipinggangnya mengandung bisa yang sangat keras. Tak
sengaja bilah tajam keris tersebut menggores kulit sang wanita dan meninggalkan
racun yang mematikan. Tak lama kemudian wanita tersebut pun mati keracunan.
Takut dihantui rasa bersalah sang pria akhirnya memutuskan untuk ikut
mengakhiri hidupnya dengan menghujamkan keris yang sama yang telah membunuh
istrinya.
Begitulah cerita mitos itu berkembang, tak tahu siapa yang memulai dan bagaimana
cerita tersebut berasal. Hingga akhirnya masyarakat sekitar lebih mengenal
gubah tersebut sebagai Gubah Penganten.
Padahal gubah tersebut merupakan tempat dimakamkannya salah seorang tokoh dari
masa Kesultanan Palembang Darussalam yaitu di masa kekuasaan Sultan Mahmud
Badaruddin Jayo Wikramo (SMB I). Tokoh tersebut juga yang membangun komplek
pemakaman di daerah Lemah Abang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kawah
Tekurep. Beliau adalah Ki Ranggo Wiro Sentiko yang juga menjabat sebagai menteri
di masa SMB I.
Asal mula dibangunnya Gubah Ki Ranggo Wiro Sentiko, yaitu ketika ia mendengar
keinginan Sultan Mahmud Badaruddin untuk memiliki sebuah pemakaman. Oleh karena
itu, bergegaslah beliau membangunkan sebuah gubah di tanah Talang dengan maksud
menyenangkan hati sang Sultan.
Begitu selesai gubah tersebut, diberitahukannya kepada Sultan dan mereka
sama-sama pergi melihat hasilnya. Namun setelah di amat-amati oleh baginda,
bertitahlah ia kepada Ki Ranggo Wiro Sentiko, “Sungguh bagus kerjaanmu
itu, Sentik. Tetapi gubah itu untuk perempuan kau perbuatkan. Bukan untuk aku,
sebab memakai sumping. Sebab itu, ambil sajalah untukmu.”
Semenjak itu, gubah tersebut digunakan oleh Ki Ranggo Wiro Sentiko beserta
keluarga dan para keturunannya. Tercatat beberapa nama anggota keluarga beliau
yang dimakamkan di sana. Di antaranya yaitu Kemas Demang Wiro Sentiko Adenan,
salah seorang cicit beliau yang juga menjadi adik ipar dari Sultan Mahmud
Badaruddin Raden Hasan Pangeran Ratu (SMB II). Di masa beliau hidup, ia menetap
di daerah Sungi Goren, Kecamatan 1 Ulu Palembang. Sehingga anak cucu beliau
saat ini banyak yang menetap di sana, meskipun sebagian sudah banyak yang
merantau ke daerah lain.
Gubah tersebut selesai dibangun tahun 1152 H atau tahun 1739 M, dan saat ini usianya
sudah 273 tahun atau hampir 3 abad namun luput dari perhatian pemerintah kota
Palembang. Hanya para keturunannya saja yang peduli hingga saat ini yang
menjaga gubah tersebut dari tangan-tangan jahil para pendatang yang mulai
membangun perumahan di sekitar areal makam. Semoga bangunan ini bisa tetap
lestari sebagai salah satu tanda kebesaran dan keemasan zaman Kesultanan
Palembang Darussalam.
Oleh Megatian Ananda Kemas, S.Psi
Daftar Pustaka
Akib, RM. 1930. Sejarah Melayu Palembang:
Bandung. Druuk Ekonomi
http://kesultanan-palembang.blogspot.co.id/