CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

13 August 2015

Candi Walang, Pemakaman Raja Palembang, Konon Jasad Warga Biasa Tak Bisa Dikubur di Tempat Ini

Candi Walang, Pemakaman Raja Palembang, Konon Jasad Warga Biasa Tak Bisa Dikubur di Tempat Ini
Makam Pangeran Hindi beserta Permaisuri dan sang guru. 
Laporan Wartawan Sriwijaya Post: Yandi Triansyah
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Di area ini terdapat makam sultan pertama dari Kesultananan Palembang Darussalam, yakni Kemas Hindi yang bergelar Pangeran Ratu Kemas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman.
raja palembang
Silsilah raja di lingkungan Kerajaan Palembang. (Sriwijaya Post/Yandi Triansyah)
Letak pemakaman ini di Jalan Candi Welan Palembang, persis di belakang Pasar Cinde, Jalan Jenderal Sudirman Palembang. Ada cerita panjang terkait awal mula Kesultananan Palembang Darussalam dan hubungannya dengan kompleks makam ini. Setelah keraton Kuto Gawang dikuasai oleh Belanda. Pangeran Rejek Putra pertama mengungsi ke pedalaman. Namun kekuasaannya diserahkan kepada adiknya Pangeran Ratu Ki Mas Hindi.
Ki Mas Hindi sebagai penguasa Palembang kembali mengikat hubungan dengan Mataram. Akan tetapi Palembang hanya menerima penghinaan. Atas sikap itulah, Palembang kemudian mengambil keputusan, bahwa hubungan ideologis kuktural sudah waktunya dihentikan. Sikap Ki Mas Hindi yang tegas mengangap Palembang merupakan suatu kerajaan yang mandiri, dengan identitas sendiri karena Palembang adalah Palembang bukan Jawa.
Ki Mas Hindi menunjukkan bahwa raja Palembang sederajat dengan raja Mataram. Maka Ki Mas Hindi menggunakan gelar Sultan Abdurrahman bergelar Kholifatul Mukminin Sayidal Imam juga terkenal dengan Sunan Candi Walang. Atas kondisi itulah, yang membuat perubahaan yang besar di dalam kesultanan Palembang.
Mengakibatkan hampir seluruh tata cara dan kebiasaan berubah. Seperti keris, pakai Jawa menjadi pakaian melayu. Aksara Jawa diganti menjadi Aksara melayu (Arab gundul). Hanya bahasa keraton yang masih menggunakan bahasa Jawa, namun untuk rakyatnya sendiri sudah menggunakan bahasa Palembang. Kesultanan Palembang Darussalam yang didirikan Kemas Hindi bertahan sekitar 200 tahun, sebelum dibubarkan kolonial Belanda.
Keberadaan kesultanan ini cukup berpengaruh dalam pengembangan ajaran Islam di Nusantara. Sultan Ratu Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam atau Kemas Hindi menjabat sebagai raja Kesultanan Palembang (1659-1706). Setelah sang pangeran tiada, ia di makamkan di Jalan Jendral Sudirman persis di belakang Pasar Cinde, 24 Ilir Palembang. 
Kenapa pemakaman ini dinamakan Candi Walang? Karena desain kubah tempat sang pangeran di makamkan berbentuk candi dan menjadi tempat favorit belalang hinggap. Sehingga dinamakan Candi Walang. Walang berasal dari bahasa Jawa yang bearti belalang. Makamnya berdampingan dengan permaisuri Susuhunan dan mendiang sang guru Said Mustopa Al Idrus. Serta beberapa putri beliau dan panglima kesultanan.
Namun kondisi pemakaman begitu memprihatinkan. Bagunan asli kubah tempat sang pangeran di makamkan sudah banyak berubah dari awal dibangun. Semua bagian terbuat dari kayu tembesu dan di ukir dengan sayatan ukiran asli Palembang. Tapi sekarang bagunan sudah rapuh, beberapa platfon atas sudah banyak berlobang.
Menurut pengelola makam generasi ke delapan RM Syarifudin kubah Candi Walang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal pangeran Hindi merupakan raja pertama Palembang. Menurut Syarifudin ada ketimpangan perhatian. Pemerintah lebih peduli dengan makam Sultan Mahmud Badaruddin I di kawasan Kawah Tengkurep.
Padahal SMB I merupakan cucu dari pangeran Hindi. Pihak pengelola dan juru kunci hanya berharap kubah yang melindungi kuburan sang pangeran dari terik matahari dan hujan perlu di bagun. Supaya sebagai warga Palembang tidak melupakan sejarah leluhur.
Konon di kawasan pemakan Candi Walang hanya boleh di makamkan orang yang nemiliki keturunan Palembang. Tidak sembarang orang boleh di makamkan di kawasan tersebut. Menurut juru kunci orang yang meninggal tapi tidak memiliki keturunan Palembang maka mayatnya tidak bisa terkubur.
Hal tersebut sudah dibuktikannya beberapa puluh tahun silam ketika ada warga yang meninggal dan rencana mau dimakamkan di sana tapi karena tidak ada keturunan Palembang ketika hendak dikuburkan jenazahnya keluar dengan sendirinya.
Wallahua’lam, terlepas dari benar atau tidak cerita itu, yang pasti pemakaman ini sering dikunjungi peziarah dan kerap dijadikan destinasi bagi peminat wisata religi.