Penjualn gulo puan yang bisa di temui di pelataran Masjid Agung SMB II pada setiap hari Jumat |
Gulo Puan yang saat ini di jual seharga 40 ribu/kg ini ramai pembeli, kalau telat saja di jamin tidak kebagian, penjual ini hanya ada setiap pasar kejut masjid Agung ini buka. Gulo puan ini merupakan salah satu hasil olahaan dari susu kerbau yang berasal dari OKI terutama daerah Pampangan.
------------
PALEMBANG, Susu yang dihasilkan kerbau rawa, yang hidup di
Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, cocok
untuk bahan baku pizza, salah satu makanan favorit masyarakat perkotaan saat
ini. Karena itu, kata Plt Kepala Dinas Peternakan Sumsel Asrillazi,
pengembangan ternak tersebut perlu dilakukan secara optimal.
Pernyataan Asrillazi itu
merupakan kesimpulan dari kunjungan Direktur Pusat Penelitian Ternak
Kerbau/Sapi Monterolondo Italia Prof Antonio Borghese ke Sumsel, beberapa waktu
lalu.
Peternakan kerbau di Indonesia
terbatas hanya di beberapa provinsi saja, salah satunya di Sumsel. Itu pun terutama
di Kecamatan Pampangan, Kabupaten OKI, dan di Kabupaten Banyuasin.
Begitu pula produksi susu kerbau
di Indonesia, jumlahnya saat ini masih sedikit. Selama ini, masyarakat lebih
mengenal sapi sebagai penghasil susu ketimbang kerbau, apalagi kerbau rawa.
Habitat kerbau rawa yang terbatas menyebabkan populasinya tidak berkembang
optimal sehingga yang mengenal hewan jenis itu juga terbatas.
Masyarakat Pampangan dan beberapa
kecamatan di sekitarnya juga tidak terbiasa mengonsumsi susu segar yang dihasilkan
kerbau rawa karena sifatnya yang tidak bisa disimpan lama.
Di daerah itu juga belum terdapat
teknologi pengolahan hasil sebagai susu segar, seperti pasteurisasi dan
pengepakan. Cita rasa susu kerbau dan kandungan lemak yang tinggi juga menyebabkan
masyarakat kurang meminatinya. Karena itulah produksi susu kerbau di Sumsel
lebih banyak berupa hasil olahan, seperti gulo puan, sagon puan, minyak kerbau,
dan dadih.
Namun, hasil olahan dari susu
kerbau itu baru dikenal oleh masyarakat Sumsel, dan popularitasnya semakin
meredup sejalan dengan maraknya produk olahan dari ternak sapi.
"Harus ada gebrakan baru di
bidang pengolahan hasil susu kerbau ini, setidaknya mengikuti tren pola
konsumsi susu yang berkembang di masyarakat yang ada sekarang. Karena itulah,
ketika ada apresiasi dari pihak luar terhadap ternak kerbau di Provinsi Sumsel
ini disambut dengan antusias," kata Asrillazi.
Spesies
asli.
Kerbau rawa atau lebih dikenal
sebagai kerbau pampangan merupakan spesies asli Sumsel, dengan penyebarannya
hanya meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin.
Ciri khas kerbau rawa adalah
berkulit dan bulu warna hitam, kepala besar dan telinga panjang, tanduk pendek
dan melingkar ke arah belakang, ambing berkembang baik dan simetris, badan
berbentuk siku ke belakang, serta temperamen tenang dan relatif tahan penyakit.
Kerbau itu bisa mencari makanan di dalam air.
Kegunaan ternak kerbau ini
sebagian besar sebagai penghasil daging dan hanya sebagian kecil yang
dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Adapun susu kerbau hanyalah produksi
sampingan sesaat ketika kerbau itu sedang menyusui.
Seiring dengan makin meningkatnya
permintaan daging, spesies asli itu mulai didampingkan dan dipelihara bersama
dengan spesies kerbau lainnya. Kondisi itu mengakibatkan populasi kerbau
pampangan semakin menyusut, kendati populasi kerbau secara keseluruhan
cenderung berkembang.
Melalui kerja sama bilateral
antara Indonesia dan Italia melalui Atase Pertanian KBRI Indonesia di Roma, Dr
Eriza Sodikin, Prof Antonio Borghese melakukan kunjungan kerja di beberapa
sentra ternak kerbau di Indonesia, termasuk di Sumsel pada 2008. Berdasarkan
hasil kunjungan tersebut, direkomendasikan untuk intensifikasi ternak kerbau di
Sumsel.
Hal itu dilakukan dengan
perbaikan mutu ternak bibit, meliputi seleksi populasi pada bobot badan dan
produksi susu, kemudian menghindari perkawinan dalam (inbreeding) serta pelaksanaan kawin
suntik (IB) dengan tetap mempertahankan dan mengembangkan keberadaan ternak
kerbau pampangan sebagai spesies asli.
Direkomendasikan pula perbaikan
mutu pakan dan manajemen pemeliharaan kerbau yang meliputi pencatatan
kondisinya dan faktor pendukung pemeliharaan lainnya. Pihak pemerintah
direkomendasikan untuk melakukan revitalisasi ternak kerbau pampangan
melalui bimbingan dan bantuan teknis dan penyuluhan berupa teknologi pengolahan
susu dan pengolahan limbah serta bantuan modal dan manajemen, termasuk bantuan
pemasaran.
Populasi ternak kerbau di
Kabupaten OKI pada 2007 sebanyak 16.882 ekor, berupa 2.438 jantan dan
14.384 betina. Dinas Peternakan Sumsel pada 2009 siap menindaklanjuti
kunjungan kerja tersebut, apalagi Italia menjanjikan akan melatih sebanyak
tujuh peternak Sumsel di negara tersebut. Upaya itu untuk mengoptimalkan perlindungan dan
pemeliharaan kerbah rawa di Sumsel yang dapat dikembangkan sebagai penghasil
susu berkualitas sebagai bahan baku pizza.
Sumber tulisan : http://nasional.kompas.com/
No comments:
Post a Comment