Ilustrasi kereta api |
“Kak, jemput adek besok jam 7 sampe ke Palembang, adek naik kereta
malam dari Lampung..jangan sampai telat ya kak”. Begitu sebait sms yang
masuk ke inbox hp ini, getaran yang terasa pinggang ini, segurat
senyuman menghiasi wajah ini,
“oke, jam 7 sudah di sana..salam rindu”,
demikian lincahnya jari jempol ini mengirim balik sms dengan kerinduan hati, motor langsung akau pacu walau tidak akan bisa terlalu cepat karena vespa 1965 merupakan motor lawas dan sesampai dirumah motor langsung di cuci biar “kinclong” untuk menjemput si dia esok hari.
demikian lincahnya jari jempol ini mengirim balik sms dengan kerinduan hati, motor langsung akau pacu walau tidak akan bisa terlalu cepat karena vespa 1965 merupakan motor lawas dan sesampai dirumah motor langsung di cuci biar “kinclong” untuk menjemput si dia esok hari.
Walau jam di dinding kamar sudah menunjukan
pukul 10 malam tetapi mata ini masih susah di pejamkan, teringat hati
ini dengan wajahnya yang esok hari akan mulai mengisi hari-hari indah
ini lagi, maklum sudah hampir 3 bulan ini tidak bertemu dengan pujaan
hati ini, entah pikiran terus menyentuh sudut-sudut plafond kamar dan
entah kapan akan terpejam rinai hujan malam ini mulai menutup kelopak
mata ini.
Aku di kejutkan dengan bunyi alaram dari HP ku, aku bergegas kekamar
mandi setelah selesai “Si Merah” ku keluarkan dari tempanya untuk
menjalan kan tugasnya hari ini, sudah kinclong nampaknya BG 8806 AE ini,
tetapi saat melirik jam tangan …”mampus… tinggal 1/2 jam lagi, bisa
telat nih…” kata ku berujar dalam hati, maka dengan secepat mungkin aku
pacu motor lawas ini, jalan yang nampak masih basah karena hujan semalam
menjadi tempat yang empuk bagi kaki-kaki motor ini, karena takut telat
dan juga hp adek yang tidak bisa di hubungi membuat kecepatan motor ini
ku “pecut” terus, terasa dingin smilir angin mengalir melalui tangan
jaket ini.
Dengan laju waktu yang rasanya semakin cepat aku tingkatkan RPM di
motor ini dan tanpa di sadari “Prittt………………”, jantungku tersentak
ternyata PJR Poltabes kota ini, yang membunyikan peluit tadi,
“celaka…”ujarku dalam hati dan aku menepikan motorku karena Yamaha 500
CC nya sudah tepat berada di belakang vespa lawasku.
“Selamat Pagi pak.. tolong di perlihatkan sim dan surak kendaraan…”Serya menurunkan tanganya dari posisi hormat.
Dengan lesu ku ambil dompet dan menunjukan Sim dan STNK motor, sesaat setelah melihat surat-surat dia memperhatikan dengan serius motor yang aku bawa, “moga-moga tidak melihat nomor mesin motor ini, karena sudah tidak kelihatan lagi…nanti di kira curanmor”harapku dalam hati.
Dengan lesu ku ambil dompet dan menunjukan Sim dan STNK motor, sesaat setelah melihat surat-surat dia memperhatikan dengan serius motor yang aku bawa, “moga-moga tidak melihat nomor mesin motor ini, karena sudah tidak kelihatan lagi…nanti di kira curanmor”harapku dalam hati.
“Mana Spion & lampu Sen nya..?” Tanya pak polisi yang sudah separu baya ini
” Nggak Ada pak….” jawab ku santai.
“Kenapa Tidak di Pasang ?’ tanya nya lagi
“Tidak ada tempat untuk memasangnya pak, karena ini motor tua” jawab ku lagi
“Kamu tahu kesalahan sudah kamu perbuat” tanya polisi itu lagi
“Apakah Karena tidak punya spion dan lampu sen……”jawab ku heran
“Itu salah satunya, yang lainnya kamu sudah menerobos lampu merah……” jelasnya
” Nggak Ada pak….” jawab ku santai.
“Kenapa Tidak di Pasang ?’ tanya nya lagi
“Tidak ada tempat untuk memasangnya pak, karena ini motor tua” jawab ku lagi
“Kamu tahu kesalahan sudah kamu perbuat” tanya polisi itu lagi
“Apakah Karena tidak punya spion dan lampu sen……”jawab ku heran
“Itu salah satunya, yang lainnya kamu sudah menerobos lampu merah……” jelasnya
Astaga aku seperti baru tersadar dari pingsan bahwa karena ingin
mengejar waktu aku lupa bahwa lampu sedang merah, dan aku melintas
santai begitu saja…jelas ini kesalahan.
” Maaf pak ..terburu-buru…karena harus menjemput ke stasiun” jelas ku memelas
“Jadi harus di tilang” sembari mengeluarkan buku tilang yang sudah terlipat di saku celana coklatnya.
” Maaf pak ..terburu-buru…karena harus menjemput ke stasiun” jelas ku memelas
“Jadi harus di tilang” sembari mengeluarkan buku tilang yang sudah terlipat di saku celana coklatnya.
“pak damai….” .sambil mengelurakan selembar uang 10 ribuan yang aku lipat.
“kalau mau damai tidak seperti ini caranya”…sambil membuka lipatan uang 10 ribuan tersebut.
“Jadi bagaimana pak ?” tanya ku lagi…
“Tambahin 5 ribu untuk ngopi…” jawab petugas tersebut.
“Gila juga ni polisi..” grutu dalam hati ku sambil memberikan uang 5 ribuan kepolisi tersebut.
“kalau mau damai tidak seperti ini caranya”…sambil membuka lipatan uang 10 ribuan tersebut.
“Jadi bagaimana pak ?” tanya ku lagi…
“Tambahin 5 ribu untuk ngopi…” jawab petugas tersebut.
“Gila juga ni polisi..” grutu dalam hati ku sambil memberikan uang 5 ribuan kepolisi tersebut.
Setelah lepas dari “dominasi” PJR yang bermental 15 ribu tersebut
langsung ku tancap gas motor menuju stasiun, melintasi jembatan yang
menjadi ikon kota ini, dan tak lama berselang akupun sampai di pelataran
parkir stasiun yang tampak sudah ramai dengan penunggu yang menunggu
keluarga ataupun kerabatnya.
Kuparkir sepeda motor ini dan aku lirik jam “astaga ….sudah lewat 30 menit”…lirih ku….pasti banyak bercengkrama dengan petugas PJR tadi, aku langsung kebagian informasi untuk menayakan kedatangan kereta malam dari Lampung.
Kuparkir sepeda motor ini dan aku lirik jam “astaga ….sudah lewat 30 menit”…lirih ku….pasti banyak bercengkrama dengan petugas PJR tadi, aku langsung kebagian informasi untuk menayakan kedatangan kereta malam dari Lampung.
” Mbak, kereta malam dari Lampung sudah datang atau belum yan mbak ?” tanyaku
“Belum mas….karena terhenti di Prabumuli….ada kereta Babaranjang yang anjlok”jawabnya santai…
“Belum mas….karena terhenti di Prabumuli….ada kereta Babaranjang yang anjlok”jawabnya santai…
“Kira-kira kapan sampai ya Mbak..?” tanya ku lagi
“jam 9 atau jam 10 nanti”…jawab petugas itu lagi.
“jam 9 atau jam 10 nanti”…jawab petugas itu lagi.
“Aduh…..”..aku menggerutu dalam hati, sekarang aku hanya terduduk disini
dan menunggu, pekerjaan yang paling mengesalkan. mungkin sepertinilah
moda trasportasi publik di negeri ini penuh dengan masalah dan
permasalahan.
Aku duduk di kursi stasiun sambil menunggu “sang pujaan hati”….sayang i’m comming…walau harus menunggu.…”Kereta Tiba Pukul Berapa”
Dodi NP – “Aku, Mantan Pacar & BG 8806 AE”
No comments:
Post a Comment