Suasana di Jl. Kolonel Atmo, keramaian nampak dengan banyaknya Angkot, Mobil pengangkut barang, becak dan lain sebagainya, kawasan yang di masa kolonial ini di sebut dengan talang jawa sekarang berkembang pesat sebagai salah satu sentra bisnis di kota ini.
--------------------------------------------------------------------------------Siapakah Kolonel Atmo itu ?
Sejarawan Kota Lubukling gau, Suwandi mengatakan, pahlawan nasional Kolonel Atmo meninggal pada tahun 1948 dan tadinya dimakamkan di taman makam pahlawan di belakang Rumah Sakit Sobirin di dekat jurang bersama para pejuang lainnya. Pada tahun 1972, pemerintah melakukan pemindahan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Patria Bukit Sulap Lubuk linggau.
"Pada tahun itu, pemerintah menggali kuburan para pejuang, kemudian tulang belulangnya dipindahkan ke TMP yang sekarang di dekat pengadilan negeri. Satu persatu makam saat digali diberi label nama-nama pahlawan. Nama Kolonel Atmo ada waktu itu, hanya saja saat dibawa label nama dia itu hilang, akhirnya sekarang tidak ada lagi makam Kolonel Atmo," paparnya.
Dia mengajak seluruh sejarawan untuk duduk bersama membahas persoalan ini, karena Kolonel Atmo mer upakan sejarah besar bagi Kota Lubuklinggau. Namun kemudian hilang makamnya saat dilakukan pemindahan.
"Kami dulu setiap 17 Agustus ziarah dimakam yang asli, saya ikut saat itu, jadi saya tahu, jadi kalau di sana ada cerita angker, saya rasa karena makam asli di sana, di pinggir jurang sana," ujarnya.
Dia sangat menyesalkan tidak ada nama Kolonel Atmo di Taman Makam Pahlawan Patria Bukit Sulap Lubuklinggau, dan selaku dosen sejarah di STKIP PGRI Lubuklinggau, dia sangat miris karena banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah tugu Kolonel Atmo.
"Jangan salah pikir dan jangan salah nilai, Kolonel Atmo itu meninggal memang saat uji coba senjata, tapi ingat bukan karenadia tidak paham senjata, dia itu ahli senjata, seluruh senjata yang dipakai pejuang Subkos Garuda itu dia dulu yang coba layak atau tidak dipakai," jelasnya. ( Sindo )
Kolonel Atmo Sampai Ke Sumatera Selatan
Pada waktu Markas Komandemen Sumatra di Bukit Tinggi, bekerja di Tambang Bara Ombilin, seorang pekerja bernama Atmo. Ia sangat ahli dalam bidang teknik dan bahan peledak. Atmo sangat ingin masuk TKR untuk menyumbangkan keahliannya, terutama untuk memperbaiki senjata-senjata yang rusak yang ada di kota Padang sesuai dengan keahliannya, sekaligus membuat senjata yang dibutuhkan oleh TKR.
Keahlian Atmo termonitor oleh Markas Komandemen Sumatra dan oleh Panglima Komandemen ditetapkan untuk membantu Markas Komandemen. Kepala Staf Komandemen Kolonel Muhammad Nuh, mengusulkan Atmo untuk dipindahkan dari Ombilin ke Tanjung Enim. Karena Kolonel Muhammad Nuh tahu persis bahwa di tempat itu masih banyak tersedia bahan-bahan yang bisa dijadikan dinamit, dan di kota Lahat tersedia sebuah bengkel Kereta Api, yang tentu saja peralatannya sangat dibutuhkan untuk memerbaiki dan membuat senjata.
Usul Kolonel Muhammad disetujui oleh Panglima Komandemen Sumatra. Lalu Atmo dipindahkan ke Lahat untuk tugas memperbaiki senjata senjata yang rusak, merawatnya, dan membuat senjata-senjata yang baru bagi kepentingan TKR. Dengan demikian, Atmo yang ditugasi mengkoordinir pekerjaan itu, diberi pangkat Letnan Kolonel, diperintahkan untuk pindah dari Ombilin ke Lahat lalu ke Tanjung Enim, dibawah Panglima Divisi I Lahat.
Setelah seluruh struktur tentara di Sumatra terbentuk dalam satu komando, Komandemen Sumatra menetapkan kota Bukit Tinggi sebagai Markas Besar dan kemudian pindah ke Prapat, Sumatra Utara.
Sumber tulisan : http://antonny-noeh.blogspot.com
No comments:
Post a Comment