CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

08 September 2006

Mendengar Dahulu Sebelum Berkata

Sering melihat orang yang bicara secara terus menerus seperti tanpa ada habisnya kata, mungkin sering di panggil "Ember"atau comel, tetapi orang yang seperti itu banyak terdapat di sekeliling kita, terkadang kita di buat senang karena selalu meriah terpati terkandang omongan berlebihan juga membuat kita jengkel.

Banyak keributan yang terjadi di karenakan salah ucapan ataupun perkataan oleh lidah yang memang bentuknya sangat lentur tanpa tulang ini. banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan terjadi oleh benda yang kita sebut dengan Saat membaca salah satu buku keperibadian baru terpikir juga oleh saya mengapa sang pencipta memberikan kita 1 otak yang besar, 2 telinga yang lebar, 2 mata yang jernih dan 1 mulut yang mungil, sebenarnya kalau di telah nasehati untuk mendengar dan berpikir dulu sebelum bicara.

Kalau di ibaratkan dengan alat input telinga dan mata merupakan alat input yang sangat akurat melihat dan mendengar merupakan perpaduan yang tiada duanya, dengan informasi yang di dapatkan ini akan di rekam dan di terjemakan makna di dalam otak kita, dan salah satu lagi alat yang palinng vital adalah "hati" yang bisa meneruskan ke Output kita yaitu mulut. seperti bayi pada awalmulanya yang berfungsi adalah organ telinga dan mata, mereka hanya mendengar dan melihat dan setelah beberapa tahun mulai berbicara, dan bertindak seharusnya seperti itulah konsep kehidupan manusia.

Bagi sebagian orang sepertinya proses ini tidak berlaku mereka tanpa menggunakan otak dan hati yang terkadang berbicara senaknya yang terkadang juga menyakiti hati orang lain, memang hal seperti ini tidak dapat dilakukan perbaikan hanya dalam hitungan hari tetapi perlu latihan yang rutin, dan juga pembersihan atas hati sendiri.

Memang orang bilang semakin tinggi ilmu yang sudah di dapat seseorang maka akan semakin bijak orangnya, tetapi hal itu tidak seluruhnya benar karena kalau kita lihat di daerah-daerah yang masih jauh di sebut moderen kadang mereka memiliki sifat bijak melebihi orang yang berpendidikan tinggi di kota-kota besar.

Terkadang apa yang keluar dari mulut kita merupakan cerminan dari hati kita, semakin "sembarangan" mulut kita mungkin semakin kotor hati kita, dan bahkan sebaliknya. tetapi kita tidak juga untuk memendam apa yang kita terima sebagai 'input", bisa bisa menjadi pikiran karena terjadinya "overload" di otak kita, dan kata orang bisa menjadi penyakit.

Jadi sebenarnya mendengar dahulu sebelum berkata membuat kita bisa menjadi lebih tenang dalam berpikir akan ada jedah waktu yang menghasilkan output yang lebih berkualitas. belajarlah Mendengar Dahulu Sebelum belajar Berkata.


"Berfikir"

06 September 2006

Yai Nain Penjual Sarung Bantal Keliling


Sarung..sarung..sarung...sarung bantal, sarung kasur.....sarung..sarung, teriakan seperti inilah yang sering di dengar di kawasan Rumah Susun di mana sesosok lelaki renta bersama cucunya berkeliling mengelilingi komplek perumahaan susun 26 ilir di kota ini.

Dengan langkah yang masih tegar di usia yang sudah merenta si kakek yang akrab di sapa Yai Na'in ini terus menawarkan dagangannya, bukan pemandangan asing bagi penduduk yang tinggal di rumah susun tersebut melihat kakek renta yang memanggul dagangannya.

Dari sarung bantal tidur, bantal guling dan sarung kasur di bawa oleh si kakek yang sekarang sudah hampir menginjak usia 80 tahun ini, tetapi semangat untuk mencari tanpa mengharap belas kasih orang lain yang patut di tiru, setiap hari kakek yang di temani si cucu keliling kawasan 26 ilir setelah tengah hari saat si cucu pulang sekolah, dengan langkah pasti di tengah matahari yang terik tidak membuat semangat si Kakek dan cucu meredup untuk mencari lembaran Rupiah, beruntung jika dalam hari itu sarung-sarung yang di bawa si kakek ada yang laku dengan membawa beberapa lembar uang ribuan untuk pulang kerumah, tetapi jika nasib lagi sial tidak satupun barang dagangannya yang laku.

Dulunya kakek ini berjualan di K5 di kawasan pasar 16 ilir tetapi karena sudah tidak kuat dengan seringnya pengusiran dan umur yang terus bertamabah membuat kakek ini beralih profesi menjadi penjual sarung bantal dan kasur ini.

Saat lelah menerpa tak jarang kakek dan cucu ini duduk di pinggiran jembatan ataupun di tempat umum untuk melepaskan lelah, satu hal yang menjadi prinsip kehidupannya "Tidak mau bergantung dengan orang lain selama nafas masih mengaliri tubuh ini".

Beginilah sedikit cerita tentang sosok penjual sarung bantal dan kasur yang berjuang di antara kerasnya hidup ini dan terus berjuang tanpa ada kata menyerah, apakah kita juga memiliki daya juang seperti Yai Na'in ini.


 "Terus Berjuang"

04 September 2006

Kenangan Indah Bersama Ayah


Ingat dulu saat naik motor dinas Suzuki A100 keluaran tahun 79, di mana jalan dari rumah menuju ke jalan raya masih becek, berempat naik di motor yang di kendarai ayah, memang sudah bisa di tebak saat di jalan yang becek, licin dan berlumpur tersebut motorpun oleng dan kami semua jatuh di jalan yang penuh lumpur tersebut yang pastinya baju seragam sekolah menjadi kotor, begitu juga sepatu dan tas padahal jalan raya hanya beberapa meter lagi, tetapi yang kasihan dengan Ayah yang berbalut lumpur di samping menyelamatkan kami biar tidak terlalu kotor juga harus menyingkirkan motor biar tidak menghalangi jalan, walaupun ternyata tidak hanya kami yang terjatuh selang 10 menit kemudian ada juga pengendara motor yang jatuh, sehingga kami pulang kembali ke rumah dengan berkotor-kotor ria.

Atau saat menunggu ayah pulang lembur dari kantor yang sudah malam dimana bisanya membelikan sebungkus sate dari tempat ia bekerja, walaupun walam biasanya kami akan bangun dan menyantap sebungkus sate tersebut walaupun saat makan ibu harus membagi rata beberapa tusuk sate tersebut, tetapi justru itu yang membuat ayah tersenyum.

Sekarang di antara kerutan di wajah dan di kulitnya ia mungkin hanya bisa mengenang saat kami kecil dan beranjak mandiri di mana rumah yang dulu ramai dengan suara-suara kami yang sering bercanda, ataupun ribut dengan adik dan ayuk, sekarang rumah ini menjadi sepi hanya Ayah, ibu dan adik kami yang terkecil, itu yang sering ayah katakan pada saat kami sekeluarga berkunjung ke rumah tempat saya di bersarkan dulu.

Memang sekarang ayah tidak muda seperti dahulu lagi, tepat berumur 60 tahun pada tanggal 7 April 2009 kemarin tetapi banyak hal yang saya pelajari dari beliau baik untuk kehidupan maupun pergaulan, seperti yang pernah ia katakan "Kalau kerja jangan menghitung-hitung tulang, keringat dan uang", sampai sekarang prinsip itu yang saya ingat terus menerus di dalam kehidupan saya, atau ia pernah berkata saat saya ragu akan menikah atau tidak "Allah akan memperlihatkan rizki yang sesungguhnya saat kita menikah" , memang banyak petuah yang ayah tinggalkan untuk kehidupan ini.

Begitu juga bermasyarakat sepertinya ayah selalu sibuk membantu kegiatan tetangga dan warga yang meminta bantuannya, terkadang ibu sedikit marah saat di nasehati jangan terlalu capek karena nanti darah tingginya kumat, tetapi justru kalau tidak membantu menambah jadi pikirannya, kalau ada yang hajatan pasti ayah yang di percaya untuk menjadi koordinator di hajatan tersebut.

Memang ayah tidak memberi harta ke kami, tetapi beliau memberikan pendidikan yang baik bagi kami, sekarang di hari tuanya ia aktif menjadi pengurus masjid di rumah tempat ia tinggal, kalau melihat gayanya saat ke masjid seperti "Bang Jack" di sinetron "Para pencari tuhan".


"Selamat Ulang Tahun Ayah"

02 September 2006

Pilihan Hidup


Ilustrasi

Pilihan memang sesuatu yang berat terutama bila keduanya seimbang antara pilhan tersebut, apalagi saat kedua pilihan tersebut setelah di timbang-timbang antara keduanya antara baik dan buruknya juga seimbang, tetapi tenyata kita masih diharuskan untuk memilih karena tidak ada alasan untuk tidak memilih, keingian didalam relung hati yang paling dalam ingin memilih kedua-duanya, tetapi hal tersebut tidak mungkin…..

Memilih itulah salah satu “bumbu penyedap” yang selalu melintas di jalan kehidupan kita di mana banyak pilihan sepanjang jalan seperti ujian nasional yang akan menentukan kita berhasil atau tidak, memang bagi yang di hadapakan kepada pilihan tetapi karena mereka memiliki segala sumber daya untuk mengambil pilihan tersebut bukan menjadi masalah, seperi keinginan untuk membeli sepatu yang berwana hitam atau putih bai yang memiliki sumberdaya yang banyak dalam hal ini uang mungkin mereka tidak akan melakukan pilihat tetapi bisa memeilih kedua-duanya, tetapi bagi yang memilik uang yang terbatas yang hanya bisa membeli 1 sepatu pasti harus berpikir sejenak dan harus memilih, pilihan yang terbaik timbul dari hasil pertimbangan dari hati yang jernih dan kepala yang dingin, walaupun kita tidak bisa menebak pilihan yang kita pilih tersebut bisa membuat kita bahagia atau tidak yang penting kita sudah membuat pilihan atas kehidupan yang kita jalani, karena pilihan di dalam kehidupan ini tidak segampang saat kita akan membeli baju atau sepatu atau barang-barang kebutuhan lainnya, karena tidak sedikit yang menyesali pilihan yang telah di buatnya mungkin karena pilihan tersebut tidak di pikirkan denan matang terlebih dahulu, di mana dalam menentukan pilihan ini penyerahan diri kepada Allah merupakan hal yang penting karena beliau yang menggenggam jalan kehidupan ini.

Menurut saya pribadi bahwa menentukan pilihan ini bisa membantu kita untuk menjadi dewasa karena keputusan yang kita buat akan kembali ke kita juga baik atau buruknya, sehingga pemikiran yang matang dan juga kedewasaaan perlu di kedepankan disini bukan hanya sesaat. Tetapi yang pasti pilihan yang terbaik menurut kita belum tentu menurut Allah dan begitu juga yang menurut kita kurang baik munkin di mata Allah adalah sebaliknya, yang pasti berkihtiar dan berusaha bisa merubah nasib ini, semoga langkah ini menjadi ringan dengan pilihan yang baru saya buat………… ..Amin.


“Memilih”