CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.
Showing posts with label Tempoe Doeloe. Show all posts
Showing posts with label Tempoe Doeloe. Show all posts

18 June 2019

Cuci cetak Foto Kilat Di Palembang

Ilustrasi Cuci Cetak Foto Kilat Foto by : news.detik.com
Generasi era 90-an pasti masih ingat mengenai kamera analog,  klesie,  negatif film dan cuci cetak foto kilat atau di sebut dengan afdruk. Ciri kas cuci cetak foto  kilat atau cuci cetak foto kaki 5 ini adalah dengan gerobak dorong yang kebanyakan berbahan kayu dilapisi triplek hal biru dengan dua roda di kanan dan kiri yang membuatnya mudah dipindahkan.

Gerobak tersebut menjadi "kamar gelap", tempat cetak foto. Di dalam gerobak ada perkakas pencetak foto. Rangkaiannya (dari depan): dua papan berkaca pembesar, selubung kain hitam, lensa, papan pembatas, dan kertas foto,  serta beberapa cairan kimia untuk membantu proses percetakan foto tersebut.

Di era 1990-an sampai akhir 2000-an masih banyak tukan cuci foto kilat ini di seputaran seberang  masjid agung Palembang,  Tengkuruk, pasar 16 sampai ke Jalan Rustam Effendi dan Jalan Kolonel Atmo,  begitu juga di kawasan JM Plaza dan di kawasan IP sampai ke Ilir barat permai banyak di temui cuci cetak foto kilat ini.

Begitupun di kawasan kampus juga tidak lepas dari keberadaan tukang cuci foto kilat ini,  hanya dengan modal klesie foto saja tukan cuci cetak foto kilat ini bisa beraksi harga yang ditawarkan saat itu cukup murah di bandingkan dengan studio foto tapi dari kualitas juga berpengaruh karna kalau cuci cetak foto kaki 5 ini akan cepat menguning & terkadang hasilnya lengket.

Untuk harga perlembarnya sendiri biasanya sudah ditempel di dinding gerobaknya :
3 x 4 = Rp. 1.000,-
2 x 3 = Rp.  500,-.

Untuk solusi cepat terutama saat penerimaan siswa atau mahasiswa baru cuci foto kaki 5 ini adalah alternatif yang lumayan jitu,  krn kalau di studio foto untuk cetak foto saja bisa 2-3 hari dan harganya bisa jauh lebih mahal dari pada cuci cetak foto kaki 5. Dimana saat itu studio foto dunia di Jl.  Jend Sudirman menjadi pilihan utama untuk cuci cetak walaupun banyak juga studio lain di kota Palembang ini.

Saat ini sangat sulit menemukan lagi foto gerobak cuci foto kaki5 ini,  mungkin sudah tidak ada lagi,  karena kemudahan cuci cetak di foto studio pun bisa selesai dalam 1 jam,  membuat cuci cetak foto kaki 5 ini hilang tanpa sisa.

15 May 2017

Aksara Arab Melayu Di Kotak Amal Masjid SMB II



Aksara arab melayu yang terukir di kota sumbangan di halaman masjid Agung SMB II Palmbang, dengan terjemahan menggunakan ejaan suwandi, kotak sumbangan ini merupakan bekas kotak surat eks zaman belanda.

19 January 2017

Tepi Sungai Musi tahun 1970-an

Tepi sungai Musi tahun 1970 an sumber : httpnimh-beeldbank.defensie.nl

Tepi sungai Musi tahun 1970 an sumber : httpnimh-beeldbank.defensie.nl


28 November 2016

Toyota Buaya

Toyota Buaya (Missie) tahun 1979 Sumber : google

Pada masa orde lama bisa dibilang Toyota merupakan merk pendatang baru di pasar kendaraan Komersial Indonesia, saat itu kebanyakan kendaraan yang beredar di Indonesia merupakan merk merk dari Eropa dan Amerika seperti Thames Trader, Ford, GMC, Chevrolet, Dodge, dan Fargo.


Hasil gambar untuk toyota buaya
Toyota buaya sumber : gridoto.com
Pada tahun 1960 an Toyota Mulai masuk pasaran Indonesia, tidak diketahui importir pertamanya siapa karena saat itu tahun 1960an PT Toyota Astra Motor belum berdiri. Disebut Buaya karena kepala truk yang besar dan ketika kap mesin dibuka seperti buaya yang lagi mangap. Informasi awal truk Toyota sudah masuk Indonesia  gara gara buku sejarah di sekolah, ada foto di buku ketika pasukan RPKAD naik Toyota Buaya dalam Rangka Penumpasan G 30 S PKI pada tahun 1965.

Nama Asli Toyota Buaya adalah Toyota DA ( Diesel ), dan Toyota FA ( Bensin), Toyota DA yang masuk ke Indonesia merupakan Toyota DA Generasi kedua yang dipasarkan secara resmi mulai bulan September 1964 dengan kode kendaraan Toyota DA 115C. Truk ini dipersenjatai dengan mesin diesel Inline 6 silinder berkapasitas 6494 cc mampu menghasilkan tenaga maksimal cukup besar hingga 130 ps, keunggulan lain adalah sistem indirect Injection, sehingga tidak terlalu peka dengan kualitas solar.

toyotabuaya
Iklan toyota buaya sumber : awansan.com

Selain mesin Diesel, ada juga truk Toyota Buaya yang menggunakan mesin bensin dengan kode FA, seperti halnya Toyota DA, Toyota FA yang masuk Indonesia merupakan generasi kedua dengan Kode Toyota FA 100 , Mesin bensin yang digunakan merupakan bensin 6 silinder seri F andalan Toyota ( dipakai juga di land crusier ) , dengan kapasitas 3878cc, mesin ini mampu menghasilkan tenaga maksimal 130 ps .

Meskipun berumur tua, Hingga saat ini masih bisa Toyota Buaya mash bisa dijumpai di beberapa daerah Indonesia, biasanya di pinggiran kota dan digunakan sebagai sebagai truk angkutan galian, bagi awb Truk Toyota buaya mah seperti Kijang “ Memang Tiada Duanya” . Sumber : https://awansan.com/

Di Palembang sendiri kendaraan ini dulunya banyak di gunakan untuk angkutan pupuk dan angkutan karyawan/transport pada PT. Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan juga  pada angkutan semen, walaupun saat ini bisa di hitung beberapa lagi yang terseisa di Palembang.

18 October 2016

Saparela, Sugus & Es Hoya

1. Minuman Sarsaparilla / Saparela dan Soda.

Minuman yang terkenal di awal 1980-an ini sempat merajai pasar minuman bersoda khususnya di Palembang mengusung merek Sarsaparila Cap kembang Api  yang oleh lidah orang Palembang berubah menjadi Saparela karena sulit nya mengucap kata sarsaparila. Minuman yang di produksi dengan merek Kembang Api yang beralamat di seputaran penyaringan, lemabang ini daerah penyembarannya sampai ke seluruh wilaya Sumatera selatan,  dan sebagian di provinsi Jambi, Lampung dan Bengkulu serta Bangka Belitung, 

Dengan memiliki rasa yang khas, dengan botol hijau atau hitam dan tutup berwana merah menjadi kegemaran msyarakat saat itu dan pada masa itu setiap lebaran Idul Fitri ataupun Idul Adha kurang lengkap jika tidak menyajikan ini.

Selain mempoduksi Saparela perusahaan ini Cap Bunga Mas ini juga memproduksi soda untuk campuran minum biasanya di Palembang di kenal dengan "Soda Susu" yaitu susu kental manis yang di campur dengan soda ini dan di beri es batu sebagai penyegar.

Tapi pada Awal tahun 2000-an minuman sarsaparilla ini sudah mulai jarang terlihat di pasaran karena kalah bersaing dengan minuman-minuman bersoda bermerek import yang ada di Indonesia tapi untuk di kawasan pesisir seperti Sekayu, Sungsang, Makarti, Mangun Jaya dan beberapa tempat lainnya masih ada informasi yang menjual produk ini. 
sumber : http://www.imgrum.net/user/patrickmsi/1439106319

Hingga saat ini Sarsaparilla sudah sangat susah di cari di pasaran Palembang, entah masih di produksi atau tidak masih menjadi pertanyaan besar tetapi untuk soda sendiri masih banyak dan gampang di temui di warung-warung ataupun tempat-tempat makan di kota ini.




2. Minuman Sugus.

foto : cilegonantik
Satu lagi yang merupakan minuman bersoda tempo dulu yang pernah menghiasi kota ini bermerek SUGUS minuman yang di Produksi oleh PT. Djarum Emas Unggul ( Yang juga memproduksi air kemasan merk Aira sekarang menjadi Daira) yang terletak di kawasan KM 8 Palembang, memiliki beberapa varian warna seperti orange, merah dan hijau, di mana minuman Sugus ini lebih berkelas di bandingkan dengan minuman saparela, dengan botol ukuran sedang menjadi kan Sugus sempat menjadi minuman favorit  di saat itu. dengan di ikat lusinan teringat betul kalau saat lebaran paling senang kalau di kasih minuman ini.

Tapi saat itu kalau kebanyakan minum yang bersoda seperti ini mulai timbul penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tenggorokan.

Senasib dengan saparela juga  di awal tahun 2000-an minuman ini juga harus tergerus zaman karena kalah bersaing dengan minuman-minuman bersoda bermerek import yang ada di Indonesia dan adanya masalah intern perusahaan yang juga menjadi pemicunya.
foto : cilegonantik
2. Es Hoya 

Hoya merupakan merk minuman bersoda yang murah meriah hadir di seluruh wilayah Sumatera Selatan khususnya Palembang di awal tahun 1990-an, minuman rakyat yang saat itu di hargai Rp. 500 ,- (lima ratus Rupiah) per isi botolnya ataupun menukar isinya dengan menukarkan botol kosong milik kita. sering di sebut dengan Es Hoya karena saat meminumnya menang di campur dengan es batu.

Banyak varian warna dari hoya ini ada warna merah, orange, hijau, unggu, coklat dan beberapa warna lainnya, meminum es hoya ini biasanya di dampingi dengan makanan khas Palembang lainnya, pempek, tekwan, model, laksan dan lain sebagainya.

karena di sekitar tahun 1997-1998 minuman ini hilang dari peredaran dan tidak ada lagi sampai saat ini. Tidak ada dokumnetasi untuk produk yang pernah hadir di kota ini, karena saat itu memang sulit untuk mendapatkan dokumentasi tetapi untuk masyarakat Palembang sendiri yang pernah tahu atau merasakan nya pasti akan mengingat "ES HOYA" sebagai salah satu minuman favoritnya.

15 October 2016

Bus Surat di Masjid Agung SMB II Palembang


Kotak warna perak yang terdapat di pelataran masjid Agung SMB II Palembang saat ini merupakan celengan masjid dimana terdapat di dua sisi yaitu di samping kiri dan samping kanan masjid, pada awalnya warna bis surat ini orange, bis surat peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda, tertulis di bagias atas Brievenbus yang bearti adalah bis surat.

Dalam sejarahnya di Indonesia, pos sudah ada sejak zaman VOC berkuasa di tahun 1602. Kemudian seiring berjalannya waktu maka pos kemudian menyebar di Indonesia yang kantornya dimulai dari Batavia atau Jakarta pada tahun 1746.

Penggunaan kotak ini kabarnya pertama kali digunakan di Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1829 di Kantor Pos Batavia. Sedangkan penggunaannya untuk umum disediakan di Semarang pada tahun 1850 dan Surabaya pada tahun 1864.

Bus surat yang ada di halaman masjid Agung SMB II ini memang cukup unik, karena merupakan peninggalan langsung. Tingginya +/- 1,5 meter  dan di cor semen dengan tulisan Brievenbus di bagian atas dan tulisan buslichting (pengangkatan bus/surat) di bagian bawah. Sebenarnya, dibawah tulisan buslichting ada angka 1,2, dan 3 yang mengartikan jika kotak surat itu diangkat sehari tiga kali. 

Masih menjadi pertanyaan mengapa bis surat ini ada di pelataran masjid Agung ini, apakah memang sengaja di pindahkan atau memang letak awalnya di sana mengingat dari dahulu jarak masjid agung SMB II dan kantor pos besar Palembang memang tidak berjahuan. sedangkan di gerbang masuk kantor pos besar Merdeka juga terdapat 2 buah seperti ini yang masih di cat dengan warna orange.


Bus surat yang terletak di gerbang masuk Kantor pos besar Merdeka Palembang

Fungsi dari bus surat ini pun juga tidak seperti dulu lagi yang menampung surat-surat yang sudah di beri prangko dan petugas pos mengangkuta dan mendistribusikan ke tujauan masing-masing.


Saat ini fungsinya menjadi tempat celengan masjid Agung SMB II Palembang di mana disalah satu sisi terdapat tulisan arab melayu dan satu sisi terdapat tulisan latin yang tulisannya "MASUKANLAH UANG DALAM TJELENGAN UNTUK KEPERLUAN INI MASDJID". Jika di lihat dengan teliti huruf latin K di ganti dengan huruf  Kaf karena memang di kota ini orang-orang dulunya lebih ahli baca arab melayu.

03 October 2016

Tour de Ketek (Video)





2 Video ini cukup menghilangkan kerinduan kita akan transportasi yang satu ini.

Perjalanan yang di awali dari bawah jembatan ampera (7 ulu) kemudian di lanjutkan ke 1 ulu dan memutar balik lagi ke 7 ulu.

Kalau yang berbadan agak besar sebaiknya jangan duduk di depan dikarenakan sempit, selama perjalanan hanya ada ibu dan anak yang ikut kendaraan ini. Untuk satu kali perjalanan cukup membayar 1.500 (Tahun 2008).

Kata Pak Hermain ini mobil ini punya kakaknya yang akan dijual seharga 3-4 Juta, karena yang punyanya dulu mobil ketek warna merah sudah di beli oleh hotel horizon seharga 6 juta.

Mobil ketek dan nasibmu kini...............................kasihan.

DNP - Juni 2008

30 September 2016

Mobil Ketek "Sejarah Yang Tiada Berbekas"



Masih ingat gambar mobil di atas, gambar mobil ketek tersebut saya Upload pada tahun 2008 di kisaran bulan April yang di ambil di kawasan 7 Ulu Palembang, jenis Jeep Lansiran 50-an ini pada mesin sudah di ganti dengan mesin kijang yang informasinya lebih irit dan bertenaga di banding masin aslinya. Dokumen yang tersisa pada saat saya melakukan tour de ketek 2008 ini ......

 1. Bagian Depan Mobil





2 Bagian Ruang Kemudi







3 Bagian Dalam Mobil


Penumpang mobil ketek

Kursi panjang yang tebuat dari kayu di lapisi busa kursi
Menutup pintunya agak harus di banting
4 Bagian Luar ketek

Engsel pintu seperti di kijang doyok
Tutup ban depan



Bagian samping mobil

Ban belakang mobil

Tutup ban depan khas jeep

Brand nya.....

DNP - Memories Tour de Ketek 2008

11 September 2016

Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) Palembang

Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Jl. Gubah Palembang tahun 1950-an sumber : https://www.facebook.com/andi.s.kemas


SEKOLAH KEPANDAIAN PUTERI (SKP) ada 2 macam yaitu SKP 2 tahun dan SKP 4 tahun, SKP 2 tahun menerima siswi dari lulusan SR, pendidikannya khusus tentang kerumah tanggaan,setelah selesai dari SKP 2 tahun di harapkan seorang wanita dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Perkembangannya adalah sebagai berikut pada tahun 1955 terdapat 60 SKP 2 tahu, tapi pada tahun 1960 menurun menjadi 46 buah.

SKP 4 tahun mempunyai jangkauan lebih luas, para lulusannya di samping dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik mereka dapat juga bekerja mencari nafkah sesuai dengan jurusannya, bagi yang ingin sekolah lagi lulusan SKP 4 tahun dapat melanjutkan SGKP, SGTK dan sekolah bidan.

Melihat jangkauan dari luasnya, maka pendidikan SKP 4 tahun ini pada 2 tahun pertama berisikan pendidikan kerumah tanggaan dan 2 tahun berikutnya sepesialisasi kejuruan seperti memasak, menjahit, menghias, kain, membatik, menenun.  

Perkembangan SKP 4 tahun ini sebagai berikut pada tahun 1950 terdapat 63 buah dan pada tahun 1960 menjadi 121 buah.




Sama seperti di daerah lain di Palembang pun sekolah kepandaian putri (SKP) juga di dirikan dengan menggunakan bangunan sekolah tahun 1920-an eks Belanda di kawasan Jl. Gubah Palembang, aktivitas SKP Palembang hingga tahun 1980-an pun terhenti karena di lakukan pembongkaran gedung dan di jadikan SMP Negeri 13 Palembang.

Sumber tulisan  di rangkum dari berbagai sumber 

09 September 2016

Sabun Batangan Cap Kompas

Foto : Google

Sabun yang sudah ada sejak awal tahun 80-an ini memiliki kegunaaan yang multi komplek 3 in 1, dengan kwantitas yang cukup banyak dapat di gunakan untuk mencuci baju, mencuci perlengkapan makan ataupun pengganti sabun mandi.

Foto : Google
Dulu membeli sabun ini pun cukup unik karena bisa di potong, tidak bisa beli satu batang bisa di potong menjadi setengah batang, dengan di potong menggunakan tali nylon sehingga potongannya rata.

Di Palembang sendiri ada juga sabun batangan merek tjap Gajah yang kwalitasnya lebih rendah ketimbang sabun kompas, dan sabun superbusa yang kwalitasnya ada di atas sabun kompas, guru olahraga saat SD dulu pernah bilang " siapa yang kena penyakit kulit, seperti panu, kudis, kurap, eksim, jerawat dan lain sebagainya, bisa menggosok badanya yang terkena penyakit menggunakan sabun ini"

Mungkin saat ini sudah tidak ada lagi sabun komplek seperti ini karena sudah di spesifikasi seperti sabun khusus mandi, sabun khusus cuci piring ataupun sabun untuk kesehatan.

Tetapi selain untuk mencuci dan mandi zaman dulu sabun ini sering di jadikan alat untuk menampal tangki motor yang bocor, lumayan kuat sih, walaupun tidak bertahan terlalu lama, karena dulu sudah di coba ke tangki motor suzuki A100 punya Ayah.

31 August 2016

Timbangan Badan Jadul

Foto : Google

Jika lihat benda ini ingat dulu saat masih ABG paling sering menimbang berat badan karena mau baca kata-kata mutiara yang ada di belakang kartu yang keluar dari mesin tersebut, berbekal uang 100 perak dulu sudah bisa menimbang berat badan plus membaca kata-kata mutiaranya. Saat ini timbangan badan yang berlokasi di pertokoan Megaria ini mematok tarif 1.000 perak untuk sekali menimbang,... jadi sudah berapa lama timbangan ini ya ??

27 August 2016

Masjid Agung dan Mobil Kayu Tahun 1924


Sumber foto  : andi.s.kemas

Ford Model T (juga dijuluki Tin Lizzy maupun Flivver) ialah mobil dari Amerika Serikat yang dibuat antara 1908 dan 1928 oleh Ford Motor Company dari Detroit, Michigan. Mobil ini merupakan mobil pertama yang terjangkau untuk masyarakat kelas menengah Amerika Serikat; diantaranya karena efisiensi pabrik yang diterapkan, termasuk penggunaan lini perakitan dan bukan buatan tangan. Ford Model T dijuluki sebagai mobil paling berpengaruh pada abad ke-20 berdasarkan sebuah pemungutan suara internasional.
Model T dibangun pertama kali pada tahun 1908, yang merupakan tahun bersejarah karena pada tahun tersebut pertama kalinya mobil itu menjadi terkenal. Produksi pertama ModelT dilakukan pada 12 Agustus 1908 dan meninggalkan pabrik pada 27 September 1908, dari Pabrik Piquette di Detroit, Michigan. 26 Mei 1927, Henry Ford mengunjungi pabriknya untuk menyaksikan produksi Model T yang ke 15 juta pada lini perakitan pada pabriknya di Highland Park, Michigan. sumber : museumangkut
SEJARAH
Sejarah Pickup Ford di dunia sama panjangnya dengan sejarah brand Ford itu sendiri. Berawal pada 1913 ketika Ford meluncurkan Model jenis T jenis penumpang dan truk dengan sasis sama. Baru pada 1917 diperkenalkan Ford Model T dengan sasis pertama khusus truk 1 ton. 

Sejak itu truk pickup Ford mengalami evolusi hingga pada 1965 Ford untuk pertama kalinya memperkenalkan nama "Ranger" sebagai paket styling truk pickup Seri F (F-Series). Kini Ford hadir dengan sejumlah produk truk pickup terbaik di Dunia seperti F-150 Super Duty, E-Series, Courier, dan Ranger.
  • 1917 Ford 1 Tonne Pickup Truck

Ford Jakarta
Setelah Sukses luncurkan model T sebagai kendaraan penumpang produksi masal pertama dan berkembangnya era industrialisasi maka meningkat pula kebutuhan akan kendaraan niaga dan industri. Melihat peluang pasar yang cukup besar serta pengalaman memodifikasi model T menjadi kendaraan industri untuk memenuhi kebutuhan di internal Ford. maka pada 27 juli 1917 diluncurkan produk truk Ford yang pertama dengan nama model TT 1 Tonne Pickup Truck. Dimulailah perjalanan Ford untuk menjadi pabrikan kendaraan truk yang tertangguh di dunia hingga saat ini. 


25 February 2016

Syekh Kms.H. Abdullah Azhary (Ki.Pedatuan)



MENGENAL ULAMA SUFI - WALIYULLAH

Syekh Kms.H. Abdullah Azhary (Ki.Pedatuan) - Penyiar Tarekat Sammaniyah.
Lahir: Palembang, Senin 27 Sya'ban 1279H/1862M.

Wafat: Palembang, Sabtu 16 Z.Qoidah 1357H/7 Januari 1939M.

Ia lebih akrab disapa dg Cek Olah. Lahir di kampung Pedatuan 12 ulu.
Ayahnya bernama Kms.H.Muhammad Azhary bin Abdullah bin Kms.H.Ahmad keturunan Sunan Kudus terus ke Rasul Saw.
Buyutnya Kms.H. Ahmad (w.1800) adalah murid utama Syekh Muhammad Samman selain sahabatnya Syekh Abdus Somad al-Palembani.
Selain ulama sufi, Ki.Pedatuan juga aktif dibidang organisasi2 kemasyarakatan & dunia Pendidikan Islam.

Sumber : andi.s.kemas

02 July 2012

Palembang Square

Palembang Square Exs Taman Ria di Jalan Angkatan 45

Tempo Doeloe, Dihiasi Taman Ria dan Taman Budaya, Masyarakat metropolis bisa saja dimanjakan dengan hadirnya pusat perbelanjaan terbesar, Palembang Square (PS) sejak tahun 2004 lalu. Di sisi lain,tak banyak mengingat wajah lama  kawasan tersebut. Era tahun 70 hingga memasuki tahun 2000, kawasan tersebut merupakan kawasan taman serta pusat kesenian, tempat seniman nongkrong. Seperti apa wajah PS Tempoe Doeloe?

Sulit membayangkan kondisi PS zaman dulu. Apalagi jika dikatakan kawasan tersebut merupakan bekas sebuah taman, akrab disebut Taman Ria. Saat ini, samasekali tidak ada bekas sedikit pun menunjukan adanya taman tersebut. 

Namun, bagi kalangan seniman seperti Tarech Rasyid, taman tersebut sangat diingatnya. Wajar saja, disebelah taman ria tersebut merupakan arena teater atau teater terbuka, tempat seniman seperti dirinya berkumpul. 

Pria berambut ikal berumur 56 tahun ini menyebut, selain arena teater, di kompleks PS saat ini terdapat Taman Budaya. Ada juga gedung perpustakaan dua lantai, yang diatasnya digunakan sebagai tempat pameran. Sedangkan posisi Hotel Aryaduta berada dalam komplek PS, merupakan tanah kosong.

Hiburan Rakyat Kecil

Kepada Sumeks Minggu ditemui tiga hari lalu, dosen Fakultas Hukum Universitas IBA (UIBA) Palembang ini menceritakan, jika konsep Taman Ria yang diperkirakannya kini berada di ruko PS deretan Palembang TV (Pal TV,red) layaknya pasar malam yang kini bergeser ke pinggiran kota. 

“Dikatakan taman karena tempat itu memang taman. Banyak pohon-pohon besar. Sebagai taman, tempat itu sebenarnya tempat hiburan. Ada roda besar yang berputar, motor-motoran, tempat hantu, banyak juga arena permainan ketangkasan. Kurang lebih seperti arena pasar malam,” ungkap ungkap pria berambut ikal ini. 

Taman hiburan seperti ini ditegaskan Tarech merupakan hiburan bagi masyarakat kecil. Pasalnya, sejak tahun 80 hingga usai reformasi tahun 1998, taman tersebut tergerus, berganti mall. “Kalau mall itu konsepnya untuk mempermudah orang belanja saja. Tapi tetap, saya melihatnya bukan untuk kalangan masyarakat kecil,” ujarnya. 

Alhasil, dalam pandangan pria berkacamata ini, selain Punti Kayu, sebenarnya Palembang kekuarangan tempat hiburan bagi masyarakat kecil. “Sekarang paling cocok buat masyarakat kecil itu punti kayu. Tempat ini (Punti Kayu,red) mirip-mirip seperti taman ria, cuma kawasannya lebih luas lagi. Kalau water boom yang sekarang marak, itukan masih untuk kalangan menengah sama menengah keatas. Kalau BKB, itu namanya ruang publik bukan tempat hiburan,” ujarnya. 

Tergeser Akibat PON
Lalu kenapa pula taman ria sebagai aset Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel ini hilang begitu saja? Tarech mengingat kejadiannya hampir sama dengan ketika dilaksankannya Sea Games 2011 lalu. Ketika Sea Games hendak digeber, Pemprov melakukan BOT dan membangun Undermall serta RS Siloam. Dengan konsekwensi menghilangkan jejak Lapangan Parkir Bumi Sriwijaya.

Begitu juga Taman Ria. Tergeser oleh rencana Pemprov, ketika hendak menggeber PON tahun 2004 lalu. “Kejadiannya sama persis seperti bangunan Undermall dan RS Siloam itu. Dengan alasan Sea Games Pemprov membangun Undermall dan RS Siloam. Dulu, karena alasan PON, Pemprov mengadakan BOT membangun PS dan menghilangkan Taman Ria,” ujarnya. 

Hanya saja, nasib gedung arena teater serta Taman Budaya oleh Pemprov di pindah ke kawasan Dekranasda Jakabaring. Meski gedungnya lumayan baik, tetap saja, Tarech yang mantan seniman, pernah tergabung dalam Kelompok Studi Kebudayaan Kali Musi menilai, pemindahan atau tukar guling, gedung Taman Budaya serta area teater tidak setimpal. Dalam pandangannya, pusat kesenian, seharusnya sudah tepat berada di kawasan Jl Angkatan 45 serta POM IX. 

Konsep Perjudian, Tak Begitu Dipedulikan

Sementara, Kgs H Roni Hanan, Pengurus Harian Dewan Pembina Adat Kota Palembang yang sempat dihubungi koran ini tak banyak mengingat kawasan Taman Ria. Ketika ditanya, Cek Roni, sapaan akrab Kgs H Roni Hanan sempat berpikir lama, mencoba mengingat kawasan yang cukup lama menghilang tersebut. 

Nah, keterangan Ketua Kerukunan Keluarga Palembang (KKP), tahun 1999 hingga 2009 ini, taman tersebut sudah ada sejak era tahun 70 an. Awal dibuka, taman ria terbilang ramai. Maklum, samasekali tidak ada tempat hiburan lain. 

Konsepnya sama dengan diceritakan Tarech Rasyid. Lebih menyerupai pasar malam yang kini banyak digelar di pinggiran kota. “Cuma taman ria itu permanent. Dari pagi sampai malam. Kalau pasar malam itu berpindah tempat dari kampung ke kampung,” ungkap Cek Roni. 

Berbeda dengan Tarech Rasyid yang menilai taman tersebut sekedar hiburan masyarakat kecil melepas penat bersama keluarga, Cek Roni mengatakan konsep dianut Taman Ria saat itu, sudah mengarah pada judi. 

Pasalnya, selain hiburan roda lambung dan hiburan lain bagi anak, permainan ketangkasan dengan berbagai hadiah, termasuk hadiah uang, dinilainya sudah berbau judi. 

“Cuma tempat itu dulu kan resmi. Masyarakat Palembang juga dulu kurang kritis tak begitu peduli seperti sekarang,” tandasnya.(wwn)

Sumber tulisan : sumeksminggu.com/

Palembang, PS, 0712, Dodi NP

16 June 2012

Hotel Malaya Palembang

Hotel Malaya saat ini
Hotel malaya yang merupakan salah satu bangunan yang terletak di Jalan Ali Ghatmir (dulunya bernama Jalan Karang Kuang diambil dari sungai yang melintas di jalan tersebut , sedangkan  Ali Ghatmir sendiri di ambil dari nama salah satu ketua DPR di Palembang) yang di bangun sekitar tahun 1940 atau 50an ini, merupakan hotel kelas melati yang masih berfungsi sampai dengan saat ini.

Hotel yang memiliki 30 kamar ini secara bentuk bangunan hampir mirip seperti eks hotel Aman ( Sailendera Institute / Kursus Sailendra, dengan balkon di lantai dua menjadi ciri khas bangunan tempo dulu ( lihat hotel riau) di Palembang.

Di sekitar Hotel malaya ini banyakdi temui bangunan-bangunan tempo dulu seperti di samping kiri bangunan tersebut bangunan tahun 30 an yang di di lantai 1 terdapat percetakan yang cukup terkenal pada saat itu begitu juga di seberang bangunan tersebut atau di samping PT. Kodja Bahari juga terdapat bangunan bangunan tua lainnya. 

Di dekat hotel melati dua terdapat Lorong kedipan yang secara tutur di katakan bahwa tempat lahinya tempat keluarga Pangeran Dipokesumo (zuriat dari Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing Lago) walaupun pada saat Admin melakukan penelusuran kesana sudah tidak ada lagi orang yang tahu di mana tempat yang pastinya, sedangkan tidak jauh dari lorong kedipan terdapat lorong Masawa : dimana lorong ini di ambil dari salah satu suku kabilah Arab Al Masawa salah satu rumpun Ba Alawi (Alawiyyin) yang mendiami lorong tersebut.

Palembang, 13 Ilir, 0612, Dodi NP

09 May 2012

Bioskop Rosida ( Rex ) Palembang

Bioskop Rosida/Rex di Jalan Sekanak yang sekarang tinggal kenangan ( Mei 2012 )
Pada tahun awal 90-an, masyarakat Indonesia masih sering mengadakan acara nonton bareng dengan menggunakan layar tancap yang biasanya di putar oleh Departemen Penerangan ataupun pihak swasta  (Perusahaan rokok ataupun lainnya), biasanya acara ini diadakan di daerah-daerah dengan penduduk yang mayoritas kurang mampu, film yang diputar pun kebanyakan film lokal atapun film yang sudah sangat sering di putar di layar tancap.Pada tahun tersebut pun perkembangan masyarakat yang menonton di bioskop pun masih terbilang minim. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai meninggalkan budaya layar tancap dan beralih ke layar digital.

Salah satu "Gedung layar tancap" adalah Bioskop Rosida di Jl Depaten Baru, Kelurahan 28 Ilir, Ilir Barat II, yang sudah ada sejak awal tahun 60-an tetapi sekarang ini hanya tinggal bangunan tua yang sudah lama tidak di gunakan lagi entah gedung ini dijadikan gudang atau penangkaran walet juga belum ada informasi yang pasti). 

Dulu bioskop masih banyak menggunakan nama-nama asing termasuk juga bioskop ini. Dengan fasilitas "Kelas" dari kelas terbaik sampai kelas III, yang menentukan tingkat kenyamanan kita duduk, kengan fasilitas kursi kayu yang dbalut dengan busa (pada awalnya menggunakan kursi rotan), cukup pas menjadi sarana rekreasi pada saat itu.

Penulis mempunya pengalaman sendiri saat nonton di bioskop ini di era  90 an dalam 1 kali pertunjukan bisa menonton 2 film, dengan duduk di kursi yang busa joknya sudah tidak "sempurna" lagi itupun di selling dengan garuk-garuk karena digigit "kepinding" ataupun tikus yang melintasi di kaki kita. 

Sekarang bioskop ini hanya tinggal kenangan karena kalah bersaing dengan stasiun TV yang semakin banyak dan juga serbuan film dalam bentuk "DVD/VCD" maka bioskop ini sendiri tidak bisa lagi untuk menutupi biaya operasionalnya sehingga memiliki nasib yang sama seperti bioskop yang ada di Palembang lainnya seperti : Bioskop Mawar, Bioskop kop Odeon (Kertapati), Bioskop Sanggar dan juga Bioskop Cineplex.

Palembang, Sekanak , 0512, Dodi NP

10 January 2011

Iklan Lamo

Iklan Battre ABC di simpang 4 IP

Lokasi iklan yang dulunya ada di simpang empat IP di atas bangunan yang sudah didirikan sejak tahun 1952 atau 1372 H, menampilkan salah satu produk battre negeri ini hingga sampai awal 2000-an iklan ini di bongkar. Begitu juga di era 70-an iklan battrey ABC ini juga ada di pangkal proyek jalan tengkuruk.

Sehuingga ada cerita kosong (kelakar betok), saat orang dari daerah melihat Palembang yang terang benderang merasa takjub, berbeda dengan di dusun nya. Tapi saat melihat battre besar yang ada di atas gedung ini ia bercuap "Cacam .... alangka beso battre ikak, wajar kalu Palembang kak terang terus" (Cacam..... alangkah besarnya battre ini, wajar kalau Palembang ini terang terus"... karena ia mengira listrik di Palembang di hidupkan dengan battre.

Iklan yang di bintangi oleh H. Rhoma Irama yang salah satunya dulu terpampang lumayan besar di tepat di simpang kenten ke arah celentang dan sako sehingga tidak heran simpang ini sampai saat ini di sebut simpang bombat.

Ada beberapa lokasi yang terkenal karena iklan produk seperti simpang bombat yang terletak di celentang Perumnas di karenakan adanya iklan obat batuk boombat di sertai H. Rhoma Irama,

Ataupun simpang kosetan (baca : Korek Api) yang ada di Kertapati karena juga efek adanya iklan korek api batangan, sehingga sebagian orang-orang tua yang lahir tahun 40-50 an sering menyebutkan kawasan ini dengan simpang kosetan.
Hasil gambar untuk korek api kayu
Ilustrasi

10 December 2009