Ina adalah seorang anak berumur +/- 8 tahun yang telah bertarung
dengan kerasnya hidup di jalanan kota ini dengan bermodalkan sebuah “kecrekan”
buatan sendiri yang berasal dari bekas tutup botol, dia berkeliling dari mobil
dan motor saat sedang berhenti di persimpangan tersibuk di kota ini.
Mulut kecilnya melantunkan lagu-lagu yang sedang hit’s saat ini
dengan bermodalkan kecrekan ini, Ina bisa mendapatkan uang 15 sampai 20 ribu
sehari, jumlah yang cukup besar untuk anak-anak seumuran Ina.
Tetapi uang dari hasil ngamenya bukan Ina sendiri yang
menikmatinya ada orang lain yang dianggap sebagai “Induk Asuh”nya yang
melakukan pembagian penghasilan terhadap Ina yang akhirnya uang yang ia
dapatkan tidak akan lagi sebesar itu.
Ina yang di lahirkan dari keluarga yang kurang mampu ini terpaksa
bertarung dengan kerasnya hidup di karenakan Bapaknya yang tukang becak mati di
tabrak sedan saat sedang melintas di jalan di kawasan elit kota ini, ibunya
yang hanya bekerja sebagai tukang cuci tidak bisa berbuat banyak dengan
kerasnya himpitan ekonomi sedangkan Ina dan kedua adiknya tidak bisa terus
meratap karena harus makan dan terus bertahan hidup. Apalagi saat Surti
menawarkan Ina agar ikut dia untuk mencari uang sendiri dengan mengamen di
lampu merah Ina dan ibunya setuju saja karena tidak ada pilihan lain.
Ina sampai saat ini tidak pernah merasakan yang namanya bangku
sekolah, apalagi belajar dari yang namanya guru, keinginannya untuk sekolah
sangat tinggi walaupun dia tidak tahu harus bersekolah di mana apalagi yang
berkaitan dengan biaya. Yang ia lakukan sekaran belajar berhitung dan menulis
dengan ibunya pada malam hari. Walaupun ibunya hanya tamatan SD, Ina
bersungguh-sungguh untuk belajar dengan bermodal buku bekas dan pensil yang
kedua ujungnya di raut dengan pisau, tidak menguruangi anak ini untuk belajar.
Suatu hari dia sampat menonton film “Laskar Pelangi” yang di putar
oleh tetangganya walaupun dari VCD bajakan yang berceritra tentang anak-anak di
tengah keterbatasan ekonomi tapi tetap semangat untuk belajar walaupun tontonan
ini harus membayar 500 Rupiah per orang, film ini yang membuat Ina bertambah
semangat untuk belajar dalam dirinya, uniknya setiap tetangganya memubuka VCD
ini pasti Ina menonton kalau di hitung dengan jari sudah 8 kali.
Walaupun Ina tetap bertarung di jalanan tetapi sekarang terselip
buku bekas dan pensil di dalam kantung belakangnya, agar saat istirahat ia bisa
belajar menulis, membaca ataupun berhitung.
Ina memang bukan bocah yang beruntung tetapi ia memiliki impian yang
besar yang mengalahkan panasnya matahari jalanan, ia hanya tetap bahagia
memiliki impian yang besar walau ia tidak tahu masa depan yang bagai mana yang
akan terwujud.
Mudah-mudahaan program dari penguasa di kota ini dengan “Sekolah
Gratis” bisa menampung Ina dan ratusan anak-anak usia sekolah lainnya, dimana
bisa mewujudkan cita-cita mereka tanpa membebankan kantong orang tua dengan
berbagai macam kebutuhan untuk sekolah. Seperti yang di programkan beserta buku
gratis, baju, sepatu tas dan lainya.
Dengan berjalannya progam ini pengawasan dari masyarakat akan
sangat penting untuk mewujudkan impian Ina dengan Laskar Pelanginya, ataupun
anak-anak lainnya di kota ini.
“Prajurt-Prajurit Surga”
No comments:
Post a Comment