Palembang pernah melahirkan tokoh-tokoh ulama masyhur di antaranya Sheikh Kiemas Muhammad dan Fakih jalaluddin, dulu, saya agak heran mengapa kebanyakan nama orang palembang berakhiran Din, misalnya tajuddin, Baharuddin, Badaruddin, bahkan ayah saya sendiri bernama Syamsuddin. Ternyata Din di sana bermakna Agama. Palembang, sebelum masuknya agama Islam di kenal sebagai ''Pesantren'' agama Budha, sumber-sumber sejarah mengatakan, berbondong-bondong orang pergi ke Sriwjaya untuk belajar agama Budha kepada guru besar Satyakirti. Dengan demikian orang-orang palembang sejak jaman dulu memang sudah akrab dengan kajian-kajian keagamaan.
Setelah masuknya Islam ke wilayah ini maka gairah belajar agama tidak pernah menyurut di sebagian generasi muda Palembang. Tidak dapat di pungkiri ulama asal Palembang yang paling legendaris adalah Sheikh Abdul Shomad al Palimbani, boleh di kata beliaulah yang telah membuat nama Palembang menjadi lebih''ngetop'' di kalangan para penggemar tasawuf, bukan apa-apa beliau ini pengulas paling mantaf kitab Ihya sebuah karya agung dari Imam Al-Ghozali. Ketenaran Sheikh Abdul Shomad tidak hanya sebatas Nusantara, nama beliau juga di kenal di Malaysia, mengapa beliau dapat di kenal luas? itu di sebabkan beliau ini seorang ulama yang memiliki mobilitas tinggi, alias tukang merantau. Lama Tinggal di Makkah membuat pergaulan beliau menjadi lebih terbuka, terlebih-lebih Makkah pada waktu itu terkenal sebagai pusat belajar Agama Islam, ratusan Ulama terkemuka tinggal di sana, sehingga tidak usah heran Sheikh Abdul Shomad akhirnya menjadi seorang ulama yang tidak hanya tinggi ilmunya tapi juga luas wawasannya.
Lama setelah era Sheikh Abdul Shomad akhirnya kota Palembang kembali mendapatkan ''barokah'' dengan lahirnya KH Muhammad Zen Syukri pada tahun 1919, Beliau ini ulama Kharismatik palembang, terinspirasi dengan Sheikh Abdul Shomad KH. Muhammad pun berniat pergi ke Makkah untuk menuntut ilmu agama. Namun rencana Allah berkata lain, beliau tidak dapat pergi ke Makkah, namun beliau mendengar nama seorang Ulama jebolan Makkah yang mempunyai sebuah pesantren, Namanya KH. Haysim Asy'ari(kakeknya Gus Dur) pendiri NU. Dengan tekad yang membara beliau pun berangkat Jombang, di mana Pesantren Tebu Ireng yang di asuh KH Hasyim berada, janganlah membayangkan kondisi perjalanan di jamannya KH Zen, waktu itu semuanya serba terbatas, namun itu semua tidak menyurutkan tekad beliau. Singkat cerita, sampailah beliau di Tebu Ireng, kemudian Zen yang waktu itu masih ABG mengutarakan niatnya untuk menjadi khodam( pembantu) KH Hasyim, padahal waktu itu KH Hasyim telah memiliki banyak khodam, Syukurlah KH Hasyim berkenan menerima Zen muda sebagai khodamnya. Di kalangan pesantren, terutama pesantren-pesantren NU menjadi khodam kyai adalah impian para santri, di sinilah mereka akan mendapatkan bimbingan dan sentuhan langsung tangan dingin kyai.
Berkat intrekasi yang sedemikian dekat dan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama pula maka tidak heran para khodam biasanya memiliki kelebihan di bandingkan santri biasa. Sebuah tulisan di media dakwah menyebutkan, Zen muda bertugas sebagai pembawa kitabnya KH Hasyim ketika Ulama besar tersebut mengadakan pengajian keliling. Dalam khazanah keilmuan KH Hasyim di kenal sebagai ulama yang menguasai ilmu hadist dengan sangat-sangat baik. Karena itu tidak heran KH Zen pun menguasai ilmu tersebut dengan baik pula, selain lmu hadist KH Zen banyak belajar ilmu tasawuf dari KH Hasyim. Selepas nyantri di Tebu Ireng, KH Zen memutuskan pulang ke Palembang.
Berkat ilmunya yang tinggi di tambah kharismanya KH Hasyim membuat beliau langsung dapat di terima oleh masyarakat Palembang. Setiap penguasa negeri ini tidak pernah lupa untuk berziarah ke beliau jika mampir ke Palembang, dan tadi sore saya menerima khabar dari Siti Palembang, bahwa Ulama yang telah menghabiskan umurnya untuk berdakwah itu telah berpulang menghadap Tuhan yang maha gagah. Ulama yang tidak hanya tinggi ilmunya tapi juga bening hatinya, ulama yang terus memikirkan kondisi umatnya, ulama yang menjadi tempat bertanya banyak orang di Palembang, belum kering dari ingatan kita wafatnya KH Abdulah Faqih, sekarang KH Muhammad Zen Syukri pun telah menyusul KH Abdullah Faqih. Semoga Tuhan mengampuni beliau dan menerima segala amal baiknya, dan semoga juga keluarga yang di tinggalkan tabah dalam menghadapi cobaan ini. Hari ini kabut duka menyelimuti kota Palembang.
Sumber : http://www.kompasiana.com/
No comments:
Post a Comment