CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

05 December 2006

Radio 2 Band

Tukang Koran
“Koran….koran….koran “…teriak Yudi lantang menjual dagangannya di antara bus-bus,angkot dan kendaraan pribadi yang ada di salah satu simpang empat lampu merah di kota ini.

“Mad, sepertinya uang hasil penjualan ini akan saya belikan radio 2 band kecil untuk ibu, biar ada yang menunggu ibu saat ibu pulan mencuci”..ujar Yudi,

Madi hanya tersenyum, “ada uang berapa yud..? tanya nya
“kurang lebih 75 ribu termasuk hasil penjualan koran hari ini”…kata yudi
“nanti kalau sudah cukup temani aku untuk membeli radio, ya mad”..ujar yudi bersemangat
hanya anggukan dari Madi yang mengisyaratkan kesediaannya, karena Madi juga sedang menghitung uang hasil penjualannya hari ini.

Yudi memang di lahirkan dari keluarga yang tidak mampu, Bapaknya sudah mendinggalkan dia dan ibunya semenjak umur 6 tahun sehingga Yudi sendiri tidak tahu muka dari Bapaknya, ia hanya di asuh sendiri oleh sang ibu yang bekerja keras sebagai buruh cuci di tempat dia tinggal, di mana mereka tinggal di dalam gubuk yang reot yang merupakan warisan dari kakenya Yudi.

Mereka berdua yang tinggal di dalam gubuk tersebut dengan keterbatasan yang ada tidak membuat Yudi dan ibunya menyerah dalam kerasnya kota ini, Madi merupakan teman terdekat dari Yudi yang rumahnya tidak seberapa jauh, dan dengan Madi inilah Yudi sering bercerita mengenai impian dan angan-anganya.
“Mad, Lusa adalah hari ulang tahun emak, aku mau beri kejutan ke emak….” kata Yudi.
“kejutan apa ?’, jalan-jalan, beli kue, emang kamu punya uang..?. tanya Madi Panjang.
tanpa menjawab Yudi tersenyum…”Aku mau memberikan emak Radio 2 band,”..jawabnya
“Mad, lusa tolong temenin aku kepasar untuk membeli radio” kata Yudi lagi.
“Oke tetapi sehabis Jualan koran ya..” jawab Madi.
“Ayo….dagang lagi…biar banyak duit” kata Yudi dengan semangat.

Segera beranjak dan menjajakan koran di antara sela-sela kendaraan yang berhenti di persimpangan tersebut, terlihat benar semangat yang ada pada Yudi untuk mewujudkan mimpinya membelikan radio untuk emak, memang selama ini ulang tahun hanya sebagai pergantian hari tidak ada yang special tidak ada kue ulang tahun apalagi pesta yang meriah, tetapi tahun ini ada yang ingin Yudi ciptakan secara berbeda.
Sore harinya setelah mengembalikan sisa koran yang tidak terjual, Yudi dan Madi menuju toko elektronik tempat radio 2 band tersebut di jual, hari ini mereka rencanya melihat-lihat dulu warna dan harga yang pas, setelah di lihat ada 1 yang pas dan cocok harganya, tetapi Yudi terdiam dan di luar toko dia berkata kepada Madi

“Mad, kalau radio itu uang ku kurang 15 ribu” ucapnya
“Nanti aku tambahin Yud” kata Madi
“Emang kamu ada uang ?”, tanya Yudi
“Kalu segitu tabungan aku ada, kamu nggak usah banyak pikir, ini juga kan untuk emak” ucap Madi kembali
Tampak keceriaan di muka Yudi mendengar hal itu, satu hal yang Madi lihat pada hari itu, keceriaan untuk membahagiakan emak tercinta.

Keesokan harinya mereka berdagan seperti bisa, mendung menggelayuti kota ini dan sesekali di iringi oleh gerimis kecil, tetapi tidak membuat Yudi dan Madi kehilangan semangat untuk menjual koran, walau harus membungkus kepala mereka dengan kantong plastik agar tidak basah.

Menjelang sore mereka pun menggembalikan koran dan bergegas ke toko elektronik tak lama berselang tampaklah bungkusan plastik kresek yang berisi radio 2 band untuk emak, Yudi berceloteh sepanjang jalan bahwa emak pasti akan bahagia.

Tepat di arah seberang jalan gang menuju rumah Yudi, ia menyerahkan bungkusan radio tersebut ke Madi sambil berkata

“Mad, kamu nyebrang saja dulu, aku mau beli makanan untuk emak”..katanya
Sambil menyerahkan bungkusan radio tersebut ke Madi, dan sesaat kemudian Madi sudah berada di seberang jalan, dan terlihat oleh Madi, Yudi pun bergegas masuk ke salah satu rumah makan dan tak lama berselang keluarlah Yudi dari rumah tersebut.

Tetapi saat mau menyebrang menyusul Madi tanpa sadar dengan cepat sebuah sedan menghatam tubuh kecil itu, dan terpentalah Yudi hampri 5 meter kedepan dan dari kejahuan Madi melihat Yudi sudah tidak bergerak lagi.

“Yudi…………………………” teriak Madi yang di ikuti oleh larinya mobil penabrak.
Orang berkumpul pun melihat si Yudi tergeletak di Aspal muka dan beberapa bagian dari tubuhnya di penuhi dengan luka, “Yudi….Yudi Bangun….Bangun” teriak Madi, tetapi Yudi tidak bergerak sedikitpun.
“Yudi……..” Teriakan Madi berubah menjadi tangisan, ia tahu sahabat baik nya sudah di panggil oleh yang esa.

Tak ayal lagi pertemuan hari itu merupakan pertemuan terakhir Madi dan Yudi untuk selama-lamanya.
Setelah 3 hari penguburan jasad Yudi, Madi pun bertandang ke rumah Yudi, emak yang masih merasakan kesedihan atas hilangnya buah hati tercinta dan bukan hal yang mudah untuk di lupakan,
“Mak, emak jangan sedih terus” kata Madi

Tanpa berkata emak memeluk Madi dan meneteskan air mata.
“Mak, ini ada Hadiah dari Yudi” kata Madi sambil menyerahkan bungkusan tersebut dan sambil bercerita mengenai hadia tersebut, saat di buka bungkusan tersebut semakin meledak lah tangisan emak.

“Yudi……” tangis emak sambil memeluk radio 2 band pemberian yudi, Madi pun terdiam hanya buliran air mata juga mebasahi pipinya.

“Assalamualaikum” terdengar ucapan
“Walaikum salam” jawab Madi sambil menghapus air mata.
bergegas madi ke pintu depan dan di dapatinya sesosok pria 50 tahunan yang tampak lusuh sambil membawa tas ransel berwarna hijau.

“Bapak…………” Lirih emak yang berada di ruang tengah.
“Emak…”kata bapak tersebut sembari bersujud di pangkuan emak Yudi.
Madi Bingung, tidak tahu siapa Bapak tersebut….

“Maafkan Bapak, mak…selama ini telah mentelantarkan emak dan Yudi, Bapak salah, Bapak khilaf, ……..” tangisan Bapak itupun meledak di ikuti dengan tangisan emak.

Tak lama beselang,
“Itu Yudi ya mak……? tanya Bapak itu
“Bukan pak ..itu Madi…teman Yudi…..ceritanya panjang….pak “jawab emak
“Jadi Yudi kemana ?” tanya Bapak itu lagi..
Tanpa berkata dan menangis Emak menunjukan radio 2 band hadiah dari Yudi.

Madi baru tahu kalau Bapak tersebut adalah Bapak kandung Yudi yang sudah 10 tahun ini meninggalkan dia, sambil menarik nafas Madi mengada ke langit…..”Bahagialah engkau di sisinya Yudi……Sahabat Sejatiku”.

No comments:

Post a Comment