CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

21 December 2006

Ujang Dan Fenomena Rutan Palembang

Ilustrasi Rutan
Ujang hanya tertunduk lesu di sudut kamar sambi memperhatikan si Amat yang sedang menulis di dinding sel, kasus pengeroyokan seperti itulah yang di kenakan kepadanya kasus yang di karenakan darah mudanya yang tidak terkontrol menyebabkan laki-laki yang baru 6 bulan menikah ini berkelahi dengan pemuda yang juga tinggal 5 gang dari tempat si ujang tinggal dengan dalih harga diri, di mana berujung kepada dinginnya pelukan kamar di salah satu rumah tahanan di kota ini.

Dengan menghuni kamar ukuran tidak lebih dari 5 X 5, Ujang di tempatkan di kamar tersebut dengan belasan penghuni lainnya dari berbagai macam masalah dan latar belakang yang berbeda., banyak masalah yang di hadapi dari menghadapi si “Roin” si kepala kamar yang menguasai beberapa blok yang ada di Rutan tersebut penah beliau berkelahi dengan si penguasa rutan ini tetapi yang di hadapi nya justu penganiayaan yang di lakukan oleh pengikut-pengikut si Roin, yang membuat ujang babak belur dan di masukan ke dalam kamar isolasi untuk beberapa hari.

Di dalam rutan ini banyak hal yang sudah terjadi, seperti yang namanya makanan pastilah di sudah di siapkan oleh Negara tetapi berbeda dengan yang di sini yang namanya makanan harus di beli oleh setiap napi di mana para tahanan harus membayar minimal 350 ribu Rupiah per tahanan per bulan, apabila tidak membayar maka kepala kamar mengkoordinir beberapa pengikutnya untuk menyiksa dan tidak habis di situ biasanya tahanan hanya di berikan nasi kering (nasi aking) yang untuk orang-orang yang berumur tidak akan bisa menggigitnya.

Tetapi ternyata di tahanan mereka juga membuat pertahanan sendiri juga untuk menghadapi serangan-serang seperti ini, seperti mereka mengasah ujung sendok dan ujung sikat gigi biar di buat tajam agar bisa menusuk,atau membuang bagian tengah dari garpu dan mengasah nya, jika tidak ketahuan mereka bisa mendapatkan pisau lipat kecil saat jam besuk ataupun dari sipir penjara yang sudah mereka bayar, sehingga tidak mengherankan dengan peralatan yang sederhana inilah terkadang mereka bisa meloloskan diri dari rumah tahanan tersebut, karena secara mistis walaupun kebal maka ilmu kebal yang di punyai para tahanan tidak akan berlaku di sini karena di setia kamar ada yang namanya “pecah kulit” ini seperti yang di informasikan teman dari fakultas hukum saat riset untuk skripsi yang objeknya adalah rumah tahanan .

Hidup di dalam rutan tidak seperti yang kita bayangkan, udara yang pengap, kamar yang gelap dan panyiksaan piskologis lainnya di dalam rutan tersebut terdapat juga para penjual makanan baik dari kopi, mie, nasi walaupun harganya harus di tebus dengan uang yang cukup mahal. Jadi di dalam tidak ada anggapan akan tersiksa hanya badan saja terkurung, di sinilah kelihatan dengan jelas kalau uang berperang penting.

Bagi tahanan yang banyak uang mereka dapat membeli segalanya di sini seperti kamar “VVIP”, TV, radio, laptop + jaringan internet, hp, makanan tidak kurang, kasur empuk ruang tahanan yang tidak di kunci bahkan pelayanan “batinia” dari wanita-wanita “undangan” juga bisa di dapatkan asal dengan syarat membayar uang tertentu kepada pihak penjara dan beberpa pihak lainnya yang berkepentingan di dalam tersebut, sehingga tidak heran kalau kaum miskin yang masuk kedalam tahanan pulangnya banyak koreng-koreng di badan mereka karena jeleknya sanitasi di dalam rumah tahanan tersebut.

Berbeda dengan Ujang yang tidak mempunyai uang di mana saat ini saat sang istri tercinta membesuk ujang, celakanya istrinya pun harus mengeluarkan sejumlah uang untuk melewati beberapa meja dari petugas penjara dan jika di total jumlahnya berkisar antara 20-25 ribu Rupiah, jumlah yang sangat besar bagi si istri si ujang yang saat ini berprofesi sebagai tukang cuci pakaian. Dan bagi si ujang sendiri bertemu dengan istri nya merupakan kebahagian sendiri, dia bisa melepaskan rindu walaupun harus membayar beberapa puluh ribu rupiah dan pemeriksaan petugas yang terkadang tidak terlalu sopan.

Setelah waktu berlalu si istri pun berpamitan dengan si ujang sembari menyelipkan selembar uang 50 ribuan, tetapi celakanya saat akan kembali ke kamar para sipir menjara memeriksanya kembali dan menemukan uang tersebut dan langsung menyitanya dengan alasan sebagai uang keluar kamar.

Tidak berbeda dengan Ujang kasus Amat agak sedikit berat yaitu tertangkap tangan sebagai pengedar narkoba dan saat ini keputusan sidang dari pengadilan negeri belum juga turun, tetapi dengan adanya dia bukannya kebiasannya menggunakan psikotropika bisa berhenti malahan menjadi , mengapa bisa begini ?, hal ini di karenakan di dalam sini sangat mudah mendapatkan barang-barang seperti itu seperti sabu, putau, ganja dan ekstasi, petugas bukanya tidak tahu kerjaan tahanan yang seperti ini sepertinya mereka tutup mata di karenakan sebagian dari mereka sudah tebalut lembaran-lebaran Rupiah dari para tahanan.

Seperti yang baru-baru ini seorang istri tahanan ikut di penjara karena ketahuan saat di periksa di dalam BHnya di temukan beberapa gram sabu, di mana sabu tersebut akan di berikan kepada suaminya yang ada di dalam penjara. Sungguh tragis memang padahal saat itu si ibu sedang membawa anak kecil yang umurnya kurang dari 3 tahun.

Banyak lagi fenomena yang di hadapi oleh Ujang dan Amat saat mereka mendekam di dalam penjara, ada setetes penyesalan di wajah si ujang untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi, mungkin rumah tahanan di “negeri impian” yang benar-benar bisa membina para tahanan tanpa kekerasan, tanpa kolusi , tanpa korupsi, tanpa premanisme merupakan harapan Ujang Ujang lainnya yang terus berjuang melawan hidup di dalam rutan.

Dodi NP – “Fenomena Rutan”

No comments:

Post a Comment