Ujang hanya tertunduk lesu di sudut kamar sambi memperhatikan si
Amat yang sedang menulis di dinding sel, kasus pengeroyokan seperti
itulah yang di kenakan kepadanya kasus yang di karenakan darah mudanya
yang tidak terkontrol menyebabkan laki-laki yang baru 6 bulan menikah
ini berkelahi dengan pemuda yang juga tinggal 5 gang dari tempat si
ujang tinggal dengan dalih harga diri, di mana berujung kepada dinginnya
pelukan kamar di salah satu rumah tahanan di kota ini.
Dengan menghuni kamar ukuran tidak lebih dari 5 X 5, Ujang di
tempatkan di kamar tersebut dengan belasan penghuni lainnya dari
berbagai macam masalah dan latar belakang yang berbeda., banyak masalah
yang di hadapi dari menghadapi si “Roin” si kepala kamar yang menguasai
beberapa blok yang ada di Rutan tersebut penah beliau berkelahi dengan
si penguasa rutan ini tetapi yang di hadapi nya justu penganiayaan yang
di lakukan oleh pengikut-pengikut si Roin, yang membuat ujang babak
belur dan di masukan ke dalam kamar isolasi untuk beberapa hari.
Di dalam rutan ini banyak hal yang sudah
terjadi, seperti yang namanya makanan pastilah di sudah di siapkan oleh
Negara tetapi berbeda dengan yang di sini yang namanya makanan harus di
beli oleh setiap napi di mana para tahanan harus membayar minimal 350
ribu Rupiah per tahanan per bulan, apabila tidak membayar maka kepala
kamar mengkoordinir beberapa pengikutnya untuk menyiksa dan tidak habis
di situ biasanya tahanan hanya di berikan nasi kering (nasi aking) yang
untuk orang-orang yang berumur tidak akan bisa menggigitnya.
Tetapi ternyata di tahanan mereka juga membuat pertahanan sendiri
juga untuk menghadapi serangan-serang seperti ini, seperti mereka
mengasah ujung sendok dan ujung sikat gigi biar di buat tajam agar bisa
menusuk,atau membuang bagian tengah dari garpu dan mengasah nya, jika
tidak ketahuan mereka bisa mendapatkan pisau lipat kecil saat jam besuk
ataupun dari sipir penjara yang sudah mereka bayar, sehingga tidak
mengherankan dengan peralatan yang sederhana inilah terkadang mereka
bisa meloloskan diri dari rumah tahanan tersebut, karena secara mistis
walaupun kebal maka ilmu kebal yang di punyai para tahanan tidak akan
berlaku di sini karena di setia kamar ada yang namanya “pecah kulit” ini
seperti yang di informasikan teman dari fakultas hukum saat riset untuk
skripsi yang objeknya adalah rumah tahanan .
Hidup di dalam rutan tidak seperti yang kita bayangkan, udara yang
pengap, kamar yang gelap dan panyiksaan piskologis lainnya di dalam
rutan tersebut terdapat juga para penjual makanan baik dari kopi, mie,
nasi walaupun harganya harus di tebus dengan uang yang cukup mahal. Jadi
di dalam tidak ada anggapan akan tersiksa hanya badan saja terkurung,
di sinilah kelihatan dengan jelas kalau uang berperang penting.
Bagi tahanan yang banyak uang mereka dapat membeli segalanya di sini
seperti kamar “VVIP”, TV, radio, laptop + jaringan internet, hp, makanan
tidak kurang, kasur empuk ruang tahanan yang tidak di kunci bahkan
pelayanan “batinia” dari wanita-wanita “undangan” juga bisa di dapatkan
asal dengan syarat membayar uang tertentu kepada pihak penjara dan
beberpa pihak lainnya yang berkepentingan di dalam tersebut, sehingga
tidak heran kalau kaum miskin yang masuk kedalam tahanan pulangnya
banyak koreng-koreng di badan mereka karena jeleknya sanitasi di dalam
rumah tahanan tersebut.
Berbeda dengan Ujang yang tidak mempunyai uang di mana saat ini saat
sang istri tercinta membesuk ujang, celakanya istrinya pun harus
mengeluarkan sejumlah uang untuk melewati beberapa meja dari petugas
penjara dan jika di total jumlahnya berkisar antara 20-25 ribu Rupiah,
jumlah yang sangat besar bagi si istri si ujang yang saat ini berprofesi
sebagai tukang cuci pakaian. Dan bagi si ujang sendiri bertemu dengan
istri nya merupakan kebahagian sendiri, dia bisa melepaskan rindu
walaupun harus membayar beberapa puluh ribu rupiah dan pemeriksaan
petugas yang terkadang tidak terlalu sopan.
Setelah waktu berlalu si istri pun berpamitan dengan si ujang sembari
menyelipkan selembar uang 50 ribuan, tetapi celakanya saat akan kembali
ke kamar para sipir menjara memeriksanya kembali dan menemukan uang
tersebut dan langsung menyitanya dengan alasan sebagai uang keluar
kamar.
Tidak berbeda dengan Ujang kasus Amat agak sedikit berat yaitu
tertangkap tangan sebagai pengedar narkoba dan saat ini keputusan sidang
dari pengadilan negeri belum juga turun, tetapi dengan adanya dia
bukannya kebiasannya menggunakan psikotropika bisa berhenti malahan
menjadi , mengapa bisa begini ?, hal ini di karenakan di dalam sini
sangat mudah mendapatkan barang-barang seperti itu seperti sabu, putau,
ganja dan ekstasi, petugas bukanya tidak tahu kerjaan tahanan yang
seperti ini sepertinya mereka tutup mata di karenakan sebagian dari
mereka sudah tebalut lembaran-lebaran Rupiah dari para tahanan.
Seperti yang baru-baru ini seorang istri tahanan ikut di penjara
karena ketahuan saat di periksa di dalam BHnya di temukan beberapa gram
sabu, di mana sabu tersebut akan di berikan kepada suaminya yang ada di
dalam penjara. Sungguh tragis memang padahal saat itu si ibu sedang
membawa anak kecil yang umurnya kurang dari 3 tahun.
Banyak lagi fenomena yang di hadapi oleh Ujang dan Amat saat mereka
mendekam di dalam penjara, ada setetes penyesalan di wajah si ujang
untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi, mungkin rumah tahanan di
“negeri impian” yang benar-benar bisa membina para tahanan tanpa
kekerasan, tanpa kolusi , tanpa korupsi, tanpa premanisme merupakan
harapan Ujang Ujang lainnya yang terus berjuang melawan hidup di dalam
rutan.
Dodi NP – “Fenomena Rutan”
No comments:
Post a Comment