CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

06 March 2007

SMB II, Sang Pahlawan


Sultan Mahmmud Badaruddin II

Tanggal 10 Nopember bagi bangsa Indonesia adalah suatu hari yang khusus diberikan kepada para Pahlawan bangsa Ini, sudah banyak para tokoh negeri ini yang diberikan Tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional termasuk Pahlawan Nasional dari Palembang yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II yang dikukuhkan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 063/TK/tahun 1984 tertanggal 29 oktober 1984. Lahir di Palembang pada hari Ahad malam, Jam 9.00 (1 Rejeb 1181 H / 9 Februari 1768 M.). Semasa kecilnya Ia diberi nama Raden Hasan bin Sultan Muhammad Bahauddin, kemudian ditunjuk sebagai pewaris Kesultanan Palembang dengan gelar Pangeran Ratu. Setelah Ia dinobatkan menjadi Sultan Palembang pada tanggal 22 Zulhijjah 1218 H bertepatan tanggal 4 April 1803 bergelar Sultan Mahmud Badaruddin. Selain sebagai Sultan Palembang Beliau adalah Al-Hafiz (Ulama) di Kesultanan Palembang-Darussalam, Namanya kini diabadikan sebagai nama Bandara Internasional di Palembang, dan Mata uang rupiah pecahan 10.000 yang dikeluarkan Bank Indonesia pada 20 Oktober 2005 yang diawali dengan usulan oleh Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja.

Ia menjadi Sultan Palembang menggantikan ayahnya di Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) pada tahun 1803-1819, selama masa pemrintahannya telah menanamkan semangat perjuangan yang tak pernah menyerah. Penggambaran sikap ini dikatakan oleh orang Inggris sebagai harimau yang tidak pernah jinak (never a tame tiger) hal ini didasarkan pada pengalaman Inggris yang selalu kewalahan ketika menghadapi SMB II, bahkan Jenderal Meares dari Inggris yang sangat berambisi untuk menangkap SMB II tewas dalam satu pertempuran di daerah hulu kota Palembang tepatnya di desa Buay Langu Kabupaten Musi Banyu Asin pada tanggal 28 Agustus 1812.

Selama masa Perjuangannya untuk menjaga negeri ini tercatat beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, konflikpun dimulai sejak ditemukan Timah di Bangka pada pertengahan abad ke-18. Sejak itu Pulau Bangka menjadi perebutan bangsa Eropa. Sir Thomas Stamford Raffles adalah orang pertama mulai mengadakan pendekatan dengan Sultan Mahmud Badaruddin II. Lalu melalui surat pada 3 maret 1811, Raffles berusaha membujuk SMB II untuk mengusir Belanda dari Palembang. Tetapi, SMB II membalas surat Raffles yang intinya mengatakan bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam permusuhan antara Britania dan Belanda, serta tidak ada niatan bekerja sama dengan Belanda. Meseki pun pada akhirnya terjalin kerja sama Inggris-Palembang, di mana pihak Palembang lebih diuntungkan.

Tidak berhasil dengan bujukannya Inggris melancarkan strategi lain. Pada 14 September 1811, terjadi peristiwa pembumihangusan dan pembantaian di loji Sungai Alur. Belanda menuduh Inggris yang memprovokasi Palembang supaya mengusir Belanda. Sebaliknya, Inggris menuduh SMB II yang berinisiatif melakukannya. Raffles yang terpojok dengan peristiwa loji Sungai Aur, masih berharap dapat berunding dengan SMB II. Tetapi SMB II tidak lagi menghiraukan maksud Ingeris. Akibatnya, Inggris mengirimkan armada perangnya di bawah pimpinan Gillespie dengan alasan menghukum SMB II. Dalam sebuah pertempuran singkat, Palembang berhasil dikuasai dan SMB II menyingkir ke Muara Rawas, jauh di hulu Sungai Musi.

Inggris kemudian mengangkat Husin Diauddin Husin_Diauddin menjadi Sultan dengan gelar Ahmad Najamuddin II, tanggal 14 Mei 1812. Bangka yang telah dikuasai diganti namanya Duke of Yorks Island. Di Mentok, yang kemudian dinamakan Minto, ditempatkan Meares sebagai residen di Bangka membuat ia menjadi semakin berambisi untuk menangkap SMB II yang telah membuat kubu di Muara Rawas. Pada 28 Agustus 1812, Ia membawa pasukan dan persenjataan yang diangkut dengan perahu untuk menyerbu Muara Rawas. Dalam sebuah pertempuran di Buay Langu, Meares tertembak dan akhirnya tewas setelah dibawa kembali ke Mentok. Kedudukannya digantikan oleh Mayor Robinson. Pengganti Merares ini kemudian melakukan serangkaian perundingan. SMB II kembali ke Palembang dan naik takhta kembali pada 13 Juli 1813, hingga Agustus 1813. Sementara itu, Robinson dipecat dan ditahan Raffles karena mandat yang diberikannya tidak sesuai.

Setelah Konvensi London Konvensi_London 13 Agustus 1814 yang mengharuskan Inggeris menyerahkan kembali kepada Belanda semua koloninya di seberang lautan sejak Januari 1803, pada. 19 Agustus 1816 Palembang diserhakan kembali pada Belanda.penyerahan ini terjadai setelah Rafles dihanti oleh John Fendal. yang kemudian mengangkat Edelheer Mutinghe sebagai komisaris di Palembang. Tindakan pertama yang dilakukannya adalah SMB II dengan Husin Diauddin. Setelah berhasil, SMB II naik takhta kembali pada 7 Juni 1818. Sementara itu, Husin Diauddin yang pernah bersekutu dengan Britania berhasil dibujuk oleh Mutinghe ke Batavia dan akhirnya dibuang ke Cianjur.

Pada dasarnya pemerintah kolonial Belanda tidak percaya kepada raja-raja Melayu. Mutinghe mengujinya dengan melakukan penjajakan ke pedalaman wilayah Kesultanan Palembang dengan alasan inspeksi dan inventarisasi daerah. Ternyata di daerah Muara Rawas ia dan pasukannya diserang pengikut SMB II yang masih setia. Sekembalinya ke Palembang, ia menuntut agar Putra Mahkota diserahkan kepadanya. Ini dimaksudkan sebagai jaminan kesetiaan sultan kepada Belanda. Bertepatan dengan habisnya waktu ultimatum Mutinghe untuk penyerahan Putra Mahkota, SMB mulai menyerang Belanda

Pertempuran melawan Belanda yang dikenal sebagai Perang Menteng pecah pada 12 Juni 1819. Perang ini merupakan perang paling dahsyat pada waktu itu, dan akhirnya dimenangkan oleh Palembang. Belanda yang tidak menerima kenyataan itu. beberapa waktu berikutnya, tepatnya tanggal 21 Oktober 1819 kembali menyerang Palembang, tetapi juga mengalami kegagalan. Begitu juga pada serangan ketiga mendapatkan kekalahan.

Penangkapan Sultan Mahmmud Badaruddin II oleh Belanda
dan di asingkan ke ternate
Selanjutnya untuk yang ke empat kalinya, pada tanggal 16 Mei 1821 armada Belanda sudah memasuki perairan Musi. Bulan Juni 1821 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Hari Jumat dan Minggu dimanfaatkan oleh dua pihak yang bertikai untuk beribadah. De Kock memanfaatkan kesempatan ini. Ia memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerang pada hari Jumat dengan harapan SMB II juga tidak menyerang pada hari Minggu. Pada waktu dini hari Minggu 24 Juni, ketika rakyat Palembang sedang makan sahur, Belanda secara tiba-tiba menyerang Palembang.

Serangan dadakan ini tentu saja melumpuhkan Palembang karena mengira di hari Minggu orang Belanda tidak menyerang. Setelah melalui perlawanan yang hebat, tanggal 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda. Kemudian pada 1 Juli 1821 berkibarlah bendera Merah Putih Biru (rod, wit, en blau) di Kuto Besak Kuto_Besak, maka resmilah kolonialisme Hindia Belanda di Palembang.

Untuk menghindari konflik dengan keluarganya sendiri ( Husin Diauddin dan Prabu Anom beserta kerabat ) SMB II beserta keluarga dan Kerabatnya lebih memilih untuk tinggal diluar Istana Kesultanan Palembang Darussalam secara diam-diam ( pada akhir Romadhon 1236 H), Ia tinggal dan menetap sementara waktu di Guguk (Kampung) PANGERAN ADIPATI TUO ( sekarang dikenal dengan nama Kampung Depaten / Sekanak / 27 Ilir ). Dalam persembunyian rahasianya SMB II sempat menitipkan beberapa Kunci Istana Kuto Besak/Kutu Anyar kepada PANGERAN PRABU KESUMO ABDUL HAMID dan PANGERAN KRAMA JAYA.

Ketika Belanda Berhasil menyerang masuk ke Istana Belanda tidak berhasil menangkap SMB II dan keluarganya, kemudian ia Menyuruh Husin Diauddin untuk Membujuk SMB II untuk menyerahkan kekuasaannya, hal ini suatu pilihan yang dilematis bagi Husin Diauddin akhirnya Ia menyuruh PANGERAN WIRO KERAMO GOBER untuk menemui SMB II untuk mengambil beberapa benda pusaka yang dianggap penting, namun tidak berhasil PAngeran Wiro Keramo Gober hanya bisa menemui Pangeran Prabu Kesumo Abdul Hamid dan Pangeran Keramo Jayo dan hanya sebagaian kunci Istana yang bisa diambilnya, Meskipun Ia telah dikawal oleh beberapa orang Menteri, Priyai priyai dari laut ( pengikut SUSUHUNAN HUSIN DIAUDDIN dan SULTAN AHMAD NAJAMUDIN PRABU ANOM ) serta dengan pengawalan serdadu Belanda kurang lebih 200 ( dua ratus ) orang.

Pada Hari AHAD / MINGGU tanggal 23 Romaddan 1236 jam 01.00 siang Benteng Besak Kuto Anyar ( Istana Kesultanan Palembang Darussalam ) ditempati / diduduki Letnan Jenderal BARON DE KOCK bersama SUSUHUNAN HUSIN DIAUDDIN bin Sultan Muhammad Bahauddin. Karena merasa belum merasa aman atas kedudukannya di dalan Istana Baron memerintahakan pasukannya untuk menangkap SMB II yang sedang berada di rumah PANGERAN ADIPATI TUO di Kampung Depaten peristiwa terjadi pada Selasa malam tanggal 3 Syawal 1236 (13 Juli 1821), kemudian SRI PADUKA SUSUHUNAN RATU MAHMUD BADARUDDIN yang dikenal SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II beserta Keluarga dan Kerabatnya dinaikkan ke Kapal oleh Belanda, pada pagi harinya Rabu, 4 Syawal 1236 (14 Juli 1821) SMB II diberangkatkan dari Negeri Palembang Darussalam ke Betawi / Jakarta, kemudian dilanjutkan ke Ternate dengan status tetap sebagai SULTAN PALEMBANG DARUSSALAM, karena SRI PADUKA SUSUHUNAN RATU MAHMUD BADARUDDIN / SMB II tidak pernah membuat SURAT PERNYATAAN KALAH PERANG MELAWAN BELANDA atau TIDAK PERNAH MENYERAH atau TIDAK PERNAH MEMBUAT SURAT PERJANJIAN KALAH DENGAN BELANDA, yang biasa dilakukan oleh pihak yang kalah dalam Peperangan, baik berupa LANGE VERKLARING maupun KORTE VERKLARING, dengan kata lain TIDAK PERNAH MENYERAHKAN KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM KEPADA SIAPAPUN.Dalam pengasingan di Ternate ia tetap menjadi panutan masyarakat setempat karena di dalam dirinya terdapat karakter yang Ideal yaitu sebagai Ulama dan Umaroh Ideal sampai akhir hayatnya 26 November 1862.

Peristiwa 4 Syawal adalah sebuah momen yang penting bagi kita sebagai anak negeri (masyarakat) Palembang Darussalam. Pada saat itu adalah detik-detik terakhir pemberangkatan SMB II ke Batavia dan dilanjutkan ke Ternate (Maluku Utara). Pada saat ini peristiwa 4 Syawal bisa dijadikan Aset Pariwisata kota Palembang. Untuk mengenang Jasa-jasanya ada baiknya dituliskan kembali sebuah Syair SMB II yang dibuat oleh; cucu SMB II yang juga ikut dibuang ke Ternate yakni RADEN HAJI ABDUL HABIB PRABU DIRADJAH BIN PANGERAN PRABU DIRADJAH BIN SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II, Pada tanggal 9 SYAWAL 1316 H.

SYAIR SULTAN MAHMUD BADARUDDIN

SULTAN MAHMUD BADARUDDIN YANG PUNYA NEGERI
DATANGLAH MUSUH TIDAK TERPERI
DENGAN TAKDIR TUHAN YANG QOHARI
PINDAHLAH IA KE LAIN NEGERI

DARI PALEMBANG KE TERNATI
DIAMLAH DI SANA BERBUAT BHAKTI
JIKALAU IMAN KURANG MENGERTI
RUSAKLAH BADAN SERTA HATI

RUSAK BADAN PADA ITU KETIKA
KARENA BERPERANG DENGAN KAFIR CELAKA
TETAPI JIKALAU TIDAK DIDAULAT BELAKA

NISCAYA MENANG PULA SRI PADUKA

Oleh : Kemas Ari, S.Pd.
Penulis Adalah : Dosen dan Guru Sejarah
pada Fakultas Adab IAIN Raden Fatah dan MAN 1 Palembang

No comments:

Post a Comment