Mobil ketek Foto by : Liputan6 |
Liputan6.com, Palembang: Bentuknya
sederhana. Rangka kayu penyangga badan pun renta. Begitulah kondisi ketek,
kendaraan sejenis opelet yang kini masih mengangkut penumpang di Kota
Palembang, Sumatra Selatan. Mobil buatan Amerika Serikat ini memang pernah
merajai layanan perjalanan di Kota Pempek pada dekade 60-an sampai 80-an. Tapi
kini, jumlah angkutan itu kurang lebih tinggal 100 buah.
Adalah Abbas, seorang di antara pemilik
mobil tipe Willis 1946 layaknya kendaraan zaman perang kemerdekaan itu.
"Mobil ini saya peroleh dari warisan orangtua yang sudah mengoperasikannya
sejak 1950-an," ungkap Abbas di Palembang, baru-baru ini. Lelaki tua ini
mengaku telah 20 tahun narik angkutan tersebut.
Bukan perkara mudah memelihara ketek.
Selain onderdilnya sudah sangat jarang dijual, mesinnya pun harus dirawat dengan
penuh ketelitian. Seperti piston yang harus dikikir agar kerak olinya hilang.
Lebih ironis lagi, Abbas menggunakan air sabun untuk mengganti minyak rem.
"Harga oli rem kemahalan," keluh pria ini. Tapi jangan pikir air
sabun tak ampuh. Ketek berhenti dengan sigap bila diberhentikan penumpang.
Pintu belakang mobil ketek |
Menyiasati pesaingan itu, sopir ketek tak
menaikkan tarif yang kini masih Rp 700. Sedangkan tarif angkutan umum lain
mencapai kendaraan Rp 1.000 per penumpang. "Kalau ikutan naik,
nanti penumpang lari," ungkap Abbas. Dari pekerjaan inilah, Abbas
memperoleh penghasilan Rp 20 ribu per hari. Dan, dengan tambahan uang dari
hasil berusaha warung kecil-kecilan, dia mampu menyekolahkan anaknya, bahkan ke
perguruan tinggi.(MTA/Ajmal Rokian dan Yanuar Ihrom)
Barisan mobil ketek |
Sumber by Liputan6.com
No comments:
Post a Comment