Salah satu bangunan di kawasan 10 ulu tepat besampingan dengan kelenteng Chandra Nadi. |
Tidak
tahu persis kapan pertama kali etnis tionghoa menginjakkan kakinya kali
pertamanya ke Palembang, banyak hal yang mesti digali dan diteliti kembali
sejarah awalnya etnis tionghoa masuk ke Palembang, jika berdasarkan silsilah temenggung TJua Ham Hin,
sesepuh dari kampong kapitan telah ada sebelum 1850.
Sejak
abad ke 19 “kampung kapitan” di anggap “pendiri” dan sekaligus menjadi nilai-nilai budaya cina di Palembang, dulu
pusat perdagangannya berada di 10 ulu dan itu termasuk wilayah Tjua Ham Hin “china
town” atau sekarang menjadi sebutan kampung kapitan. Dengan luas wilayah
kala itu adalah 20 hektar dan sepuluh ulu sekarang adalah pusat perdagangannya.
Hingga sekarang Peninggalan bangunan dengan arsitektur cina banyak bisa di
lihat di kawasan 10 ulu dan sebagaian 7 ulu Palenmbang.
Begitu
juga dengan mata pencarian kawasan ini yang kebanyakan berdagang terutama
makanan khas ataupun kebutuhan sehari-hari lainnya. Seperti foto di atas banyak bangunan rumah di kawasan ini yang di bangun sudah lebih dari 80-100 tahun di
kawasan 10 ulu, persisnya di samping dari klenteng chandra nadi.
Hehehe... antik yaaa... apa krn kualitas material-nya yg beda, makanya bsa tahan segitu lamanya... ckckck... Sukses ya bwt bang Dodi... btw, mampir2 dunks ke blog aq... sekalian follow gitu lowww.... tengkyuuu
ReplyDeletehttp://salonoyah.blogspot.com