CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

10 January 2011

Iklan Lamo

Iklan Battre ABC di simpang 4 IP

Lokasi iklan yang dulunya ada di simpang empat IP di atas bangunan yang sudah didirikan sejak tahun 1952 atau 1372 H, menampilkan salah satu produk battre negeri ini hingga sampai awal 2000-an iklan ini di bongkar. Begitu juga di era 70-an iklan battrey ABC ini juga ada di pangkal proyek jalan tengkuruk.

Sehuingga ada cerita kosong (kelakar betok), saat orang dari daerah melihat Palembang yang terang benderang merasa takjub, berbeda dengan di dusun nya. Tapi saat melihat battre besar yang ada di atas gedung ini ia bercuap "Cacam .... alangka beso battre ikak, wajar kalu Palembang kak terang terus" (Cacam..... alangkah besarnya battre ini, wajar kalau Palembang ini terang terus"... karena ia mengira listrik di Palembang di hidupkan dengan battre.

Iklan yang di bintangi oleh H. Rhoma Irama yang salah satunya dulu terpampang lumayan besar di tepat di simpang kenten ke arah celentang dan sako sehingga tidak heran simpang ini sampai saat ini di sebut simpang bombat.

Ada beberapa lokasi yang terkenal karena iklan produk seperti simpang bombat yang terletak di celentang Perumnas di karenakan adanya iklan obat batuk boombat di sertai H. Rhoma Irama,

Ataupun simpang kosetan (baca : Korek Api) yang ada di Kertapati karena juga efek adanya iklan korek api batangan, sehingga sebagian orang-orang tua yang lahir tahun 40-50 an sering menyebutkan kawasan ini dengan simpang kosetan.
Hasil gambar untuk korek api kayu
Ilustrasi

04 January 2011

Tradisi Bekarang Ikan di Palembang

Bekarang ikan foto : https://sportourism.id/

Pada Agustus lalu warga Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus, Palembang melaksanakan sebuah sedekah adat yang disebut Bekarang Iwak yaitu sebuah tradisi adat yang rutin dilaksanakan tiap tahun di sungai Lacak. Bekarang Iwak sendiri sebenarnya hampir tak berbeda dengan sedekah-sedekah adat lain yang biasa dilaksanakan oleh warga yang ada di kota Palembang. Yang membedakan di sini hanyalah bahwa setelah diadakan beberapa ritual upacara adat dan makan bersama, kemudian disusul dengan acara menangkap ikan secara bersama-sama di sungai Lacak yang melibatkan warga kelurahan Pulokerto seperti nama tradisi tersebut yaitu Bekarang = menangkap, dan Iwak = ikan.

Hasil dari tangkapan ikan itu kemudian dikumpulkan dan dipilah antara yang besar dan kecil. Untuk ikan-ikan kecil diperbolehkan oleh pemangku adat untuk di bawa pulang warga yang ikut serta menangkap ikan, sementara untuk yang besar-besar diambil oleh pemangku adat untuk kemudian di jual. Uang dari penjualan ikan tersebut digunakan untuk keperluan umum warga seperti membangun masjid, jembatan dan sebagainya.

Hasil tangkapan ikan dari tradisi Bekarang Iwak ini memang bisa mencapai beberapa ton hingga dari tradisi ini saja sarana-sarana umum seperti jembatan atau bendungan bisa terbantu pelaksanannya. Hal ini dapat terjadi karena berbeda dengan sungai-sungai di pulau jawa yang kebanyakan tercemar dan terjadi pendangkalan tiap tahunnya, dan diperparah lagi dengan terjadinya perburuan-perburuan ikan yang tak jarang memakai bahan-bahan kimia hingga hanya menyisakan ikan sapu-sapu sebagai penghuninya, maka di sungai Lacak ini kelestarian sungai sangat diperhatikan karena mereka sadar bahwa penghidupan mereka sangat tergantung oleh sungai ini. Oleh karena itu warga kelurahan Pulokerto ini jangankan menangkap ikan menggunakan bahan-bahan kimia, bahkan untuk menangkap ikan menggunakan setrum ikan pun tidak diperbolehkan dan akan mendapat hukuman dari pemangku adat setempat.

Maka tak heran ketika tradisi adat Bekarang Iwak dilaksanakan pun ikan-ikan yang di dapat relative besar-besar dan memang dari jenis ikan yang layak jual seperti ikan gabus, lele, mujair dan sebagainya.

Menurut kepercayaan setempat kenapa ritual Bekarang Iwak ini selalu dilaksanakan rutin tiap tahunnya adalah karena bila tradisi ini tak dilaksanakan maka desa Pulokerto yang memang warganya selalu berhubungan dengan sungai lacak dalam keseharian mereka akan mendapat hukuman berupa penampakan-penampakan buaya di sungai Lacak baik ketika mereka sedang menggelar tradisi-tradisi adat lainnya maupun dalam keseharian mereka.

Oleh karena itu dengan diadakannya tradisi adat Bekarang Iwak ini diharapkan setiap warga yang mengikuti acara Bekarang Iwak ini selalu dijauhkan dari malapetaka dan diberikan rezeki yang melimpah ketika mereka menggunakan sungai Lacak sebagai mata pencaharian mereka yaitu menangkap ikan. sumber : https://ragapnian.wordpress.com