CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

05 October 2018

Asal Mula Guguk Talang Ratu

Tipikal keadaan tanah di Palembang setidaknya dikenal dengan 3 sebutan, yaitu: Tanah Endep, Talang, dan Bukit. Tanah endep adalah tempat permukaan tanah yang rendah yang selalu dimasuki air terutama pada waktu air pasang, daerah rendah ini biasa disebut lebak atau rawa-rawa. Talang, ialah tempat yang lebih tinggi dari tanah endep, sulit dimasuki air meskipun hujan sangat lebat. Dengan kondisi tanah yang cukup tinggi, talang sering juga dimanfaatkan untuk saluran penampung air hujan. Oleh karena itu, daerah ini biasanya cocok digunakan sebagai lahan untuk berkebun atau bercocok tanam. Sedangkan Bukit, ialah permukaan tanah yang lebih tinggi lagi dari talang. Di antaranya bukit yang terkenal di Palembang adalah Bukit Siguntang, Bukit Sangkal, dll.

Di Palembang banyak terdapat daerah-daerah atau tempat yang disebut talang, di antaranya: Talang Semut, Talang Keranggo, Talang Jawo, Talang Kelapo, Talang Betutu, Talang Buruk, Talang Jambe, Talang Makrayu, Talang Banten, Talang Ratu, dsb. Salahsatu tanah talang yang terkenal sejak doeloe yaitu Talang Ratu.

Talang Ratu dinisbatkan kepada Sultan Muhammad Mansur bin Sunan Abdurrahman Candi Walang yang bergelar Sultan Ratu (berkuasa: 1706-1714). Diceritakan ketika Sultan Ratu pulang dari sebuah ekspedisi ke Jambi, dalam perjalanannya beliau singgah di suatu lokasi tanah talang. Talang tersebut kemudian oleh Sultan Ratu ditanami pohon-pohon Bidara dan dibuatlah sebuah benuaran. Benuaran merupakan “Kebun Raya” yang di dalamnya banyak terdapat berbagai jenis pohon-pohon rindang dan tanam-tanaman yang menghasilkan beraneka buah-buahan, di antaranya pohon Bidara. Bidara adalah pohon yang terkenal yang banyak sekali manfaat dan khasiatnya dapat menyembuhkan penyakit jasmani dan rohani.

Talang ini kemudian disebut dengan Talang Ratu sesuai dengan nama Sultan Ratu. Sekarang guguk ini terletak di lingkungan wilayah Palimo (Km. 5). 

Benuaran Talang Ratu ini kemudian diserahkan sebagai pemberian hadiah oleh Sultan Ratu Muhammad Mansur kepada anaknya, Pangeran Cakra Diningrat. Selain itu, Pangeran Cakra Diningrat membuat pula benuaran di dalam batanghari kumbang di area Sungai Kumpi. Dalam manuskrip Palembang disebutkan:

“…Bermula Pangeran Cakra Diningrat putera Sultan Muhammad Mansur ibn Suhunan Abdurrahman, maka Pangeran Cakra Diningrat itulah yang punya benuaran Talang Ratu itu. Sekalian pohon-pohon itu Bidara pemberian Sultan Muhammad Mansur kepada Pangeran Cakra Diningrat. Syahdan, kemudian dari itu maka Pangeran Cakra Diningrat membuat pula benuaran di dalam batanghari kumbang di kiri mudik di dalam Sungai Kumpi….”

Pangeran Cakra Diningrat adalah putera Sultan Ratu Muhammad Mansur Jayo ing Lago bin Sunan Abdurrahman Candi Walang. Ibunya bernama Ratu Mas Pertiwi. Pangeran Cakra Diningrat mempunyai beberapa orang isteri, di antaranya ialah Denayu Cakra Diningrat binti Pangeran Dita Kesuma bin Pangeran Sido ing Rajek. Dari pernikahannya ini mempunyai beberapa orang anak, yaitu: RM. Hasan Seno, RM. Husin, R. Barik, R.A. Suma Sari, R.A. Mariah, Mgs. Rakit, dll.
Wallahu a’lam.#


Plg. 30/9/2018
Kms. H. Andi Syarifuddin

Sumber:
RM. Akib bin R. Idris, Manuskrip Sejarah Keturunan Raja2 Palembang, th 1267H.

Di sadur dari sebuah halaman facebook Ustadz 
Kms. H. Andi Syarifuddin

No comments:

Post a Comment