Foto By : http://sosok.kompasiana.com
Pelukis Arifin Menemukan SMB II
Oleh : Djoko Poernomo
Melukis
wajah seseorang hanya berdasarkan data minim bukan merupakan pekerjaan
gampang. Namun, hal itu mampu dilakoni Eden bin Nur Arifin (61) alias
Eden Arifin, pelukis senior asal Palembang, Sumatera Selatan.
Eden
dalam waktu 22 hari bisa menciptakan wajah penguasa Kesultanan
Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II memerintah
tahun 1774-1803 ke atas kanvas secara pas. Lukisan wajah SMB II karya
Eden itulah yang kini diakui banyak pihak.
Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan, sebagai pemesan lukisan, cuma menyertakan data SMB II
menyangkut usia, bijaksana, tampan, dan gagah berani.
â€Enam
hari pertama saya habiskan untuk membuat sketsa di atas kertas,†tutur
Eden, bapak enam anak dan kakek enam cucu itu. Di sela-sela pencarian
wajah SMB II itu ia sempat membaca buku sejarah tentang sepak terjang
SMB II melawan Inggris dan Belanda pada abad ke-17. Hingga hari ketujuh
pun apa yang ia cari belum juga ketemu.
Pada hari ke-12 Eden
mencoba membuat sketsa lagi berdasarkan keterangan kerabat dekat SMB II.
â€Sejak itu tangan saya merasa ringan saat menggoreskan kuas. Seolah
ada yang membimbing perasaan dan pikiran untuk segera menyelesaikan
lukisan yang hanya tersisa 10 hari...,†katanya.
Permukaan
kanvas tertutup cat pada hari ke-13. Namun, sosok SMB II baru muncul
pada hari ke-17 dengan rambut gondrong sebatas bahu. Sehari kemudian
Eden melengkapi dengan pernik-pernik, semisal tanjak kepudang (tutup
kepala), baju jubah kelamkari, keris kepala burung dari gading, badong,
serta baju tekep dado (baju dalam) yang berhiaskan dua kalimat syahadat
dalam huruf Arab.
Setelah pekerjaan ini dirasakan cukup, Eden
melangkah ke pekerjaan berikut, yakni melengkapi latar gambar yang
terinspirasi dari peperangan loji (kantor dagang) di Sungai Aur,
Palembang, ketika SMB II berperang melawan Belanda, 1811.
Akan
tetapi, kata Eden lirih, sosok SMB II yang berambut gondrong memperoleh
banyak kritik dari seniman setempat yang sengaja ia undang untuk
memberikan penilaian akhir sebelum gambar itu diserahkan kepada pihak
pemesan.
Rambut gondrong memberi kesan SMB II garang dan kejam,
padahal tidak demikian. Dalam waktu singkat Eden mengubah rambut
gondrong SMB II menjadi pendek, seperti terlihat dalam gambar sekarang
ini.
SMB II sendiri naik takhta menggantikan ayahnya, Sultan
Muhammad Bahauddin. Ketika naik takhta, ia sudah siap memerintah
Kesultanan Palembang Darussalam dengan segala permasalahan menghadapi
Inggris dan Belanda.
Bambang Budi Utomo dari Puslitbang Arkeologi
Nasional mencatat, SMB II wafat dalam pengasingan di Ternate pada akhir
September 1852 (Kompas 21/11).
Ekspresi
Ada
empat pelukis lain yang diminta menggambar SMB II. Namun, berdasarkan
pemenuhan semua persyaratan, semisal ekspresi, ciri khas muka, watak dan
mental, kemudian usia, serta aksesori yang dikenakan SMB II, karya Eden
dinyatakan sebagai peraih nilai tertinggi. Atas karyanya ini Eden
memperoleh penghargaan uang yang besarnya sangat relatif.
â€Yang
memotivasi bukan uang, tetapi pengakuan dari masyarakat luas bahwa
gambar SMB II lahir dari tangan saya,†tutur Eden yang sebulan
terakhir banyak berada di Jakarta.
Lukisan karya Eden pun
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan 5 November 1982
ditetapkan sebagai gambar resmi SMB II. Dua tahun berikutnya, tepatnya
29 Oktober 1984, SMB II diputuskan menjadi pahlawan nasional. Sejak
itulah Eden Arifin, pelukis yang mewarisi bakat seni dari almarhum
ayahnya, Nur Arifin, dikenal sebagai pencipta gambar pahlawan nasional
SMB II.
Wajah SMB II yang dibuat Eden kini dipasang di Kantor
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sementara gambar duplikasi
dipajang di gedung-gedung di provinsi yang sama, termasuk di bandar
udara internasional di Palembang. Di dunia cuma ada satu lukisan SMB
II, kata Eden menegaskan.
Band
Eden
Arifin remaja menyukai berbagai bentuk kesenian. Bidang fotografi
pernah dia geluti, demikian pula bermusik di bawah bendera The Little
Poor Brothers Band di Kota Palembang.
Pada tahun 1966 Eden yang
menikahi gadis asli Palembang, Murniati, mulai menekuni seni lukis,
diawali kumpul bersama para seniman di sebuah sanggar di kawasan Pasar
Tengkuruk 16 Ilir, Palembang. Beberapa sanggar pernah ia masuki sampai
akhirnya mendirikan sanggar sendiri di kawasan Kebon Gede, Palembang,
yang diberi nama Violet pada tahun 1973. Gaya lukisan Eden Arifin adalah
realis.
Dia antara lain pernah menjadi karyawan Departemen
Agama, Departemen Penerangan, guru empu di SMSR Palembang, serta
mengajar di beberapa sekolah swasta.
Tahun 2001 Eden memperoleh
penghargaan seni dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan atas
kreativitas, produktivitas, dan dedikasi terhadap karya seni lukis.
â€Untuk
profesi seperti saya tidak ada kamus pensiun, ujar Eden mantap. Ia
melukis selama 39 tahun dan ribuan lembar lukisan potret diri telah ia
hasilkan. Ia pun akan terus berkarya.
Sumber : Kompas, Kamis, 12 Januari 2006