CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

16 July 2006

Sepeda Mang Jeffry

Pempek Sepeda
Pernah suatu saat mang Jeffry tiba di sebuah SMP Negeri yang memang secara rutin iya kunjungi, tetapi pada hari itu nasib berkata lain saat beliau sedang meelakukan sholat Asar dan saat itu sekolah sedang istirahat siang, selesai sholat beliau tidak menemukan sepeda dan dagangannya, beliau sangat terkejut tetapi dengan muka tenang dia terus berjalan meninggalkan tempat terakhir dia meletakan sepedanya. 

Tetapi tidak kurang 200 meter ia melangka, dia melihat sepeda tuanya tergeletak begitu saja dengan rak tempat pempeknya sudah kosong tidak bersisa, tetapi dia tidak menggerutu sama sekali tampak seuntai senyum saat ia mulai mengayuh sepedanya untuk pulang ke rumah. Tetapi berbeda dengan Tito dan teman-teman sangat bahagia karena berhasil menikmati pempek Mang Jeffry tanpa harus membayar, ternyata murid SMP ini yang mengambil sepeda mang jeffry saat mang jeffry sedang sholat asar.

Saat terdengar kabar seperti itu banyak yang simpati dengan mang jeffry dan banyak anak yang akan membongkar ulah nakal si Tito dan teman-temannya, tetapi saat anak-anak tersebut bercerita atas kejadian itu kepada mang jeffry bukan kemarahaan ataupun muka bengis yang di tunjukannya tetapi senyuman dan sebait kata yaitu “ Mereka belum tahu yang namanya pintu rizki”.

Saat berita ini sampai ke Tito dan teman-teman mereka panic bukan kepalang, karena ketakutan kalau berita ini sampai ke telinga guru, dan mereka berinisiatif untuk menemui mang jeffry langsung untuk mengakui kesalahan, tetapi saat mereka menemui mang jeffry, mang jeffry seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi malahan dia menawari pempeknya kepada Tito dan teman-temannya hal ini yang membuat Tito sampai tidak bisa berkata dan berucap dan hal ini menjadikan mimpi buruk bagi Tito dan terlupakan begitu saja. 

Tetapi saat ini kenangan 15 tahun yang lalu membuat Tito ingin sekali menghapus semua bayang-bayang itu dengan tekad yang bulat ia berusaha mencari kembali mang jeffry si pedagang pempek tersebut, dan usahannya berhasil menemukannya pada bulan pertama, dengan kendaraan yang di kendarainnya di hampirilah mang jeffry dan langsung mengutarakan masksudnya untuk mengganti segala kerugian yang alami mang Jeffery 15 tahun yang lalu. 

Dengan senyum tulusnya mang Jeffery tidak langsung menerimannya tetapi justru mengajak si Tito makan di rumahnya terlebih dahulu, dengan lincahnya mang jeffry mengayuh sepeda walau keriput di muka dan uban di kepala makin terlihat. Padahal Tito sudah menggajak menggunakan mobil dan sepeda beserta rak pempeknya di masukan kedalam mobil juga tetapi dengan halus mang jeffry menolaknya. 

30 menit sudah Tito mengiringi mang jeffry dan dia pun memasuki sebuah halaman rumah yang bisa di bilang cukup bagus dengan halaman yang indah di kawasan ini tampak sang istri menambut kepulangan mang jeffry, tak lama berselang Tito masuk kedalam rumah, rumah yang tidak berisi banyak barang-barang cukup apik di tata oleh istri mang jeffry, tak lama berselang mang jeffry pun keluar dengan pakaian koko nya, keren juga mang jeffry ini kata toto berkata di dalam batin. Dan mang Jeffery dan Tito larut dalam pembicaraan ringan. 

Beberapa menit kemudian istri mang jeffry pun keluar dan mempersilahkan kami untuk bersama-sama makan siang, saat makan Tito membuka pembicaraan mengenai kejadian 15 tahun yang lewat, tetapi mang Jeffery sepertinya tidak hirau. Saat selesai makan dan duduk di ruang tamu Tito pun makin mendesak untuk mengganti segala kerugian saat 15 tahun yang lalu, tetapi mang Jeffery juga hanya tersenyum, tak lama mang Jeffery mengajak Tito karena ada hal yang akan di tunjukannya, kira-kira 2 rumah dari rumah mang jeffry Tito melihat kesibukan, didalam rumah tersebut dan seluruhnya membuat makanan pempek. 

Mang jeffry berkata kalau usaha tersebut sudah mulai di rintis sejak 15 tahun yang lalu dan sekarang dia bisa memperoduksi dari 100 kg ikan, perhari yang nantinya akan di jajakan oleh pdagang pempek yang bersepeda yang kurang lebih berjumlah 300 orang. 

Terkejut juga Tito mendengar kisah perjalanan mang Jeffery, dia juga berkata yang memotivasi saya untuk berubah adalah saat kalian mencuri dan memakan pempek yang di dalam rak pempek di sepeda saya.

Dan saya juga tahu tujuan kamu ke sini adalah untuk mengganti seluruh kerugian saya dahulu tetapi , sejak 15 tahun yang lalu saya sudah ikhlas karena saat itu memang saya kurang berzakat, tetapi saat ini semakin saya banyak memberi semakin Allah membuka pintu rizki untuk saya.

Saya sudah memiliki rumah sendiri walaupun tidak mewah, sudah memiliki pabrik pempek sendiri, anak-anak yang sudah bekerja dan juga masih kuliah menggambil S2, dan tahun ini insya allah saya dan istri akan menunaikan ibada haji, semuanya dari allah dan kita harus saling banyak memberi, saya ikhlas lahir dan batin atas semua pempek yang kamu dan temanmu makan 15 tahun yang lalu.

Tercekat tenggorokan Tito saat mendengar perjalan hidup mang jeffry, bibirnya kelu tidak bisa berucap apa-apa, dan tidak terasa butiran air mengalir saat Tito mendekap mang Jeffery, mang jeff…….. maaf lahir dan batin.

“Terkesan”
Jika Ingin Rizki kalian Lancara Jangan Suka Menutup Jalan Rizki Orang Lain.

No comments:

Post a Comment