CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

22 April 2009

Penjual Gulo Puan

Penjualn gulo puan yang bisa di temui di pelataran Masjid Agung SMB II pada setiap hari Jumat
Gulo Puan yang saat ini di jual seharga 40 ribu/kg ini ramai pembeli, kalau telat saja di jamin tidak kebagian, penjual ini hanya ada setiap pasar kejut masjid Agung ini buka. Gulo puan ini merupakan salah satu hasil olahaan dari susu kerbau yang berasal dari OKI terutama daerah Pampangan.
------------
PALEMBANG,  Susu yang dihasilkan kerbau rawa, yang hidup di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, cocok untuk bahan baku pizza, salah satu makanan favorit masyarakat perkotaan saat ini. Karena itu, kata Plt Kepala Dinas Peternakan Sumsel Asrillazi, pengembangan ternak tersebut perlu dilakukan secara optimal.

Pernyataan Asrillazi itu merupakan kesimpulan dari kunjungan Direktur Pusat Penelitian Ternak Kerbau/Sapi Monterolondo Italia Prof Antonio Borghese ke Sumsel, beberapa waktu lalu. 

Peternakan kerbau di Indonesia terbatas hanya di beberapa provinsi saja, salah satunya di Sumsel. Itu pun terutama di Kecamatan Pampangan, Kabupaten OKI, dan di Kabupaten Banyuasin. 

Begitu pula produksi susu kerbau di Indonesia, jumlahnya saat ini masih sedikit. Selama ini, masyarakat lebih mengenal sapi sebagai penghasil susu ketimbang kerbau, apalagi kerbau rawa. Habitat kerbau rawa yang terbatas menyebabkan populasinya tidak berkembang optimal sehingga yang mengenal hewan jenis itu juga terbatas. 

Masyarakat Pampangan dan beberapa kecamatan di sekitarnya juga tidak terbiasa mengonsumsi susu segar yang dihasilkan kerbau rawa karena sifatnya yang tidak bisa disimpan lama. 

Di daerah itu juga belum terdapat teknologi pengolahan hasil sebagai susu segar, seperti pasteurisasi dan pengepakan. Cita rasa susu kerbau dan kandungan lemak yang tinggi juga menyebabkan masyarakat kurang meminatinya. Karena itulah produksi susu kerbau di Sumsel lebih banyak berupa hasil olahan, seperti gulo puan, sagon puan, minyak kerbau, dan dadih.

Namun, hasil olahan dari susu kerbau itu baru dikenal oleh masyarakat Sumsel, dan popularitasnya semakin meredup sejalan dengan maraknya produk olahan dari ternak sapi. 

"Harus ada gebrakan baru di bidang pengolahan hasil susu kerbau ini, setidaknya mengikuti tren pola konsumsi susu yang berkembang di masyarakat yang ada sekarang. Karena itulah, ketika ada apresiasi dari pihak luar terhadap ternak kerbau di Provinsi Sumsel ini disambut dengan antusias," kata Asrillazi.

Spesies asli.
Kerbau rawa atau lebih dikenal sebagai kerbau pampangan merupakan spesies asli Sumsel, dengan penyebarannya hanya meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin. 

Ciri khas kerbau rawa adalah berkulit dan bulu warna hitam, kepala besar dan telinga panjang, tanduk pendek dan melingkar ke arah belakang, ambing berkembang baik dan simetris, badan berbentuk siku ke belakang, serta temperamen tenang dan relatif tahan penyakit. Kerbau itu bisa mencari makanan di dalam air.
Kegunaan ternak kerbau ini sebagian besar sebagai penghasil daging dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Adapun susu kerbau hanyalah produksi sampingan sesaat ketika kerbau itu sedang menyusui. 

Seiring dengan makin meningkatnya permintaan daging, spesies asli itu mulai didampingkan dan dipelihara bersama dengan spesies kerbau lainnya. Kondisi itu mengakibatkan populasi kerbau pampangan semakin menyusut, kendati populasi kerbau secara keseluruhan cenderung berkembang. 

Melalui kerja sama bilateral antara Indonesia dan Italia melalui Atase Pertanian KBRI Indonesia di Roma, Dr Eriza Sodikin, Prof Antonio Borghese melakukan kunjungan kerja di beberapa sentra ternak kerbau di Indonesia, termasuk di Sumsel pada 2008. Berdasarkan hasil kunjungan tersebut, direkomendasikan untuk intensifikasi ternak kerbau di Sumsel. 

Hal itu dilakukan dengan perbaikan mutu ternak bibit, meliputi seleksi populasi pada bobot badan dan produksi susu, kemudian menghindari perkawinan dalam (inbreeding) serta pelaksanaan kawin suntik (IB) dengan tetap mempertahankan dan mengembangkan keberadaan ternak kerbau pampangan sebagai spesies asli.
Direkomendasikan pula perbaikan mutu pakan dan manajemen pemeliharaan kerbau yang meliputi pencatatan kondisinya dan faktor pendukung pemeliharaan lainnya. Pihak pemerintah direkomendasikan untuk melakukan revitalisasi ternak kerbau pampangan  melalui bimbingan dan bantuan teknis dan penyuluhan berupa teknologi pengolahan susu dan pengolahan limbah serta bantuan modal dan manajemen, termasuk bantuan pemasaran. 

Populasi ternak kerbau di Kabupaten OKI pada 2007 sebanyak 16.882 ekor, berupa 2.438  jantan dan 14.384 betina. Dinas Peternakan Sumsel pada  2009 siap menindaklanjuti kunjungan kerja tersebut, apalagi Italia menjanjikan akan melatih sebanyak tujuh peternak Sumsel di negara tersebut. Upaya itu untuk mengoptimalkan perlindungan dan pemeliharaan kerbah rawa di Sumsel yang dapat dikembangkan sebagai penghasil susu berkualitas sebagai bahan baku pizza.

Sumber tulisan : http://nasional.kompas.com/

No comments:

Post a Comment