CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.
Showing posts with label Museum. Show all posts
Showing posts with label Museum. Show all posts

01 March 2017

Tank di Monpera




Tank Stuart 1947 
Tank Stuart ini merupakan produksi Amerika yang dibuat berkisar tahun 1941-1945. Indonesia memiliki puluhan Tank Stuart ini dari bekas peninggalan Belanda.Dengan panjang 4,33 meter, lebar 2,47 meter, tinggi 2,29 meter dan berat 14,7 ton, tank ini pada masanya kerap diikut sertakan dalam berbagai operasi militer. Kemampuannya yaitu melakukan manuver disertai persenjataan.

Di palembang sendiri tank ini masuk saat era perang dunia ke II, banyak tersebar di berbagai kawasan di Palembang sendiri ataupun di beberapa tempat lainnya.

Sehingga pada era kemerdekaan di buatlah monumen dari salah satu eks tank yang sudah di tinggalkan ini, awalnya terletak di depan cinde yang di damping oleh 2 meriam 25 PDR tahun 1941 dari Inggris.

Saat monumen tank di gantikan dengan monumen enterpreneur, maka di pindahkanlah tank dan meriam tersebut ke bagian sebelah kiri monpera. 

27 February 2017

Air Mancur di depan museum SMB II Palembang



TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Balai Arkelogi Sumatera Selatan meminta pembangunan air mancur di halaman museum Sultan Mahmud Badarudin II dihentikan, Minggu, (6/12/2015).

Ini lantaran adanya penemuan susunan batu bata peninggalan Keraton Kuto Batu di halaman tersebut.

"Telah ditemukan struktur bangunan bekas keraton kutobatu di halaman museum SMB II. Proses penemuan tdk sengaja, karena ada pembangunan fasilitas oleh Dinas PU. Saya minta agar proses pembangunan dihentikan," ujar Retno Purwanti selaku arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel yang mengetahui penemuan tersebut langsung bergerak ke lokasi dan mengecek penemuan tersebut.

Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apa benar proses pembangunan air mancur tersebut berhubungan dengan penemuan struktur batu bata peninggalan keraton kuto batu.

Seorang tukang gali proyek pembangunan air mancur di halaman Museum Sultan Mahmud Badarudin II menemukan batu bata dari zaman keraton kuto batu Palembang, Sabtu, (5/12/2015)

Batu bata ini memiliki panjang sekitar 30 centimeter dan ketebalan sekitar 10 centimeter.

Batu bata ini disinyalir bagian dari tembok keraton yang memisahkan halaman antara tempat raja, ratu, dan putri.

Darwiji, kepala tukang pembangunan air mancur Museum SMB II mengatakan batu bata itu berada di kedalaman 60 centimeter dari permukaan tanah.

Melihata batu bata yang ukurannya tidak biasa itu ia lantas menghubungi orang museum.

"Aneh saja lihat batanya. Saya yakin ini benda bersejarah," ujarnya kepada Tribun Sumsel.

Retno Purwanti, arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel mengatakan bahwa benar batu bata itu bagian dari keraton Kuto Batu.

Dijelaskannya, dilihat dari tekstur bahan perekat antara bata satu dan lainnya sama sekali tidak menggunakan semen melainkan bubuk batu karang.

"Tebal perekatnya bisa sampai 10 centimeter," ujarnya

Penemuan batu bata yang disebut arkeolog sebagai bekas tembok Keraton Kuto Batu Palembang akan diteliti di Balai Arkeologi Sumatera Selatan.

Menurut Retno lokasi Museum Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II saat ini dahulunya adalah keraton.

Keraton tersebut lantas diratakan dengan tanah atas perintah Van Sevenhoven yang kemudian dibangun rumah Regeering Commissaris yang sekarang menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

"Keraton kuto batu ini ada pada akhir abad 18, umur batu bata ini lebih dari 200 tahun," ujarnya.

06 July 2009

Liburan Ke Museum SMB II Palembang







Libur sekolah yang sedang di jalani oleh para pelajar, salah satu tempat yang menjadi tempat kunjungan adalah Museum SMB II, di masa seperti sore minggu kemaren banyak pelajar yang di temani oleh guru dan orang tua berkunjung ke salah satu muesum ternama di kota ini.
  
Sejak awal berfungsi sebagai kantor residen Belanda tetapi sejak tahun 1947 s/d tahun 60-an gedung ini dikuasai Kodam sbg kantor Kodam II Sriwijaya, dan dari awal tahun 60an sampe 70an gedung ini berubah fungsu sebagai  RINDAM (Resimen Induk Kodam ).

14 April 2009

Museum Perjuangan Rakyat Palembang (Monpera)




Museum Monpera yang terus di percantik ini, masih mengalami kendala dengan sepinya pengunjung, padahal isi di di dalam museum ini sendiri sangat menarik tetapi sayang pencahayaan kurang sehingga agak temaram dan karena kurang nya pengawasan di dalam museum ini di mana merupakan tempat yang sepi ini menjadi sarana orang untuk pacaran.

------------------------- 
Bangunan ini terletak di pusat kota tepatnya di depan Masjid Agung. Lokasi tersebut dulunya basis pertempuran Lima Hari Lima Malam. Peletakan Batu Pertamanya dan pemancangan tiang bangunan pada tanggal 17 Agustus 1975 dan diresmikan pada tanggal 23 Februari 1988 oleh Menko Kesra Alamsyah Ratu Perwira Negara.

Monumen ini dibangun unntuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajah pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 yang melibatkan seluruh rakyat Palembang melawan Belanda.

Didalam Museum ini kita dapat melihat berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut termasuk berbagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya.

11 March 2009

Latihan Teater di Depan Museum SMB II



Latihan teater yang berlangsung di depan Museum SMB II yang di prakarsai oleh Dewan Kesenian Palembang, termasuk kegiatan rutin walaupun di tengah-tengah sepinya peminat teater dan penonton tetapi semoga konsistensi untuk berlatih tetap ada.

05 February 2009

Bagian Prasejara Di Museum Bala Putra Dewa Palembang

Ikan Belido
Ikan Gabus
Seperti inilah tampak dalam dari sisi prasejara museum Balaputra Dewa Palembang, sepertinya sama seperti museum-museum didaerah lain yang pernah saya kunjungi, di museum ini banyak replika dari zaman batu sampai zaman logam dan hewan-hewan khas sumatera yang sudah di awetkan.

16 October 2008

Uang Palembang





Mata uang Palembang yang dulunya pernah beredar di wilayah sumatera Selatan ini dapat di lihat di MONPERA, uang yang berasal dari masa pemerintahaan keresidenan dan Penguasa meliter ini hanya sedikit dari peninggalan yang ada di Palembang.

14 August 2008

Pangkeng Pengantin Palembang





Pangkeng "kamar" pengantin khas Palembang, bisa di lihat di Museum SMB II dimana dengan segala perlengkapannya dan juga keterangan yang di berikan lumayan jelas .

12 August 2008

MONPERA





MONPERA atau Monumen Penderitaan Rakyat berdiri tegak tepat di depan masjid Agung SMB II dan di belakangnya terdapat Museum SMB II, dulu lokasi ini merupakan pusat pertempuran 5 hari 5 malam pada 1-5 Januari 1947.

08 August 2008

Museum Bala Putra Dewa





Museum yang terletak di KM 6 ini banyak menyimpan replika dari masa pra sejara, kesultanan dan kemerdekaan. tetapi sayang minat ke museum ini kurang mungkin perlu di buat even-even tertentu agar museum ini dapat ramai.

22 July 2008

Pameran Sriwijaya - Kebangkitan Negeri Bahari





Pameran yang di selenggarakan di Museum Taman Purbakala Siriwjaya (TPKS) karang Anyar ini banyak menampilkan situs-situs yang di temukan di seputaran bekas kerajaan Sriwijaya, tetapi ada satu yang menarik yaitu kemudi kapal Cadik yang di tampilkan di pameran ini sangat panjang dan besar.

22 April 2008

Sejarah Museum SMB II

Museum SMB II tahun 1920-an sumber : kitliv

Keraton Kuto Kecik atau Keraton Kuto Lamo, dibangun seiring dengan pembangunan Masjid Agung Palembang. Saat kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam dipegang Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau SMB I (1724-1758 M), muncul ide untuk membangun masjid baru Sebelumnya, Keraton Palembang yang dibangun Ki Mas Hindi atau Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukmin Sayyidul Imam (1659-1706 M) terletak di kawasan Beringin Janggut (kini kompleks pertokoan Beringin Janggut).

Masjid kesultanan pun terletak tidak jauh dari keraton, yaitu di kawasan yang kini dikenal sebagai Jl. Masjid Lama. SMB I membangun Masjid Sulton (kini Masjid Agung SMB II) pada 1 Jumadil Akhir 1511 H dan diresmikan pemakaiannya pada 28 Jumadil Awal 1161 H. Keraton Kuto Lamo (pada saat dibangun, tentu belum bernama demikian) ini dibangun persis di tepi Sungai Tengkuruk dan berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Sulton.

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821 M), yang berganti-ganti kekuasaan dengan saudaranya, Sultan Husin Diauddin (1812-1813 M) serta Sultan Ahmad Najamuddin III Pangeran Ratu (putra SMB II, 1819-1821 M) seiring masuknya pengaruh Belanda dan Inggris, benteng ini sempat ditempati pasukan Belanda.

Museum SMB II tahun 1946-an sumber : kitliv
Menjelang Perang Palembang I tahun 1819, Pemerintah Hindia Belanda mendaratkan pasukannya sebanyak 200 orang di Palembang dan menempatkannya di Keraton Kuto Lamo. Saat perang hari pertama meletus, 11 Juni 1819, tentara Belanda itu ditembaki dan dihalau hingga lari ke kapal-kapal yang berada di Sungai Musi depan BKB. Pada perang ini, dari sekitar 500 tentara Belanda, yang tersisa dan selamat sekitar 350 orang. Begitu SMB II menyerah dan ditangkap pada Perang Palembang III tahun 1821 sehingga bersama keluarganya, dia dibuang ke Ternate, pasukan Belanda melakukan perampasan, perusakan, pembongkaran dan penghancuran terhadap aset kesultanan, Termasuk, bangunan yang ada di Benteng Kuto Lamo.

Bahkan, pembongkaran yang dilakukan terhadap rumah limas para Pangeran serta bangunan lain hingga ke halaman Masjid Sulton itu, dilakukan pula terhadap fondasi Keraton hingga sedalam 3 meter. Pada tahun 1823, seiring penghapusan kekuasaan Sultan Najamuddin IV Prabu Anom (1821-1823 M), Belanda mulai melakukan pembangunan di bekas tapak Benteng Kuto Lamo secara bertahap. Rumah yang dibangun ini rencananya diperuntukkan bagi Komisaris Kerajaan Belanda di Palembang. Yaitu, Yohan Isaac van Sevenhoven, seorang advokat fiskal, yang menggantikan posisi Herman Warner Muntinghe.

Museum SMB II tahun 2008
Muntinghe menjadi Komisaris di Palembang selama November 1821 - Desember 1823. Pada tahun 1824, tahap pertama rumah dikenal sebagai Gedung Siput itu selesai dibangun. Setelah itu, bagian bangunan terus dilakukan penambahan

Berbeda dengan bangunan yang didirikan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam yang umumnya memakai bahan kayu, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II memakai bahan bata.

Sekarang ini selain difungsikan sebagai museum, bangunan tersebut juga digunakan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang. Meskipun telah mengalami renovasi, bentuk asli bangunan tidak berubah. Perubahan hanya dilakukan pada bagian dalam bangunan dengan menambah sekat-sekat dan penutupan pintu-pintu penghubung.