CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

15 May 2019

Sejarah SMA Xaverius 1 Palembang

SMA Xaverius 1 Palembang era tahun 1951-1970 an
Foto : wongkitogaloe
1951-1961: Masa Kelahiran & Pengukiran Prestasi

Tepatnya tanggal 15 Juli 1951, setelah enam tahun bekerja di Palembang, seorang frater kelahiran Zieuwent, Belanda, L.F.J. Nienhuis mendirikan sekolah yang diberi nama SMA Xaverius. SMU Xaverius 1 yang sekarang memang berawal dari nama SMA Xaverius, didirikan dengan satu tujuan Pro Ecclesia et Patria (Demi Gereja dan Negara/Tanah Air). Proses pendidikan diselenggarakan berdasarkan konsep Pendidikan Nasional Pancasila. Atas hal tersebut SMU Xaverius 1 berasaskan agama Katolik (Tri-Pancawarsa SMA Xaverius, 1966:27)“Pada waktu itu terlalu banyak sekolah yang mesti diurus oleh Yayasan Xaverius, sedangkan tenaga tidak cukup. Syukurlah dalam banyak hal kami mendapat bantuan dari Kantor Inspeksi yang waktu itu dipimpin oleh Bapak Reni dan Bapak Sitohang. Dan Karena Fr. Plechelmo dan saya juga mengajar pada SMA dan SGA Negeri, maka ini memungkinkan adanya tenaga-tenaga guru negeri yang mengajar di sekolah kita. Namun tanpa adanya kesediaan Fr. Plechelmo untuk mengajar sebagian besar dari pelajaran Ilmu Pasti, saya kira SMA tidak bisa berdiri pada tahun 1951. Selain itu kami mendapat restu dari Bapak Uskup Mgr. Mekkelholt almarhum dan dari pimpinan para frater kami memperoleh izin untuk memulainya,”kenangL.F.J.Nienhuisalias Frater Monfort (25 Tahun SMA Xaverius 1 Palembang, 1976: 23). “Dalam bulan Juni 1951 ‘Keluarga Xaverius’ digembirakan dengan kelahiran seorang ‘anak’ baru yang diberikan nama kecil ‘SMA’, sedangkan nama keluarga tetap ‘Xaverius’. Walaupun ‘kelahiran’ itu sudah agak lama dicita-citakan dan direncanakan, perisiwa itu terjadi dengan cukup susah payah. Tempat tinggal sebenarnya belum ada, guru tetap belum ada, murid-murid cuma sedikit, bahkan buku-buku pun untuk SMA hampir tidak ada pada waktu itu. Namun demikian ada harapan juga bahwa ‘anak kecil’ itu dapat hidup dan berkembang, pertama, karena kelahirannya memenuhi suatu keinginan dan kebutuhan masyarakat, dan kedua, karena ‘anak’ itu lahir dalam suatu keluarga baik dan teratur, yang pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memajukannya,” tulis Mgr. J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 19).Yayasan Xaverius kemudian mengambil pertanggungjawaban terhadap sekolah tersebut dengan tidak melihat bahwa sekolah yang baru ini akan mengalami perkembangan yang hebat serta adanya kesulitan-kesulitan yang akan dialaminya sehubungan dengan berdirinya sekolah baru ini (Op. cit., halaman 23) Tujuan utama didirikannya sekolah tersebut adalah Pro Ecclisia et Patria (Demi Gereja dan Tanah Air), dalam arti untuk menampung putra-putri Indonesia beragama Katolik yang ingin melanjutkan pendidikannya ke SLTA. Hal tersebut bukan berarti SMA Xaverius tertutup bagi putra-putri Indonesia yang lain, melainkan tetap terbuka bagi seluruh orang tua yang mempercayakan putra-putrinya mendapatkan didikan di SMA Xaverius.Lokasi penyelenggaraan sekolah pada mulanya di sebuah gedung yang terletak di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, di belakang Gereja Hati Kudus Lama (sekarang Kompleks Pastoran). Pada mulanya baru satu kelas.

“Demi sekolah baru ini juga, Pastor Gisbergen telah mengorbankan sebagian tempatnya untuk keperluan SMA. Prasarana yang kurang baik dari sekolah ini dapat diimbangi dengan adanya iklim yang baik dan kerjasama yang erat antara staf pengajar dan para siswa,” tulis kepala sekolah pertama SMA Xaverius dalam Kata Sambutan (Ibid.)Memang, jawaban untuk siapa pendiri SMA Xaverius , Frater L. F. J. Nienhuis bukanlah satu-satunya biarawan yang mendirikan, tetapi juga berkat kerja keras dan ide dari Pastor Wilhelmus Lorentius Cornelius Boeren yang menjadi pimpinan Yayasan Xaverius (Yayasan Xaverius berdiri sejak 05 Mei 1930, sesuai dengan bunyi akta notaris Christian Mathius menyebutkan : “Berlakunya badan hukum tersebut sejak tanggal 12 Juli 1929”.Mengapa dipilih nama Xaverius?Nilai-nilai yang mendasari pemilihan nama seorang Santo Pelindung, Fransiskus Xaverius, sebagai nama sekolah yang didirikan lebih didasarkan pada sisi yang mewarnai pribadinya selama ia berkarya sebagai misionaris sepanjang hidupnya. Santo Fransiskus Xaverius memiliki sikap dan karakter sebagai berikut:1. kedisiplinan, kegigihan, dan kecermatan, yang merupakan dasar umum suatu keberhasilan pendidikan;2. keteraturan dan pengawasan (evaluasi) ketat, yang lebih menjamin tercapainya keberhasilan pendidikan;3. metode humanis dalam proses yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan “menjadikan manusia intelektual dan terpelajar yang bermoral dan humanis, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan bijaksana”.

Di sisi lain Fransiskus Xaverius memiliki motto “In te Domine, speravi non confundar in aeternum” (“Pada-Mu Tuhan, aku berlindung. Jangan sekali-kali aku mendapat malu”).Siapa yang mempunyai andil berjuang dalam memajukan SMA Xaverius ? Yang turut andil berjuang memajukan SMA Xaverius ada tiga komponen yaitu, pertama Yayasan Xaverius, kedua Pemerintah, dan ketiga masyarakat. Tentu saja yang dimaksud dengan keikutsertaan Yayasan memajukan SMA Xaverius di sini tidak hanya staf Yayasan Xaverius, tetapi para direktur SMA Xaverius, staf tata usaha dan secara khusus adalah bapak-ibu guru yang terjun secara langsung dengan sabar, tekun, dan bekerja keras dalam membimbing, mendidik, dan mengajar siswa-siswinya.Dalam perkembangan berikutnya lokasi sekolah berpindah dari yang semula berada di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, ke gedung sendiri yang dibangun di daerah rawa. “Pengganti saya (J.H. Soudant-Red.)kemudian membangun gedung yang sekarang masih ada, suatu lembaga bagi anak-anak yang penuh bakat untuk menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan tanah air,” lanjut tulisan Frater Monfort (Ibid.) Lokasi gedung itu kemudian terkenal dengan nama Jalan Bangau 60, Palembang hingga sekarang. Perpindahan tempat belajar itu terjadi dalam pertengahan tahun ajaran 1952/1953.

Kondisi bangunan SMA Xaverius 1 Palembang Saat ini
Foto : http://www.smaxaverius1.sch.id
“Kondisi lingkungan saat itu belum seperti sekarang. Jalan menuju ke sekolah pun masih jalan setapak dan rumah permanen yang ada di sekitar waktu itu baru sampai daerah Rambang. Lorong Pagar Alam (sekarang Jalan Mayor Ruslan) sampai ke sekolah dan yang lain masih rawa,” kata Drs. F.S. Bandiman menceritakan sejarah sekolah secara singkat.Waktu itu kondisi masyarakat dan pemerintah belum seperti sekarang. Maka, untuk keperluan kegiatan belajar-mengajar pun masih banyak kekurangan sarana, termasuk kapur tulis. Salah seorang sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan kapur pun Pastor J.H. Soudant SCJ harus memesan kiriman dari Negeri Kincir Angin, Belanda.Jumlah murid pada masa Frater L. F. J. Nienhuis yang memimpin ada sebanyak 32 siswa. 

Mereka yang terdaftar sebagai murid perdana tersebut adalah :1. Charlotte Marie Sleebas2. Pieter Tan3. Norbertus Aloysius da Graca 4. David Eduardus Tif5. Johan Muda Siahaan6. Partomuan Siahaan7. Frans Tamba8. Zainal Abidin9. Max Karundeng10. Willy Karundeng11. R. Abdurrachman12. Ong Ek Wie13. Davy Hutabarat14. Picie Liem15. Sjaiful Azhar16. Salahat17. Soedjono18. Halimah Madian19. Ronald Hoop20. Noerhajati21. R. Machmud Badaruddin22. Talina Rivai23. A. Firdaus24. Sofian25. Suseno26. Subroto27. Dentiria Dawana Hutabarat28. Sindik Hutabarat29. Jenny Maro30. Fati Rusmiati31. Lucia Lim32. Agus KeruKetiga puluh dua orang siswa-siswi itu diasuh oleh: 1) L. F. J. Nienhuis (merangkap kepala sekolah);2) J. B. Dierselhuis;3) W. G. Lap;4) Rasjid;5) Sumartono;6) Tjioe Tjeng Hok;7) Toruan;8) Wentholt;9) Liefvoort H.V.D.;10) Bambang Utomo;11) J. H. Soudant.Berkat kerja sama yang erat antara pemerintah dengan Yayasan Xaverius maka tanggal 01 Juli 1952 SMA Xaverius mendapat subsidi dari pemerintah khususnya dari Menteri Pengajaran dan Kebudayaan. “Pada tahun yang kedua tiba-tiba tanpa disangka-sangka datanglah inspeksi dari Jakarta dan sekolah mendapat subsidi sehingga keuangannya menjadi lebih baik,” tutur Frater Montfort. (Ibid.).

Tahun 1953, Frater L. F. J. Nienhuis meninggalkan Palembang karena mendapat tugas baru di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk menjadi direktur SGA. Untuk menggantikan beliau dipilihlah seorang pastor kelahiran Heer, Belanda, 30 Maret 1922 bernama Joseph Hubertus Soudant, SCJ. Pastor ini memimpin SMA Xaverius tahun 1953 – 1956. Waktu itu beliau merangkap menjadi kepala sekolah SMEA Xaverius yang didirikan oleh Yayasan Xaverius, tanggal 1 September 1953. Dalam perkembangannya, SMEA Xaverius akhirnya dilebur ke dalam SMA Xaverius, tepatnya tanggal 1 Agustus 1955. Seluruh murid SMEA tersebut dimasukkan ke SMA bagian C. Oleh karena itu, mulai saat itu SMA Xaverius mempunyai dua jurusan, yaitu Bagian B (sekarang IPA) dan Bagian C (sekarang IPS). Bersamaan dengan peleburan SMEA Xaverius ke dalam SMA Xaverius, Yayasan Xaverius mendirikan SGA Xaverius dipimpin oleh Sr. M. Helena dan Bapak Sudarmadi. Tahun 1970 SGA tersebut ditutup.Di di sisi lain, untuk mewujudkan tujuan pendirian Yayasan Xaverius: “Mengembangkan cinta kepada sesama dan pendidikan”, maka pihak Yayasan menunjuk Pastor J. H. Soudant yang sudah berpengalaman di bidang pendidikan diberi tugas untuk memimpin anak-anak asrama di Asrama Rumah Yusuf, di Baturaja yang sudah berdiri sejak tahun 1948. Dengan demikian Pastor J. H. Soudant harus meninggalkan SMA Xaverius untuk mengemban tugas barunya. 

“Sekolah ini (SMA Xaverius) dimulai oleh kaum rohaniwan, yang selama 10 tahun memegang pimpinan. Tetapi sesudah itu pimpinan diserahkan kepada kaum awam, dan rasanya hasil pekerjaan mereka boleh dibanggakan. Hasil yang baik itu hanya mungkin, karena mereka bekerja dengan semangat dan dedikasi besar, dengan rasa tanggung jawab terhadap murid dan orang tua mereka, serta terhadap masyarakat pada umumnya. Sebenarnya ini hal biasa: seharusnya begitulah, karena setiap orang yang jujur dan menghargai diri seharusnya menjunjung tinggi profesinya dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil semaksimal mungkin,” tulis Pastor J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 17) Dalam perkembangan sejarah pribadi, Pastor J.H. Soudant, SCJ kemudian mulai 29 Juni 1961 menjabat sebagai Uskup Agung Palembang. Monsinyur Soudant, demikianlah nama yang akrab di hati umat, akhirnya kembali ke negeri Belanda, juga sebagai imam, setelah demikian lama mendampingi umat di Palembang dan Sumatera Selatan. SMA Xaverius kemudian dipimpin oleh pastor lain, kelahiran Den Haag, Belanda, 11 Juli 1917 bernama Johanes Jacobus Maria Goeman SCJ. 

Pemilihan Pastor J. J. M. Goeman SCJ sebagai Kepala Sekolah SMA Xaverius bukannya tanpa dasar. Pertimbangan historisnya, beliau telah berpengalaman sebagai rohaniwan di Palembang (tahun 1948-1951), Lahat dan Tanjung Enim (1949-1950), di Jakarta (1950-1951), bahkan pernah mendidik dan mengajar di SMA Kolese de Britto dan SMA St. Thomas di Yogyakarta (Juli 1952 – Agustus 1954). Selama Pastur J. J. M. Goeman SCJ. menjadi pimpinan SMA Xaverius tahun 1956-1961 banyak keberhasilan yang telah dicapai antara lain :1. Atas bimbingannya, para murid berhasil mendirikan wadah persatuan pelajar, tepatnya Kamis, 29 November 1956 dengan nama Ikatan Pelajar SMA Xaverius , yang kemudian bernama Perhimpunan Pelajar Sekolah Katolik (PPSK) SMA Xaverius 1 yang dalam perkembangannya menjadi OSIS/PPSK SMA Xaverius 1. Sekarang, sesuai dengan perubahan nama SMA menjadi SMU, nama berganti menjadi OSIS /PPSK SMU Xaverius 1.2. 

Pendirian sebuah wadah untuk menampung gagasan kreativitas siswa secara tertulis, maka lahirlah GITA PELAJAR, terbit pertama bulan Januari 1957, dan setiap bulan sekali terbit. Dalam perkembangannya, media komunikasi siswa tersebut mengalami perubahan masa terbit. Sekarang hanya terbit empat kali per tahun. Di sisi lain majalah tersebut kemudian berganti nama menjadi GITA hingga sekarang.3. Disetujui gagasan para siswa untuk menetapkan lambang perhimpunan pelajar sekolah. Lalu diadakanlah sayembara merancang lambang tersebut. F.X. Mulyadi (sekarang sudah almarhum) keluar sebagai pemenangnya. 

Karya cipta F.X. Mulyadi ini akhirnya menyejarah sebagai lambang OSIS/PPSK SMU Xaverius 1. Bahkan, makna lambang menjadi meluas, tak sekadar di SMU Xaverius 1 sebab sekarang dipakai juga oleh SMU Xaverius 3, 4, dan SMK Xaverius. (Baca: Obituari F.X. Mulyadi)4. SMA Xaverius berhasil membuka Bagian A, 1 Agustus 1959.5. Langkah demi langkah tergores dalam sejarah. Akhirnya tahun 1959, SMA Xaverius mempunyai tiga jurusan: Bagian A, B, dan C (sekarang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa). Tugas Pastor J.J.M. Goeman SCJ sebagai kepala sekolah -waktu itu populer dengan istilah direktur-SMA Xaverius berakhir tanggal 30 November 1961. Kemudian beliau mendapatkan tugas sebagai Rektor Seminari St. Paulus sekaligus Rektor SMU Xaverius. 

Sebagai gambaran, siswa (sekarang alumni) yang memilih jurusan Bagian A angkatan pertama antara lain :1. Arpan Zainuri, S.H. (Palembang)2. Drs. Blasius Mohammad. (pernah mengajar setahun, 1971, di SMA Xaverius)3. M. Amin Asari, B.A. (Kepala Kampung 9 Ilir)4. Frans Sutarno, S.H. (terkahir di Departemen Agama Palembang, almarhum)5. F. Penny Effendy, B.A. (guru PMP/PPKn pada SMU Xaverius 1, pensiun, sekarang menjadi Pengurus Harian YayasanKusuma Bangsa)6. F.X. Sucipto Rewa, B.A. (Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri Muara Enim)7. Alfonsus Purbono Dewo, B.A. (guru Bahasa Indonesia di Lampung)Dalam kata sambutan Tripancawarsa SMA Xaverius (1966: 25) Pastor J.J.M. Goeman antara lain menulis, “Rasa syukur kepada Tuhan bahwa berkat segala kebaikan itu, selama lima belas tahun sekolah kita dapat melaksanakan tugasnya yang luhur, dan memenuhi cita-cita kebangsaan yang diharapkan, mendidik dan membimbing tunas-tunas muda Pancasilais sejati, yang mengabdi kepada Tuhan, Nusa, dan Bangsa.”

Sumber tulisan : http://www.smaxaverius1.sch.id

01 May 2012

Sejarah Peresmian Universitas Sriwijaya Palembang



Ide untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan telah ada sejak awal tahun 1950-an, yang dicetuskan dalam suatu kesempatan resepsi perayaan hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1952. Diprakarsai oleh beberapa orang pemuka masyarakat, menjelma menjadi kesepakatan untuk membentuk "Panitia Fakultet Sumatera Selatan". Menjelang akhir Agustus 1952, dengan berbagai pertimbangan, ditetapkan bahwa yang pertama akan didirikan adalah fakultas ekonomi. Untuk itu dibentuklah "Panitia Fakultas Ekonomi Sumatera Selatan" yang dikelola oleh suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 1 April 1953 dengan nama "Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti".

Pembukaan Fakultas Ekonomi secara resmi di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti ini dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1953 dalam suatu acara yang dihadiri oleh Mr. Hadi, Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK), Drg. M. Isa (Gubernur Sumatera Selatan), Bambang Utoyo (Panglima TT II Sriwijaya) dan Ali Gathmyr (Ketua DPRD Sumatera Selatan).
Upaya melengkapi perguruan tinggi di Sumsel dilanjutkan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti dengan membentuk Panitia Penyelenggaraan Fakultas Hukum. Pada tanggal 1 November 1957, bertepatan dengan perayaan Dies Natalis IV Fakultas Ekonomi, diresmikanlah fakultas tersebut dengan nama 'Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat".
Pengembangan kemudian dilanjutkan dengan bantuan Penguasa Militer Teritorial II Sriwijaya yang memberikan bantuan keuangan unuk mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti di Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit). Upacara peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1957

Upaya selanjutnya adalah penegerian perguruan tinggi yang sudah ada tersebut. Dengan perjuangan gigih tokoh masyarakat Sumsel ketika itu, antara lain Kolonel Harun Sohar (Panglima selaku Ketua Paperda TT II/ Sriwijaya) dan A. Bastari (Gubernur), hambatan yang amsih ada untuk berdirinya universitas negeri di Palembang dapat diatasi. Delegasi yang dikirim ke Jakarta bulan Desember 1959 menemui Menteri PPK (Mr. Moh yamin) berhasil memperoleh jaminan kesediaan pemerintah untuk mengambil alih Perguruan tinggi Syakhyakirti menjadi suatu universitas negeri. Dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1960 tanggal 29 Oktober 1960 (Lambaran Negara Tahun 1960 No. 135) akhirnya berdirilah Universitas Sriwijaya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 3 November 1960 dalam upacara penandatanganan piagam pendirian oleh Presiden Sukarno dengan disaksikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (Mr. Priyono) dan beberapa Duta Besar negara sahabat. Sebagai Presiden Universitas yang pertama diangkat Drg. M. Isa yang diangkat dengan Keputusan Presiden No. 696/M tahun 1960 tanggal 29 Okober 1960

Lokasi kampus utama di Indralaya

Untuk memenuhi tuntutan perkembangan, Unsri kemudian merencanakan penambahan kampus, di luar Bukit Besar yang sudah ada, dengan membebaskan tanah seluas 712 hektar, di Indealaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sekarang Ogan Ilir-OI), pada tahun 1982. Pembangunan kampus baru ini dimulai pada tahun 1983 dengan bantuan dana Asian Development Bank (ADB), yang secara fisik baru dimulai pada tahun 1989 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 1993. Gubernur Sumatera Selatan H Ramli Hasan Basri memberikan kuliah perdana menandai awal kegiatan akademik di kampus baru Inderalaya ini pada tanggal 1 September 1993. Pemanfaatan sepenuhnya fasilitas di Kampus Inderalaya dilaksanakan dengan Keputusan Rektor pada bulan Januari 1995 dimana ditetapkan bahwa terhitung sejak tanggal 1 Februari 1995 semua kegiatan administrasi dan sebagian besar kegiatan akademik diselenggarakan di Kampus Inderalaya. Peresmian Kampus Unsri Indralaya yang sesungguhnya baru dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.

Logo Unsri


Logo awal pada saat pendirian  atau peresmian logo Universitas Sriwijaya berbentuk seperti rebung ,  kurang lebih ditahun 1970 an logo  tersebut berubah seperti logo yang sekarang ini.



Keterangan Lambang
  1. Bunga Melati merupakan bunga suci melambangkan kemurnian, keanggunan, keluhuran, wibawa dan kesetiaan pada cita-cita.  Pada lambang digambarkan lima mahkota bunga (corolla) dengan warna kuning muda.  Lima mahkota bunga melambangkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, sedangkan warna kuning muda melambangkan warna Universitas.
  2. Bunga Seruni sebagai lambang yang paling tua ditemukan dalam sejarah Sriwijaya. Pada lambang digambarkan mahkota bunga (corolla) dari bunga yang terpilin (marginal flower), berjumlah 31, berwarna kuning emas yang terpilin. Jumlah 31 melambangkan tanggal lahir Unsri pada tanggal 31 Oktober 1960 dan warna kuning emas melambangkan keagungan Sriwijaya. Mahkota bunga yang terpilin ke kanan yang mengakibatkan ujung kelopaknya mengarah ke kiri dimaksudkan bahwa Universitas ini berjalan seirama dengan perputaran jaman.
  3. Cahaya melambangkan ilmu pengetahuan, yang menerangi jagad, menunjukan bahwa hanya dengan ILMU ketidaktahuan dapat ditiadakan. Ilmu digambarkan dengan cahaya (nur) sebanyak 60 pancaran sinar dengan 10 sinar besar, berarti bulan Oktober 1960.
  4. Kata-kata UNIVERSITAS SRIWIJAYA ditulis dengan huruf putih di atas dasar hitam yang menlingkar di dalam bunga seruni. Hitam melembangkan ketidaktahuan. Dengan adanya cahaya, ketidaktahuan dapat ditiadakan, yang lambangkan dengan huruf putih pada kata-kata UNIVERSITAS SRIWIJAYA menandakan Unsri sebagai gudang ilmu
  5. Motto ILMU ALAT PENGABDIAN ditulis dengan huruf berwarna emas di atas dasar hitam yang terletak dalam selendang dibagian bawah lambang. Motto ini melambangkan bahwa manusia wajib mengabdi kepada Tuhan, negara , bangsa, masyarakat dan keluarga. Pengabdian yang tidak disertai dengan ilmun pengetahuan tidaklah sempurna.
Makna lambang
Unsri sebagai milik bangsa Indonesia yang berfalsafah hidup Pancasila selalu dengan penuh daya dan dinamika meningkatkan ilmu pengetahuan guna memerangi ketidaktahuan yang merupakan penghalang bagi masyarakat bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur serta dalam ridho Tuhan Yang Maha Esa.


Sumber tulisan, Foto Lokasi & Logo Unsri : http://www.unsri.ac.id
Sumber Foto : Barpusdok kota Palembang

21 April 2012

Sejarah Yayasan IBA

Gedung serba guna IBA tempo dulu sumber : iba.ac.id
Gedung Serba guna IBA saat kini sumber : Facebook IBA
Kesempatan memperoleh pendidikan, sebelum revolusi dan pada awal kemerdekaan, sangatlah terbatas. Banyak anak-anak yang tidak dapat sekolah. Keprihatinan ini membangkitkan kehendak almarhum Bapak Bajumi Wahab, yang didukung isterinya almarhum Ibu Sajidah, untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Sehingga ada generasi penerus yang mampu menciptakan dan membangun dunia usaha.

Foto Gedung Yang saat ini di pakai sebagai gedung Olahraga dan ruangan anak-anak TK.

Salah satu peragaan tari oleh anak-anak SMA IBA saat ada acara seni budaya sumber : Facebook IBA

Pendiri Yayasan

Foto Gedung IBA tempo dulu sumber : Facebook IBA
Maka kemudian, Bapak Bajumi Wahab, sebagai donator tunggal, dibantu kerabat beliau almarhum dr. M. Isa, almarhum Nasaruddin Nuch dan almarhum Dentjik Wahab, mendirikan yayasan pendidikan yang diberi nama Yayasan IBA, yang merupakan kesatuan dari nama Ida dan Bajumi. Secara legal, Yayasan IBA disahkan pada tanggal 01 September 1959 dihadapan Notaris Tan Thong Kie, tercatat dalam akte no. 48 dan tambahannya no. 61 tanggal 29 Juli 1960. Serta dimuat dalam lebaran Negara no. 60 tahun 1960.


Foto Gedung IBA saat kini sumber : Facebook IBA
Perguruan IBA
Selesai proses legal tersebut, dimulailah pembangunan gedung, yang dirancang oleh arsitek lulusan Amerika, Oen Poo Haw.  Gedung tersebut diresmikan pemakaiannya oleh Ibu Sajidah pada tanggal 06 Nopember 1960. Pada awal operasinya, gedung ini menampung siswa-siswi Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan.



  

Universitas IBA
Pertengahan tahun 1980-an, walaupun pemerintah telah mendirikan tambahan 32 Perguruan Tinggi Negeri, universitas dan Institut, masih banyak siswa yang tidak tertampung di perguruan tinggi.  Hal ini dialami calon mahasiswa di luar pulau Jawa, termasuk diantaranya wilayah Sumatera Selatan. Sehingga pada tanggal 1 November 1986, Yayasan IBA mendirikan Universitas IBA.

Arti logo Universitas IBA
Lambang UNIVERSITAS IBA berpaut pada logo “YAYASAN IBA” yang mengandung makna sebagai berikut :

Bentuk dasar logo berupa segitiga sama sisi, melambangkan keseimbangan yang harmonis antara dimensi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Moral, sebagai cerminan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tulisan “IBA” yang terdapat dalam segitiga sama sisi dibangun melalui tarikan garis-garis yang pasti (terukur), menyiratkan arti bahwa pendidikan merupakan aktivitas yang jelas, tepat dan terarah dalam konteks:

- Ibu Bapak Anak : Merupakan Nukleus Sosial Masyarakat
- Iman Berilmu Amal – Bakti : Sebagai Nuansa Pendidikan
- Ilmu Budaya Akhlak : Wujud Citra Kualifikasi Alumnni
- IBA : Ungkapan Rasa dan Kasih Sayang
- IBA : Akronim dari Ida dan Bajumi, Pendukung dan Pendiri YAYASAN IBA

Dalam penataan tulisan “IBA” terdapat 5 (lima) buah segitiga sama sisi, sebagai pernyataan bahwa gerak aktivitas YAYASAN IBA,  senantiasa mengandung nilai-nilai Pancasila.

Sebagai satu kesatuan, logo YAYASAN IBA secara struktural dibentuk dengan komposisi yang terkait antara satu sama lain sebagai lambang fundamental untuk membangun dan mendisplinir kepandaian, ketrampilan pengenalan akan kemampuan dan batas-batas kemampuan diri serta kehormatan diri sesuai dengan kodratnya. 

Sumber tulisan dan Foto lawas : http://www.iba.ac.id 

Palembang, Sekip , 0412, Dodi NP

05 March 2010

Cyber Park Palembang

Lokasi Cyber Park di kawasan taman jembatan Ampera
"Cyber Park" yang terletak di taman bawah jembatan ampera ini di sediakan salah satu oleh perusahaan telekomunikasi di negeri ini dengan dukungan free WIFI, tetapi keamanan di cyber park ini di rasa kurang sehingga yang browisng dg laptop di sini belum pernah terlihat karena takut ada apa-apanya.

Begitu pun di tempat lain seperti di kawasan kambang iwak besak dan , fasilitas Cyber Park Government of Palembang di Taman Pesirah Simpang Polda sudah banyak rusak rusak. Begitu pula huruf timbul stainless bertuliskan “Cyber Park Government of Palembang” sejak beberapa bulan lalu hilang. Meja bagi pengunjung untuk berinternet dengan fasilitas wifi, kini tak mulus lagi, penuh coretan.

Booth-booth di taman itu kini tak lagi jadi tempat warga browsing atau ber-Internetan, tapi dijadikan tempat nongkrong dan tidur-tiduran anak-anak sekolah. Sejumlah warga memilih duduk di kursi taman (yang dipenuhi coret-coretan) untuk beraktivitas di dunia maya. Tentu saja, dengan kondisi ini, fasilitas Cyber Park itu jadi terkesan sia-sia.

06 July 2009

Liburan Ke Museum SMB II Palembang







Libur sekolah yang sedang di jalani oleh para pelajar, salah satu tempat yang menjadi tempat kunjungan adalah Museum SMB II, di masa seperti sore minggu kemaren banyak pelajar yang di temani oleh guru dan orang tua berkunjung ke salah satu muesum ternama di kota ini.
  
Sejak awal berfungsi sebagai kantor residen Belanda tetapi sejak tahun 1947 s/d tahun 60-an gedung ini dikuasai Kodam sbg kantor Kodam II Sriwijaya, dan dari awal tahun 60an sampe 70an gedung ini berubah fungsu sebagai  RINDAM (Resimen Induk Kodam ).

08 April 2009

Program Sekolah Gratis

Baliho program seklolah gratis yang sudah di lauching beberapa waktu yang lalu
Spanduk dari program sekolah gratis di depan Masjid Agung yang sudah di lauching oleh Menteri pendidikan pada akhir Maret lalu, kalau lihat gambar anak sekolah yang berjalan sambil menjinjing sepatu mengingatkan anak-anak warga yang tinggal di sekitar pabrik kami kalau hari hujan pasti mereka mencopot sepatu mereka.

------

Palembang - Program sekolah gratis yang sudah berjalan sekitar tiga tahun ini berhasil mendongkrak Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan di Sumatera Selatan khususnya untuk siswa yang berasal dari keluarga miskin.

Ketua Dewan Pendidikan Sumsel HM Sirozi menilai secara umum APK pendidikan di Sumsel mengalami peningkatan. Namun, peningkatan APK pendidikan ini masih perlu pengkajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadi peningkatan tersebut.

“Salah satunya saya yakin peningkatan angka partisipasi atau siswa yang lanjut sekolah tersebut karena program sekolah gratis selama tiga tahun ini. Hal ini memang sesuai dengan niat Gubernur Alex Noerdin bahwa program sekolah gratis tujuannya untuk menurunkan angka putus sekolah dan meningkatkan pasrtisipasi pendidikan,” ujarnya.

Dijelaskannya, khusus di kota-kota besar terutama pada anak-anak keluarga mampu di rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) dan sekolah-sekolah unggulan mereka tetap mengeluarkan biaya, sehingga program sekolah gratis kurang terasa. Namun, bagi anak-anak keluarga miskin di sekolah yang belum SSN tentu program sekolah gratis sangat berarti.

“Untuk siswa keluarga miskin minimal dengan adanya sekolah gratis tidak lagi membayar SPP, uang masuk sekolah. Orangtua hanya memikirkan pakaian dan ongkos sekolah. Jadi program sekolah gratis sangat membantu mereka,” ujarnya.

Secara nominal dana sekolah gratis per siswa sudah cukup memadai. Terlebih sekolah juga masih menerima dana BOS dari pemerintah pusat, sehingga dengan dana BOS dan PSG bisa menutupi biaya operasional sekolah. Hanya saja menurutnya pencairan sharing dana sekolah gratis dari kabupaten/kota sering terlambat. Hal ini tergantung dari komitmen kabupaten/kota mengenai nominal dana sharing.

“Hal inilah yang menyebabkan dana terlambat sampai di sekolah. Namun, saya yakin hal ini bukan dikarenakan kesengajaan dari Pemkab atau Pemko melainkan dari pengalaman tahun lalu karena peraturan perundang-undangan menuntut kehati-hatian. Jika prosedur perundang-undangannya lebih sederhana saya yakin pencairannya lebih tepat waktu,” ujarnya.

Pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini, ia berharap program sekolah gratis ke depan bisa beralih kepada fase kemajuan secara kualitas atau mutu. Untuk itu perlu dibuat pedoman pemanfaatan dana sekolah yang lebih mengarah untuk mendorong peningkatan mutu.

Sementara itu Manajer Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sekolah gratis Dinas Pendidikan Sumsel Drs H Sutarman MM menilai program ini secara umum bisa dikatakan berhasil. Semua berjalan dengan prosedur dan berbagai macam ketentuan yang harus dipatuhi tentunya program ini dapat meringankan beban orangtua siswa.

"Untuk tahun ini program sekolah gratis triwulan ke-2 sedang dalam proses, secara umum program ini tidak ada kendala hanya untuk daerah-daerah tertentu, karena penyalurannya harus sesuai dengan birokrasi,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini dana yang dikucurkan oleh Pemprov Sumsel sudah melebihi standar minimal biaya pendidikan 2012 yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk peningkatan tingkat SD/MI, menjadi Rp700.000 per siswa dari standar minimum sekitar Rp610.000. SMP/Mts Rp890.000 dari Rp720.000.

Standar minimal biaya pendidikan SMA Rp1.080.000, pemprov mengucurkan Rp1.320.000. Untuk SMK Non Teknik, Rp1.800.000 menjadi Rp 1.956.000. Sedangkan Teknik, dari Rp2.250.000, menjadi Rp 2.520.000.

Kepala SMA Negeri 1 Palembang Nurhidayah ketika ditemui, di ruang kerjanya beberapa hari lalu mengatakan saat ini untuk memenuhi kebutuhan sekolah, pihaknya hanya mengandalkan dana sekolah gratis. Terlebih, mulai tahun ini sekolah itu dinyatakan sebagai sekolah unggulan yang melaksanakan tes penerimaan siswa baru secara mandiri.

“Untuk pendanaan dalam penerimaan siswa seperti ini hanya menunggu dana sekolah gratis, namun karena pencairannya selalu terlambat, jadi sudah dianggap biasa,” katanya.

Kepala SMK Negeri 1 Palembang Zulkarnain dan Kepala SMP Negeri 8 Palembang, Hamsir berharap agar dana sekolah gratis bisa tepat waktu.

Sedangkan Kepala SMK Gajah Mada Palembang Darlius menyebutkan dana sekolah gratis sudah diterima sejak 1 Maret lalu. “Dana sekolah gratis untuk periode pertama di 2012 sudah diterima sebesar Rp560.394.000 dengan jumlah siswa 1.146 orang. Bantuan yang diterima tahun 2012 ini mengalami kenaikan,” ujarnya.

Sumber tulisan : sindikasi.inilah.com

25 March 2009

IAIN Raden Fatah Palembang

Kampus IAIN Raden Fatah  Palembang


Sejarah Ringkas IAIN Raden Fatah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah yang kita saksikan wujudnya dewasa ini adalah buah dari bakti banyak pihak yang concern terhadap lembaga Pendidikan Tinggi Islam ini. Agar tapak dan jejak langkah para pendahulu, pelanjut dan pelaksana hari ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi kemudian, maka ide menuliskan sejarah perkembangan lembaga ini sangat signifikan. Berikut ini disajikan sketsa mengenai asal-asul keberadaan IAIN Raden Fatah dan lembaga-lembaga yang pernah ada di dalamnya dalam rentang waktu selama 38 tahun.

IAIN Raden Fatah berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1964 Tanggal 22 Oktober 1964 dan acara peresmian pembukaan dilaksanakan pada tanggal 13 Nopember 1964 di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Sumatera Selatan.

Asal-usul berdirinya IAIN Raden Fatah erat kaitannya dengan keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tinggi agama Islam yang ada di Sumatera Selatan dan dengan IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta serta IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta. Karena IAIN Raden Fatah merupakan gabungan dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi agama Islam yang sudah ada, yaitu Pertama, Fakultas Hukum Islam dan Pengetahuan Masyarakat. Berdirinya fakultas ini digagas oleh tiga orang ulama, yaitu K.H.A. Rasyid Sidik, K.H. Husin Abdul Mu’in dan K.H. Siddik Adim pada saat berlangsung muktamar ulama se Indonesia di Palembang tahun 1957. 

Gagasan tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan agar umat Islam di daerah ini memiliki lembaga pendidikan tinggi dalam kajian keislaman. Gagasan itu mendapat sambutan luas baik dari pemerintah propinsi maupun peserta muktamar sehingga pada hari terakhir muktamar, tanggal 11 September 1957 dilakukan peresmian pendirian Fakultas Hukum Islam dan Pengetahuan Masyarakat. Kemudian ditetapkan K.H. A. Gani Sindang sebagai Ketua Fakultas dan Muchtar Effendi sebagai Sekretaris. Untuk menyantuni operasional fakultas, setahun kemudian dibentuk Yayasan Perguruan Tinggi Islam Sumatera Selatan (Akte Notaris No. 49 Tanggal 16 Juli 1958) yang pengurusnya terdiri dari pejabat pemerintah, ulama dan tokoh-tokoh masyarakat. 

Pada tanggal 25 Mei 1961 Fakultas ini ditingkatkan statusnya menjadi fakultas negeri dengan nama Fakultas Syari’ah IAIN Palembang dengan mengangkat K.H. Ahmad Bastari sebagai Dekan. Fakultas ini cabang IAIN Yogyakarta (sebelumnya bernama PTAIN Yogyakarta) dibawah pimpinan Prof. R.H.A. Sunaryo, S.H sebagai Presiden Al-Jamiah. Kemudian sejak tanggal 1 Agustus 1963 Fakultas Syari’ah tersebut dialihkan menjadi fakultas cabang IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibawah pimpinan Rektor Prof Drs. Soenarjo sekaligus mengangkat Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML sebagai Dekan. Berbarengan dengan dinegerikannya Fakultas Syariah ini diresmikan juga pendirian Sekolah Persipan IAIN Al-Jami’ah dan mengangkat Drs. Ahmad Zaidan Zauhari (pensiun dan sekarang tinggal di Jakarta) sebagai direktur pertama. 

Kedua, Fakultas Tarbiyah yang didirikan oleh Yayasan Taqwa Sumatera Selatan. Pada tahun 1963 fakultas ini ditingkatkan statusnya menjadi fakultas negeri dengan nama Fakultas Tarbiyah IAIN berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 86 Tahun 1964 Tanggal 20 Oktober 1964. Ketiga, Fakultas Syari’ah Swasta di Jambi juga ditingkatkan statusnya menjadi fakultas negeri dengan nama Fakultas Syari’ah IAIN berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 86 Tahun 1964 Tanggal 20 Oktober 1964 sebagai fakultas cabang IAIN Raden Fatah. Keempat, Fakultas Tarbiyah Swasta di Tanjung Karang yang dinegerikan menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN sebagai fakultas cabang IAIN Raden Fatah. Kelima, Fakultas Ushuluddin Swasta di Curup yang dinegerikan berinduk ke IAIN Raden Fatah.

Sumber Tulisan : IAIN Raden fatah

16 March 2009

Pionering Pramuka



kegiatan Pramuka yang saat ini kurang di minati oleh remaja saat ini yang di anggap sebagai kegiatan extra kulikuler saja tetapi masih ada juga sebagian lagi yang masih meneruskan tradisi pramuka seperti membuat bangunan (pionering) untuk mengirim kode semapore,seperti yang saya lihat di salah satu intansi di Jl Pom IX.

20 February 2009

Zona Selamat Sekolah



Masih sangat jarang sekolahaan yang menggunakan ide seperti ini seperti membuat zona selamat sekolah seperti yang di lakukan oleh SIDT Mahad Izzudin yang terletak di Jalan Demang lebar daun ini, ternyata di rasa efektif juga karena selain warna yang berbeda jalan ini bisa menjadi panduan untuk anak-anak dan orang tua untuk menyebrang, semoga sekolah lain bisa mencontoh "Zona Selamt Sekolah" ini.

29 May 2008

Perguruan Tinggi Yang Ada Di Kawasan Seberang Ulu

1. Universitas Bina Darma

2. Universitas Muhammadiyah Palembang


3. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia Data Pratama Palembang