CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

01 September 2014

Kue Jongkong Khas Palembang

Resep Masak Jongkong Khas Palembang
Kue Jongkong Khas Palembang

Bahan-bahan  :
Adonan  hijau  :
450  ml  santan
50  ml  air  daun  suji
50  gr  tepung  beras
1  sdm  tepung  sagu
½  sdt  garam

Adonan  polos  :
500  ml  santan
50  gr  tepung  beras
1  sdm  tepung  sagu
½  sdt  garam

Bahan  siraman  :  rebus
200  gr  gula  merah
100  ml  air
1  lbr  daun  pandan

Cara  membuat  :
1. Siapkan  mangkuk  tahan  panas.
2. Adonan  hijau  :  campur  semua  bahan  adonan hijau  masak  dengan  cara  terus  diaduk  hingga  mendidih, sisihkan.
3. Adonan  polos  :  campur  semua  adonan  polos, masak  dengan  terus  mengaduknya  hingga  mendidih, sisihkan.
4. Ambil  wadah  tahan  panas,  sendokkan  adonan hijau  hingga  setengah  penuh,  lalu  tambahkan  adonan polos  diatasnya.  Lakukan  hingga  seluruh  adonan  habis. Lalu  kukus  selama  lima  menit  hingga  adonan menjadi padat.
5. Sajikan  jongkong  dengan  siraman  air  gula  merah. Sumber: majalah rasa indonesia


http://bouncekatybounce.blogspot.co.id/

11 August 2014

Tradisi Rumpak-rumpakan di Kampung Arab Palembang

Mengenal Tradisi Rumpak-rumpak di Kampung Arab Palembang
Akrab: Tradisi rumpak-rumpakan hingga kini tetap lestari di kalangan masyarakat keturunan Arab di Kampung Arab Kuto Palembang. Seperti halnya pada 2013 lalu, usai shalat Id, tradisi ini digelar dengan mengunjungi rumah warga

Tradisi saat merayakan Idul Fitri memunculkan keunikan tersendiri di tengah masyarakat. Salah satunya adalah mengunjungi keluarga, kerabat, tetangga, dan teman untuk bersilaturrahmi dan saling bermaaf-maafan.

* * * * * * * * * * * * * * *
Di Palembang, tradisi berupa sanjo atau rumpak-rumpakan tetap lestari. Bahkan, dipertahankan turun-temurun. Tak hanya di kalangan masyarakat Palembang, ternyata tradisi tersebut dilakukan juga oleh masyarakat keturunan Arab Hadramaut di Metropolis.

Rumpak-rumpakan merupakan tradisi silaturrahmi yang dilakukan secara beramai-ramai yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu. rumpak-rumpakan sendiri dilaksanakan selama dua hari bagi keturunan Arab Hadramaut di kawasan Ilir.

Dimulai langsung setelah dilaksanakannya shalat Idul Fitri, yang biasanya dimulai dari rumah keturunan yang dituakan. Silaturrahmi dilakukan di seluruh rumah keturunan yang berada di kawasan Kuto sehingga baru selesai dua hari.

Tokoh agama setempat, Ustadz Agil bin Abdul Qadir Barakbah mengatakan tradisi rumpaK-rumpakan sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu. Dan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. “Maknanya adalah silaturrahmi, jadi selama bulan puasa kita mempererat hubungan dengan Allah SWT (habluminallah), nah sekarang setyelah menjalankan puasa selama satu bulan maka saatnya mempererat hubungan antarsesama manusia (hambluminannas),” ujarnya.

Tradisi ini dilakukan oleh keturunan Arab Hadramaut di Palembang khususnya di kawasan Ilir yang sebagian besar berada di Kuto. “Tradisi rumpak-rumpakan ini dilakukan oleh dua kelompok yang biasa disebut dengan kelompok Sungai Bayas dan kelompok Sungai Buntu. Kelompok Sungai Bayas merupakan keturunan Syahab sementara kelompok Sungai Buntu merupakan keturunan Bin Syech Abu Bakar atau Ustadz Nagib,” bebernya.

Tradisi ini memang sengaja dilakukan beramai-ramai sehingga bisa dilihat oleh banyak orang yang pada dasarnya dilakukan sebagai syiar bahwa silaturrahmi antarmanusia tidak boleh putus. “Dahulu tradisi ini banyak ditiru masyarakat yang melakukan silaturrahmi secara bersama-sama, namun sekarang budaya yang baik itu sudah mulai luntur dan hanya sebagian saja yang melaksanakan,” ungkpanya.
Ustadz Agil menjelaskan bahwa tradisi rumpak-rumpakan tidak pernah luntur dan tetap dipertahankan hingga saat ini meskipun keturunan Arab sudah banyak yang keluar dari kawasan Kuto. Rumpak-rumpakan dilakukan langsung setelah melaksanakan shalat Id, dimana rombongan berkumpul lalu satu persatu rumah didatangi.

“Di setiap rumah yang didatangi dibacakan qqasidah dan ditutup dengan Al-Fatihah dan doa. Untuk tuan rumah juga tidak perlu secara khusus menyiapkan makanan karena tujuannya bukan untuk makan-makan melainkan silaturrahmi, namun biasanya tuam rumah menyiapkan minuman dan makan kecil,” bebernya.

Melaksanakan rumpak-rumpakan bekan berarti tidak melaksanakan silaturrahmi dengan keluarga dekat, karena dilakukan hanya hingga siang hari maka setelahnya bisa melaksankan silaturrahmi dengan keluarga. “Biasanya kalau hari pertama hanya sebagian rumah saja yang didatangi, pada hari kedua lebih banyak lagi rumah yang didatangi bahkan hingga kawasan Veteran yang dilakukan dengan berjalan kaki startnya di terakhir yang didatangi di hari pertama,” ulasnya.

Tradisi yang ada di Kampung Arab tidak hanya sampai di rumpak-rumpakan melainkan juga pernikahan sesama keturunan Arab dikenal dengan istilah habaib. “Nah, kalau rumpak-rumpakan dilakukan hingga Lebaran kedua, maka Lebaran ketiga secara berturut-turut ada pernikahan hingga berakhirnya bulan Syawal. Pernikahan itu mengikuti hal yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW yang bertemu dan menikahi istrinya ‘Aisyah di bulan Syawal,” terangnya.

Tradisi sanjo juga masih melekat pada warga 26 Ilir dan 32 Ilir, yang merupakan masyarakat dengan budaya Palembang yang masih kental dengan rumah-rumah panggung lama bercorak Palembang. Setiap rumah warga sudah menyediakan makanan. Menurut Kiagus Faisal (30), salah seorang warga 26 Ilir, usai menunaikan shalat, beberapa kepala keluarga dalam lingkungan satu kampung di situ berkumpul di masjid. Lalu bersama-sama mendatangi tempat tinggal tetangga di sekitar tempat tinggal mereka satu persatu untuk bersilaturrahmi dan bermaaf-maafan. (cj8/roz/asa/ce1)

Menjaga Kearifan Lokal
“Kami fokus pada pelestarian nilai budaya dengan mendorong dihidupkannya kembali kearifan lokal.” Ahmad Zazuli, Sekretaris Disbudpar Palembang.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palembang Yanurpan Yani melalui Sekretaris Ahmad Zazuli, mengatakan, budaya sanjo mayarakat Palembang saat Lebaran, merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang patut dilestarikan. Tradisi tahunan setiap Idul Fitri ini merupakan salah satu warisan budaya turun-temurun sejak zaman dahulu.

Disbudpar Palembang sangat mendukung setiap pelestarian budaya sanjo ini. Meski begitu, pihaknya masih akan menginventarisir setiap kearifan lokal di Palembang. termasuk budaya sanjo ini. “Kami fokus pada pelastarian nilai budaya dengan mendorong dihidupkannya kembali kearifan lokal,” ucap Zazuli, saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Apakah sanjo ini akan masuk paket wisata Palembang? Zazuli mengatakan, hal tersebut bisa saja, namun harus melalui sebuah proses inventarisir dan dokumentasi dalam bentuk visual, audiovisual, buku dan sebagainya.

“Tahap awal mesti harus didefnisikan terlebih dahulu terkait isltilah sanjo ini, apakah sudah sesuai dan baku atau ada istilah lainnya, termasuk kaitannya dengan wilayah di luar Palembang. Apakah di luar Palembang juga ada istilah sanjo ini. Untuk bisa masuk dalam program wisata Kota Palembang, tentu perlu pengkajian yang mendalam dan kami akan membuat film dokumenter terkait budaya sanjo ini,” ucapnya.

Tradisi sanjo nyaris terdapat di semua pelosok masyarakat di Palembang, terutama warga asli Pelembang yang terdapat di Ulu Laut, 13 Ulu, Kampung Arab, Pasar Kuto, Kampung Kapitan, 26 ilir, dan Kertapati.(roz/asa/ce1)

Sumber : Sumatera Ekspres, Sabtu, 26 Juli 2014

08 July 2014

Pempek Panggang / Pempek Tunu

[Pempek+Tunu+(1).JPG]
Penjual Pempek Panggang atau Pempek Tunu

Resep dan Cara Membuat Pempek Panggang Ebi Pedas PalembangRESEP DAN CARA MEMBUAT PEMPEK PANGGANG ISI EBI PEDAS ASLI PALEMBANG. Pempek yang enak ada banyak macamnya dan yang paling dikenal adalah pempek kapal selam dengan isi telur ayam, pempek adaan yang digoreng dan disiran kuah atau lebih dikenal dengan cuko.
Pempek panggang dimakan tidak dengan cuko/kuah, rasanya yang garing dengan isi ebi yang diberi bumbu pedas dan disatukan dengan kecap manis, sekali gigit dijamin ketagihan. Atau bila anda ingin memakannya dengan cuko tentu akan semakin enak.
RESEP PEMPEK PANGGANG EBI PEDAS PALEMBANG
Bahan membuat pempek panggang :

  • 500 gr daging ikan tenggiri giling
  • 275 ml air
  • 3,5 sdt garam
  • 4 sdt gula pasir
  • 1 sdm minyak sayur
  • 2 buah putih telur
  • 225 gram tepung sagu
Bahan isi pempek panggang :
  • 100 gram ebi, sangrai dan haluskan
  • 100 gram cabai rawit hijau, haluskan
  • 100 ml kecap manis
Cara Membuat Pempek Panggang Ebi Pedas Palembang:
  1. Campur daging ikan tenggiri giling, air, garam, gula pasir, minyak sayur dan putih telur. Uleni hingga rata lalu tambahkan tepung sagu sambil diaduk hingga rata.
  2. Bentuk adonan berbentuk bulat pipih lalu bakar atau panggang di atas bara api atau menggunakan wajan anti lengket dengan api kecil. Bolak-balik agar matang matang, angkat.
  3. Belah setiap pempek yang sudah matang tetapi tidak putus, beri dengan bahan isian lalu siap disajikan hangat-hangat.

04 July 2014

Kue Ulen-Ulen Khas Palembang

Kue ulen-ulen khas Palembang

Bahan yang Diperlukan :
  • 50 Gram Tepung Sagu
  • 100 Gram Tepung Ketan
  • 50 Gram Tepung Beras
  • 200 ml Air
  • 200 Gram Gula Merah 
  • 1/2 Butir Kelapa Parut yang diparut kasar, taburkan garam diatasnya
  • Minyak Sayur secukupnya
  • Garam secukupnya

Cara Membuat :

  1. Masukkan Gula Merah ke dalam Air yang telah didihkan, biarkan hingga gula mencair. Tambahkan Garam secukupnya. Biarkan dingin.
  2. Setelah dingin, masukkan tiga jenis tepung-tepungan; Tepung Sagu, Tepung Beras, dan Tepung Ketan ke dalam rebusan air gula merah, aduk hingga tercampur rata.
  3. Tuang adonan ke dalam loyang persegi 10 x 20 cm, sebelumnya loyang harus diolesi minyak sayur biar tak lengket, lalu kukus hingga adonan matang. Estimasi waktu pengukusan kira-kira 30 menit. \
  4. Setelah matang, potong ulen-ulen sesuai selera, balurkan di atas kelapa parut. Sajikan selagi hangat.
TIPS :
  • Jika sobat bubblelatters punya dandang atau wadah kukusan yang lebih besar (lebar), adonan yang belum dikukus bisa dimasukkan  ke dalam loyang bolu gulung. Sehingga saat ulen-ulen sudah dingin, bisa langsung digulung. sumber resep : https://www.molzania.com/