|
Kondisi taman nusa indah Palembang saat ini |
Dari Masa Ke Masa, Pesonanya Memudar, Tak Lagi “Menggairahkan”
Taman Nusa Indah bisa jadi taman kota pertama di metropolis. Taman ini diyakini dibangun setelah selesainya pembangunan Jembatan Ampera sekitar tahun 1965 lalu. Hingga era tahun 1990, taman Nusa Indah sangat dikenal.
Mulai era tahun 2000, pesonanya seperti memudar tak lagi “menggairahkan”. Apa sebab?, Cukup sulit menggambarkan wajah lama Taman Nusa Indah. Tak banyak lagi orang-orang tua, apalagi yang mengingat kondisi suram menggambarkan wajah lama kota Palembang kala itu. Salah seorang tokoh masyarakat Palembang yang juga Sejarawan, M Ali Mansyur mengatakan, munculnya Taman Nusa Indah dipastikannya setelah dibangunnya jembatan Ampera.
Sebelum dibangunnya jembatan yang jadi ikon Palembang tersebut, sekitaran taman Nusa Indah hanya terlihat pertokoan. Sedikit ke hilir depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, terdapat dermaga tempat moda angkutan sungai berlabuh. Disekitaran bawah ampera sekarang pun dulunya merupakan terminal.
Sehingga aktivitas masyarakat Palembang termasuk mereka yang datang dari luar kota terpusat di tempat ini. Meski kala itu volume masyarakat yang datang tidak sepadat saat ini. Masalah copet, penodongan kecil-kecilan sudah dianggap biasa. Termasuk bermunculannya para Pekerja Seks Komersil (PSK) yang menjajakan diri. “Kalau dulu orang jadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) kan masih malu,” ujar Ali Mansyur ditemui Sumeks Minggu belum lama ini.
Nama Bunga, Terbenam Ketika Berkembang
Dari mana asalnya nama Nusa Indah? Keterangan Kepala UPTD Museum SMB II, RM Ali Hanafiah kemungkinan berasal dari nama bunga, banyak ditanami di kawasan tersebut. Ketika ia kecil, ia mengingat banyak bunga berwarna merah dan putih dalam kawasan taman. Sekarang bunga tersebut menghilang. Tertinggal pepohonan besar tempat warga berteduh. Tak hanya ditaman, di seluruh sudut kota, bunga Nusa Indah tak pernah lagi ia jumpai.
“Taman Nusa Indah kalau dulu itu, yang sekarang banyak pohon-pohon besarnya arah masjid Agung, dekat Bundaran Air Mancur. Bukan taman bawah jembatan Ampera sekarang. Waktu pertama dibangun, banyak bunga disebut Nusa Indah. Warnanya itu merah dan putih. Tapi sudah lama bunga itu hilang di taman. Dicari tempat lain pun sudah tidak ada,” ungkap Mang Amin, sapaan akrab RM Ali Hanafiah.
Lalu apa menariknya Taman Nusa Indah pertama kali muncul hingga namanya terbenam era tahun 1990 lalu? Sempat merenung, sosok pria asli Palembang yang kini menjadi sejarawan serta budayawan Palembang ini mengingat jika taman Nusa Indah dulu menarik dan terkenal karena sisi negatifnya.
Awal dibangun sekitar akhir era 1960 an, taman yang dekat dengan pasar 16 Ilir, dermaga hingga terminal ini menjadi pusat aktivitas masyarakat Palembang. Sedangkan kondisinya saat itu, selain becek, kusam, suram, juga rawan kriminalitas. Tak hanya itu, masalah PSK bahkan waria yang menjajakan diri memang sudah jadi rahasia umum.
“Memang ada pasangan datang dan bermesraan di taman. Ada juga PSK dan waria yang datang sendiri mencari mangsa. Mereka ini datang sendiri karena malam hari tempat ini termasuk gelap,” jelas Mang Amin.
Hanya saja, ditegaskan Mang Amin, meski terkenal dengan hal berbau esek-esek, taman Nusa Indah tidak seperti kawasan prostitusi lain seperti di Lrg Bambu (sebelum dibukanya Eks Lokalisasi Teratai Putih,red) atau di kawasan Panca Warna Cinde. Karena PSK dan waria yang menjajakan diri tak melulu berhubungan di tempat tersebut. Bisa jadi sekedar transaksi, lalu mencari tempat lain. Seperti dilakukan para PSK serta waria yang saat ini masih berkeliaran di sekitaran Gedung Museum Tekstil serta Jl Kol H Barlian.
Dengan sisi kelam taman Nusa Indah inilah membuatnya bergairah dan terkenal. Ketika kesan becek, kusam, tidak lagi terdengar adanya penodongan, pencopetan serta menghilangnya para PSK serta waria, taman Nusa Indah tidak lagi menggairahkan. Padahal, kondisinya jauh berkembang menjadi lebih baik.
Perubahan Taman Nusa Indah ditambahkan pria asli Palembang yang kini menjadi sosok sejarawan serta budayawan Palembang terjadi ketika masuknya sang Walikota Ir Eddy Santana Putra MT sebagai Walikota, terpilih tahun 2003 lalu. Para pedagang dipindahkan, taman dipercantik, membuat kesan becek, suram, kriminalitas serta asusila berkurang drastis.
Di lain pihak, taman lain seperti Punti Kayu bermunculan, Kambang Iwak (KI) ikut dibenahi. “Taman Nusa Indah itu taman pertama di Palembang. Setelah ada Monpera, masyarakat lebih senang ke sana (Monpera,red). Sekarang ada lagi BKB (Benteng Kuto Besak) yang jadi idola, termasuk tempat lain seperti Punti Kayu. Lalu KI yang sudah jadi ikon Palembang. Jadi, meskipun kondisi taman Nusa Indah sudah jauh lebih baik, konsentrasi masyarakat kita tidak lagi fokus ke Taman Nusa Indah,” ungkap Mang Amin.
Yang ada, taman Nusa Indah hanya dijadikan tempat masyarakat yang kelelahan untuk duduk mencari angin. Tak lagi terlihat suasana zaman Mang Amin kecil, dimana pasangan asik bermesraan, keluarga besar berkumpul.
Masalah kriminalitas serta asusila tak lagi terdengar dengan adanya pos polisi serta Pol-PP. Apalagi petugas Pol-PP terlihat aktif melakukan patroli meminimalisir kejahatan dan tindakan asusila yang dulunya kerap terjadi. (wwn)
Sumber Tulisan :
http://sumeksminggu.com/