Tanggo Rajo |
Lokasi : Kawasan 1 Ilir
DALAM sebuah perjalanan peninjauan dengan perahu kesultanan ke
wilayah hilir Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo melihat sesuatu
yang bercahaya. Sinar terang itu memancar dari gelapnya hutan di kawasan 1
Ilir.
Raja dari kesultanan Palembang ini memerintahkan hulubalangnya
turun ke darat. Apa yang didapat Tampak olehnya dua gadis tengah mendenggung
(menidurkan bayi dengan nyanyian) di buaian yang diikatkan pada galar rumah.
Kedua gadis itu, Nyimas Naimah dan adiknya, Nyimas Perak, sedang menidurkan
adik bungsu mereka, Kemas Jauddin. Cahaya yang memencar itu, bagi Sultan,
merupakan sesuatu yang istimewa.
Karenanya, Sultan berkeinginan untuk bertemu dengan keluarga sang
gadis. Nyimas Naimah merupakan putri sulung Tumenggung Jompong, keturunan bangsawan
dari masa Kerajaan Palembang (semasa kekuasaan di Benteng Kuto Gawang, 1 Ilir).
Seusai pertemuan, timbul hasrat Sultan untuk meminang Nyimas
Naimah. Inilah merupakan cikal bakal tumbuhnya GugukJero Pager Kota Plembang
Lamo.
Perkataan ini mungkin ada benarnya, sebab berdasarkan deskripsi
dari keluarga Nyimas Naimah yang ada saat ini, perempuan itu tidak dapat
digolongkan berparas cantik. Namun, kenyataan memang berkata lain dan gadis ini
kemudian menjadi istri keempat Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Dari perkawinan
itu, lahir dua anak, yaitu Pangeran Yusuf dan seorang putri bernama Putri Batu
Genem.
Hal yang patut disayangkan juga, dokumen berisi peta, surat
keterangan, dan silsilah keluarga yang disimpan di rumah Tumenggung Jompong
(saat ini masih berdiri di tempatnya) diambil Belanda pada 1940, tepat dua
tahun sebelum kekalahan penjajah ini dari Jepang. Selain bertahta di Benteng
Kuto Kecik, rumahnya yang didiami bersama Nyimas Naimah, dijadikan sebagai
istana. Di lokasi tepian Sungai Musi dekat kawasan ini, masih ditemukan tangga
batu, tempat naik turunnya Sultan dari perahu kerajaan.
No comments:
Post a Comment