Gambar 1. Sisa Peninggalan
Jepang Pada Perang Dunia Ke II Di Palembang (Bagian 1).
Hari Minggu lalu tepatnya tanggal 4 Desember 2011 saya menyaksikan acara
jalan-jalan misteri siaran televisi swasta yang di bawakan oleh Om Tukul
Arwana, acara tersebut kebetulan sedang berada di kota kelahiran saya
Palembang. Penasaran bagaimana sih acara misteri jalan-jalan di kota
kelahiran saya maka saya saksikan tayangan tersebut mulai dari awal hingga
akhir acara walaupun saat itu acara tersebut berlangsung di waktu yang sudah
larut malam.
Acara yang dibawakan oleh Om
Tukul tersebut mengambil seting lokasi di Goa Jepang (Jl. AKBP. H Umar,
Kelurahan Ariokemuning), Bukit Siguntang (Kawasan Kelurahan Bukit Besar) dan
Kawah Tengkurep (Makam Raja-raja Palembang Darussalam).
Acaranya sendiri berlangsung
cukup menyeramkan itu mungkin karena tempat-tempat tersebut sudah pernah saya
singgahi, terbukti adik saya tidak mau menyasikan acara tersebut. Untuk
saya sendiri sangat antusias dan penasaran bagaimana keadaan yang terjadi di
tempat-tempat yang sudah cukup familiar dan pernah saya singgahi tersebut.
Dari semua tempat yang dikunjungi
oleh Om Tukul bersama teman-temannya hanya Gua Jepang lah yang berlum pernah
saya kunjungi, sudah sedari dulu saya ingin mengunjungi Gua Jepang namun hingga
sekarang (5 Desember 2011) belum kesampaian, jangankan berkunjung melihat Gua
Jepang itu sendiri saya pun belum pernah, untunglah ada acara Om Tukul
Jalan-Jalan karena berkat acara tersebut akhirnya untuk pertama kalinya dalam
hidup saya bisa melihat bagaimana bentuk dan keadaan Gua Jepang yang sangat
legendaries tersebut.
Ternyata Gua Jepang yang berada
di belakang Pasar Km 5, Palembang tersebut cukup menyeramkan, apalagi saat Om
Tukul dan Ustad Sholeh Pati masuk ke dalamnya suasana angker langsung dirasakan
oleh mereka, bahkan Ustad Sholeh Pati sempat terkejut saat pertama kali masuk
ke dalam ruangan dalam Gua Jepang itu, menurut info dari Ustad Sholeh Pati di
dalam Gua Jepang di daerah Sosial itu terdapat sebuah kerajaan gaib yang cukup
besar dengan kekuatan mistis yang sangat kuat, itulah mengapa Om Tukul bersama
teman-temannya tidak mau berlama-lama berada di dalam Gua atau Bunker
Pertahanan Jepang tersebut apalagi keadaan di dalamnya memang sangat tidak
kondusif karena sangat bau dan kotor di mana sampah berserakan di mana-mana.
Setelah menyaksikan acara Om
Tukul Jalan-Jalan bukannya menjadi takut, saya malah semakin penasaran untuk
melihat langsung bagaimana keadaan Gua Jepang tersebut, bukannya ingin sok
berani atau gaya-gayaan tetapi karena rasa penasaran dan haus akan ilmu sejarah
tentang jejak peninggalan Jepang yang ada di Palembang akhirnya saya beranikan
diri dan bertekat untuk mengunjungi langsung Gua Jepang (Komplek Pertahanan
Jepang) tersebut.
A. EKSPEDISI PERTAMA
Gambar 2. Gua Atau Bunker
Pertahanan Tentara Jepang Di Jalan AKBP. H Umar, Km 5, Palembang, Sumatera
Selatan.
Hari selasa, 6 Desember 2011, bersama teman-teman diantarnya ada Kgs. M.
Habibillah, M. Hafid Fitrian dan Januar Rojali (sekaligus Guide) juga saya
tentunya kami memulai ekspedisi pencarian jejak-jejak peninggalan Jepang di
Palembang, tadinya ekspedisi ini hanya sebuah usulan saja dari saya yang ingin
melihat langsung bagaimana bentuk dan kondisi Gua Jepang yang berada di Km 5,
namun ternyata semua teman-teman saya juga antusias ingin melihat bagaimana
bentuk bangunan peninggalan tentara Jepang pada Perang Dunia Ke II tersebut,
sehinggah akhirnya ekspedisi ini pun dimulai dengan antusias.
Gambar 3. Lokasi Gua Jepang
Atau Bunker Pertahanan Tentara Jepang Di Km 5, Palembang.
Gambar 4. Gua Jepang
Terletak Di Lokasi Yang Ditutupi Oleh Semak Belukar.
Ekspedisi “iseng-iseng” ini kami mulai dari daerah Km 5, tepatnya di belakang
pasar tradisional Km 5, melawati Jalan Sosial kemudian tembus ke Jalan AKBP H.
Umar, Kelurahan Ario kemuning, Palembang, yaitu tak lain dan tak bukan lokasi
tempat keberadaan Gua Jepang atau Komplek (Bunker) Pertahanan Tentara Jepang.
Berkat keberadaan “Guide” Januar Rojali kami pun bisa dengan lancar tanpa
hambatan menujuh ke lokasi Gua Jepang. Tempat ini menurut info yang saya
dapat dari berbagai sumber merupakan Bunker Utama Pertahanan Jepang saat Perang
Dunia Ke II (1942-1945). Bunker Pertahan Jepang di daerah AKBP H Umar di
bangun sekitar tahun 1942 sampai 1945 tepatnya saat Jepang menduduki Indonesia
selepas Belanda angkat kaki “sementara” dari Bumi Nusantara.
Gambar 5. Sampah Berserakan
Di Mana-Mana Sehingga Terlihat Sekali Kalau Tempat Ini Sangat Tidak Terawat.
Awalnya kami sempat takut untuk memasuki bagian dalam Gua karena keadaannya
yang cukup mistis dan menyeramkan, akan tetapi berkat keberanian dan ajakan
dari “Guide” Januar Rojali kami semua akhirnya berani memasuki bagian dalam
Gua. Bagian dalam Gua sangat kotor, jorok dan bau karena sampah yang
bergeletakan di mana-mana, tampaknya tempat ini telah dijadikan tempat
pembuangan sampah illegal oleh warga sekitar. Di dalam Gua Jepang tadinya
menurut info yang saya dapat terdapat sebuah ruangan yang ditutupi dengan
terali besi di mana di dalamnya ada sebuah lorong atau terowongan yang
terkoneksi langsung ke Gua atau Komplek (Bunker) Pertahanan Udara Jepang di
sebelah RSK Charitas tepatnya di Jalan Jendral Sudirman di depan Gedung BI,
Palembang, namun sungguh ironis terali besi dalam ruangan tersebut tidak ada
lagi karena sudah lama diambil oleh orang yang tidak bertanggungjawab mungkin
dijadikan besi kiloan untuk dijual dan karena tumpukan sampah yang dibiarkan
terus menerus akhirnya lorong tersebut tertimbun sehingga tidak dapat dimasuki
lagi.
Puas mengamati bagian dalam kami
kemudian mengitari bagian luar Gua Jepang melihat bagaimana kontruksi dan
arsitektur bangunan itu, secara keseluruhan bangunan ini bentuknya tidak
istimewah namun sangat tangguh karena dibangun dengan menggunakan pondasi baja
“asli” yang dilapisi dengan beton berlapis yang sangat kuat dan kokoh, dari
filosofi pembangunannya tampak jelas orang Jepang sudah dari dulu tidak terlalu
mementingkan bentuk estetika atau keindahan melainkan lebih mengutamakan
kinerja dan kualitas. Di bagian atas Bunker atau Gua Jepang terdapat
sebuah cerobong entah apa fungsinya munkin sebagai ventilasi udara atau sebagai
tempat keluarnya asap dan uap dapur dari bagian dalam Gua itu.
Setelah terpuaskan harsat ingin
tau dan menyalurkan rasa penasaran mengelilingi banguan Pertahanan Utama
Tentara Jepang di daerah km 5 tepatnya di Jl. AKBP H. Umar, kami kemudian
bergegas meninggalkan lokasi tersebut, selanjutnya kami pun di ajak singgah
oleh saudara “Guide” Januar Rojali ke rumahnya, dan tanpa disangka-sangka di
rumahnya kami disajikan makan siang lengkap bersama minuman es sirup yang
sangat segar serta buah embam sebagai penutup atau cuci mulutnya. Mungkin
baru kali ini Guide yang memberikan tips atau hadiah untuk wisatawannya bukan
wisatawannya yang memberikan hadiah untuk si Guide. Satu kalimat Thanks a
lot Mas Bro Januar Rojali.
a. Hasil Liputan Di Komplek
(Bunker) Pertahanan Jepang atau Gua Jepang (Km 5 (Palimo), Jl Sosial – Jl.
AKBP. H. Umar, Kelurahan Ariokemuning, Palembang)
Gambar 6. Pintu Masuk Gua
Jepang (Dari Luar Gua).
Gambar 7. Pintu Masuk Gua
Jepang (Dari Dalam Gua).
Bunker Pertahanan Jepang di daerah AKBP H. Umar ini lebih dikenal oleh warga
sekitar dengan sebutan Gua Jepang karena letak awalnya yang berada di dalam
permukaan tanah di mana hanya ada satu lorong sebagai pintu masuk layaknya
sebuah Gua, akan tetapi kini keadaannya sangat memperihatinkan di mana
keberadaan Bunker Pertahanan Jepang ini tidak lagi berada di bawah permukaan
tanah melainkan sudah menganga di atas permukaan tanah karena tanah disekitarnya
telah dikeruk oleh orang-orang yang kurang peduli dengan peninggalan sejarah.
Gambar 8. Ruang Di Dalam
Gua Jepang Gelap, Pengap, Kotor Dan Berbau Akibat Sampah Yang Banyak Berserakan
Di Dalamnya.
Gambar 9. Ruang Di Dalam
Gua Terlihat Sangat Tidak Terawat.
Dari hasil ekspedisi ini dapat digambarkan keadaan Gua Jepang sudah sangat mengenaskan,
lokasi keberadaan Gua Jepang telah dikepung oleh rumah-rumah warga di
kanan-kiri, depan-belakang bahkan di atas Gua Jepang itu sendiri. Bagian
dalam Gua Jepang juga tidak kalah mengenaskan karena tempat ini merupakan
tempat pembuangan sampah illegal oleh warga sekitar. Akibat sampah
“illegal” yang berserakan bagian lorong yang berada di dalam Gua Jepang
tertimbun oleh tumpukan sampah sehingga tidak bisa dimasuki lagi, padahal konon
katanya terowongan atau lorong tersebut terkoneksi langsung dengan Komplek
(Bunker) Pertahanan Udara Jepang di sebelah RSK (Rumah Sakit Kristen) Charitas
di Jalan Jendral Sudirman, Palembang.
Gambar 10. Sampah Banyak
Berserakan Di Lantai Gua Yang Sekarang Tampaknya Dijadikan Tempat Pembuangan
Sampah “Ilegal” Oleh Warga Sekitar.
Gua Jepang itu sendiri secara kontruksi masih sangat kuat karena dari hasil
liputan langsung kami memang bangunan tersebut dibangun dengan menggunakan
podasi Baja “asli” kemudian dilapisi dengan beton yang kuat sehingga sangat
tangguh walaupun digempur dengan terpedo sekalipun. Sangat pintar otak
Jepang karena sedari dulu kemampuan Jepang memang sangat menjanjikan, lihatlah
bagaimana mereka membangun tempat pertahanan ini sangat tangguh dan terbukti
sangat menyulitkan tentara sekutu saat Perang Dunia Ke II terjadi.
Gambar 11. Ventilasi Udara
Yang Terdapat Di Dalam Gua Jepang Km 5.
Akan tetapi setangguh-tangguhnya bangunan bila tidak mendapatkan perawatan yang
baik maka hancur juga akhirnya, sekarang keberadaan Gua Jepang di Km 5 semakin
mengkhawatirkan, keadaannya semakin tidak jelas, padang ilalang berserakan di
halaman Gua, banyak dari bagian bangunan Gua yang hancur entah karena dimakan
usia atau karena keusilan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan yang
paling mengenaskan bagian dalam Gua sangat penggap dan bau akibat sampah-sampah
yang dibiarkan tertumpuk.
Gambar 12. Kontruksi
Bangunan Gua Jepang Yang Kokoh Semakin Lama Semakin Terkikis Akibat Kurangnya
Perhatian Dari Pemerintah Akan Bangunan Sejarah Ini.
Gambar 13. Ini Diperkirakan
Kontruksi Dari Lorong Atau Terowongan Di Dalam Gua Namun Sekarang Sudah
Tertimbun Sehingga Tidak Bisa Di Masuki Lagi.
Gambar 14. Secara Kontruksi
Bangunan Jepang Dibangun Sangat Kokoh Dan Kuat Karena Dibangun Dengan Kontruksi
Baja “Asli” Yang Diperkuat Dengan Beton Berlapis.
Sungguh sedih melihatnya, memang keberadaan Jepang di masa lalu tidak
menguntungkan bagi Indonesia atau tidak lebih baik dari Penjajah Belanda akan
tetapi bangunan sejarah ini tidaklah salah, bahkan mungkin bangunan sejarah ini
sangat penting keberadaannya bagi generasi penerus bangsa sebagai sumber ilmu
pengetahuan bahkan juga bisa menjadi potensi wisata daerah yang ujung-ujungnya
akan menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Gambar 15. Kontruksi Beton
Bangunan Gua Jepang Di Jalan AKBP. H Umar, Km 5.
Gambar 16. Cerobong Udara
Yang Mungkin Digunakan Sebagai Tempat Keluar Masuk Udara Dan Asap Dapur Di
Dalam Gua Jepang.
Saya berandai-andai bila nanti bisa menjadi seorang pemimpin alangkah baiknya
bekas atau sisa peninggalan Perang Dunia Ke II (1942-1945) atau sisa bangunan
Jepang tersebut lebih diperhatikan, dirawat dan dijaga oleh kita bersama, saya
yakin bila semua peninggalan tersebut bisa lebih diperhatikan terutama oleh
pemerintah setempat akan menjadi objek wisata yang sangat pontensial terutama
untuk wisatawan asing dari Jepang karena secara budaya orang Jepang sangat
menghargai sejarah sehingga mereka pasti akan sangat antusias melihat sisa
peninggalan nenek moyang mereka di Negara orang.
Masih kurang percaya bila sisa
peninggalan Jepang tersebut merupakan objek wisata potensial, lihatlah
Bunker-Bunker atau Gua-Gua Jepang di daerah lain, tidak usah jauh-jauh ke luar
negeri kita ambil contoh di Provinsi tetangga Sumsel yaitu Sumatera Barat
tepatnya di Bukit Tinggi di sana terdapat Gua (Bunker) Peninggalan Jepang saat
Perang Dunia Ke II, bangunannya hampir mirip dengan yang ada di Palembang hanya
saja pemerintah kota Bukit Tinggi sangat pandai menggarap potensi wisatanya
sehingga Gua Jepang tersebut bisa menjadi tempat tujuan wisata andalan di sana
selain wisata alamnya.
Gambar 17. Gua Jepang
Keberadaan Mu Kini, Dihimpit Oleh Pemukiman Warga Dan Dikepung Oleh Sampah
Tanpa Pernah Mendapatkan Perhatian Dari Pemerintah.
Gambar 18. Saya (Kanan)
Bersama “Guide” Januar Rojali (Kiri).
Keberadaan Gua Jepang di Bukit Tinggi sangat terawat baik bahkan sisa-sisa
peralatan tentara Jepang pun masih ada di dalamnya ini mencerminkan bagaimana
orang Bukit Tinggi sangat menghargai sejarah, buah dari menghargai sejarah
adalah Bukit Tinggi menjadi salah satu daerah wisata terkenal di Indonesia
bahkan dunia, ini berbanding terbalik dari Palembang karena di sini semua
peninggalan sejarah sangat jauh dari kata terawat dan diperhatikan sehingga
saya tidak yakin Palembang bisa menjadi tempat tujuan wisata yang lebih baik
dari Bukit Tinggi kecuali suatu hari nanti ada pemimpin Palembang yang lebih
mencintai sejarah, menghargai semua peninggalan sejarah yang ada di kota
Palembang dan terutama dapat memimpin Palembang dengan hati yang tulus ikhlas,
ingatlah Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarahnya.
B. EKSPEDISI KE DUA
Gambar 19. Pintu Masuk
Menujuh Ke Ruangan Dalam Rumah Pertahanan Jepang Di Jalan Joko, Kelurahan
Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan.
Ekspedisi
ke dua masih berlangsung di hari yang sama yaitu selasa tanggal 6 Desember
2011. Di ekspedisi ke dua tempat tujuan kami adalah Rumah Pertahanan
Jepang di Jalan Joko, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang
atau lebih tepatnya di samping Aula Gereja Imanuel (gereja kuno peninggalan
Belanda). Di ekspedisi ke dua ini anggota rombongan kami berkurang satu
orang karena sang Guide Januar Rojali ada tugas yang tidak bisa untuk
ditinggalkan. Walaupun hanya tinggal beranggotakan 3 orang saya sendiri,
Kgs. M. Habibillah dan M. Hafid Fitian namun ekspedisi ini tetap berlangsung
dengan antuasias yang tinggi karena penasaran bagaimana bentuk dari rumah
pertahanan tersebut.
Gambar 20. Rumah Pertahanan
Atau Perlindungan Tentara Jepang Talang Semut Berada Persis Bersebarangan Atau
Di Samping Aula Gereja Imanuel Palembang.
Karena hanya bermodalkan pengetahuan tentang Rumah Pertahanan Jepang di Talang
Semut tanpa tahu alamat persisnya akhirnya kami pun hanya berputar-putar dari
Mall PIM – kawasan Talang Semut – Jalan Merdeka hingga mendekati daerah Ki Gede
Ing Suro dengan hasil nihil. Walaupun telah bermandikan keringat setelah
berjalan cukup jauh tanpa hasil apapun kami bertiga tidak berputus asa dan
meneruskan perjalanan mencari tempat peris dari peninggalan Jepang
tersebut. Kebetulan kami berada di daerah Ki Gede Ing Suro di mana lokasi
ini tidak jauh dari rumah saudara Kgs. M. Habibillah maka diputuskan untuk
mampir senjenak di rumah beliau untuk beristirahat sekaligus mencari alamat
pastinya letak dari Rumah Pertahanan Jepang di Talang Semut dengan menggunakan
media Online atau Internet.
Benar saja penggunaan media
internet sangat praktis dan bermanfaat alamat dari Rumah Pertahanan Jepang yang
kami cari di dapatkan, langsung saja tanpa pikir panjang saya dan saudara Kgs.
M. Habibillah langsung berangkat dengan menggunakan motor menujuh ke “TKP”
letak dari rumah pertahanan tersebut, sedangkan saudara M. Hafid Fitrian dengan
berat hati kami tinggalkan karena motor yang tersedia hanya satu di mana
muatannya hanya dua orang saja, akan tetapi dengan jiwa besar saudara M. Hafid
Fitian ikhlas kami pergi dan berharap kami menemukan letak tempat tersebut
sehingga dia (M. Hafid Fitian) bisa melihat bentuk dari rumah pertahanan itu
dari foto dokumentasi.
Alamat yang kami dapatkan adalah
Jalan Joko, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil tepatnya di samping
Aula Gereja Imanuel Palembang. Dengan mudah alamat tersebut kami dapatkan
akan tetapi sesampainya di lokasi alamat itu kami tidak menemukan jejak-jejak
dari Rumah Pertahanan Jepang tersebut, yang ada di sana hanyalah rumah-rumah
elite orang-orang berduit, kuburan, dan tentu saja Gereja Imanuel. Kami
terus coba mencari lokasi rumah pertahanan itu, kami masuki lorong-lorong yang
terdapat di belakang Aula Gereja Imanuel hasilnya nol, kemudian kami putari
lagi kawasan Jalan Joko hasilnya tetap nol, dengan inisiatif saya kemudian kami
kembali ke Aula Gereja Imanuel lalu dengan teliti kami lihat satu persatu
bangunan yang ada di dekatnya, nah benar saja setelah diteliti dengan baik
akhirnya kami menemukan Rumah Pertahanan Jepang tersebut.
Lokasi dari Rumah Pertahanan
Jepang tersebut persis di samping Aula Gereja Imanuel, lebih tepatnya di
seberangan jalan di samping sebuah rumah kayu panjang. Letak lokasi Rumah
Pertahanan Jepang persis di bawah rumah penduduk itulah mengapa saat kami
memutari lokasi tersebut kami tidak menemukannya karena keberadaan sisa
peninggalan Jepang tersebut berada di bawah rumah warga yang tentunya tidak
kami sangka-sangka karena menurut bayangan kami rumah pertahanan itu pastinya
terletak di sebuah lahan kosong yang ditumbuhi banyak ilalang (semak belukar),
penuh dengan sampah dan tentunya tidak terawat.
Menurut saudara Kgs. M.
Habibillah, dia telah sedari dulu mengetahui keberadaan rumah itu namun dia
tidak menyangka kalau itu merupakan sisa dari Perang Dunia Ke II atau sisa dari
Rumah Pertahanan atau Perlindungan Jepang. Lagi-lagi menurut saudara Kgs.
M. Habibillah, orang-orang di sekitar lokasi tersebut tahunya bahwa itu adalah
rumah bawah tanah dan tidak tahu kalau itu merupakan bekas tempat persembunyian
tentara Jepang.
Dari hasil pengamatan di lapangan
Rumah Pertahanan Jepang di Talang Semut masih lebih baik dari Gua Jepang yang
terdapat di Km 5 Jalan AKBP H. Umar. Rumah Pertahanan Jepang tersebut
telihat masih sangat kokoh dan kuat, di sekeliling dindingnya terdapat ventilasi
udara, di sana juga terdapat sebuah tangga menujuh ke pintu masuk ke dalam
Rumah Pertahanan Jepang itu, saat kami berada di sana bagian lantai Rumah
Pertahanan Jepang tersebut terlihat tergenang air dan banyak lumut di lantai
pastinya tempat itu sangat licin apabila di masuki, kami sendiri tidak tahu
persis bagaimana keadaan di dalam Rumah Pertahanan Jepang tersebut karena waktu
sudah hampir malam jadi kami putuskan hanya melihat-lihat dan mendokumentasikan
bentuk dari bangunan peninggalan Jepang tersebut.
Walaupun keadaannya masih lebih
baik dari Gua Jepang namun tetaplah Rumah Pertahanan Jepang di Talang Semut ini
tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah terkait, lihatlah bangunan
bersejarah itu yang tadinya terdapat di bawah permukaan tanah sekarang sudah
ternganga di atas permukaan tanah, kemudian di atasnya dibangun oleh warga
penunggu lokasi itu dengan bangunan semi permanen dan informasi tentang
keberadaan Rumah Pertahanan Jepang tersebut tidak tersedia sehingga warga
tidak tahu bahwa itu peninggalan Perang Dunia Ke II.
Sangat ironis di tengah kepunggan
rumah-rumah elite warga kelas kakap yang berduit, Rumah Pertahanan Jepang yang
notabene merupakan harta sejarah ditelantarkan, dibiarkan tua dimakan usia,
dibiarkan hancur tak terkenang, bahkan masyarakat sekitar pun tidak banyak yang
tau tentang keberadaannya, orang-orang berduit itu pun acuh dengan harta
sejarah tersebut karena bagi mereka itu tidak bernilai, bagi mereka itu tidak
bisa dijadikan uang, bagi mereka harta sejarah itu tidak penting untuk
diperhatikan.
Kapan? Itulah pertanyaannya,
kapan pemerintah akan memperhatikan bangunan sejarah tersebut?, kapan
pemerintah akan peduli dengan harta sejarah yang tidak ternilai itu?, dan kapan
pemerintahan akan mencerdaskan kehidupan masyarakatnya khususnya untuk
informasi dan pengetahuan sejarah?. Entalah karena kita hanya bisa
bertanya tanpa pernah akan mendengar jawabannya.
Setelah puas mendokumentasikan
Rumah Pertahanan Jepang, kami kembali pulang namun sebelum menujuh ke rumah
saudara Kgs. M. Habibillah terdahulu membeli pempek sebagai santapan sore
bersama di rumah dengan saudara M. Hafid Fitrian yang telah menunggu
lama. Thanks a lot for Kgs. M. Habibillah.
b. Hasil Liputan Di Rumah
Pertahanan Atau Perlindungan Jepang Talang Semut (Jalan Joko, Kelurahan Talang
Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Tepatnya Di Samping Aula Gereja
Imanuel Palembang)
Gambar 21. Rumah Pertahanan
Jepang Di Talang Semut Berada Di Halaman Rumah Penduduk.
Rumah
Pertahanan atau Rumah Perlindungan Jepang konon dari info yang saya dapat
tadinya adalah tempat persembunyian yang di bangun Belanda untuk persiapan saat
Jepang masuk ke Indonesia, namun karena Belanda telah angkat kaki terlebih
dahulu dari Indonesia maka bangunan persembunyian ini diambil ahli oleh Jepang
sebagai tempat persembunyian mereka.
Gambar 22. Keadaan Rumah
Pertahanan Jepang Talang Semut Tidak Lebih Baik Daripada Gua Jepang Di Jalan
AKBP. H Umar, Km 5, Palembang.
Gambar 23. Lokasi Rumah
Pertahanan Jepang Ini Terletak Di Komplek Perumahan Elite Namun Keberadaannya
Tidak Banyak Diketahui Warga Sekitar.
Rumah Persembunyian yang lebih dikenal sebagai Rumah Pertahanan Jepang ini
diprediksi dibangun antara tahun 1942-1945 tepat saat berlangsungnya Perang
Dunia Ke II.
Gambar 24. Ventilasi Udara
Yang Mengelilingi Dinding Atas Rumah Pertahanan Jepang, Ventilasi Ini Digunakan
Sebagai Lubang Udara Agar Ruang Di Dalamnya Bisa Lebih Segar.
Dari hasil liputan langsung ke lapangan bangunan ini berbentuk seperti rumah
pada umumnya namun dibangun di bawah permukaan tanah, disekeliling bagian atas
dinding bangunan terdapat ventilasi udara, terdapat jalan atau tangga menujuh
pintu masuk ke dalam ruangan di dalam Rumah Pertahanan. Rumah pertahanan
itu sendiri terlantar tanpa penghuni semenjak selesainya Perang Dunia Ke II
dengan ditandai kalahnya Jepang terhapat sekutu setelah peristiwa bom di
Hiroshima dan Nagasaki. Setelah itu diatas Rumah Pertahanan tersebut
kemudian dibangun rumah semi permanen oleh warga yang menurut info adalah
penunggu/juru kunci lokasi tersebut.
Gambar 25. Keadaan Rumah
Pertahanan Jepang Talang Semut Ditutupi Oleh Pepohonan Sehingga Bila Tidak
Teliti Kita Tidak Akan Mengenalinya.
Tidak banyak informasi mengenai bangunan bersejarah tersebut sehingga warga
sekitar tidak banyak yang tahu bahwa itu adalah bangunan bernilai sejarah bekas
Perang Dunia Ke II yang dahulu digunakan sebagai Rumah Pertahanan dan
Perlindungan tentara Jepang.
Gambar 26. Rumah Pertahanan
Jepang Talang Semut Keadaan Mu Sekarang Ditutupi Oleh Pepohonan Sehingga Tidak
Akan Mampu Terlihat Sekilas Mata, Ibarat Sang Pemimpin Yang Tertutup Mata Dan
Hati Perasaannya Untuk Lebih Memperhatikan Kalian.
Kekurangan kepedulian dan perhatian dari pemerintah membuat bangunan ini
semakin terlantar, diharapkan agar pemerintah lekas membuka mata dan hatinya
untuk lebih peduli kepada semua harta sejarah yang ada di Palembang khususnya.
C. EKSPEDISI KE TIGA
Gambar 27. Bunker
Pertahanan Anti Aircraft Artillery Tentara Jepang, Berlokasi Di Jalan
Majahpahit, Kelurahan 1 Ulu, Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan.
Ekspedisi
ke tiga berlansung pada hari kamis, 8 Desember 2011. Kali ini kami
melakukan pertualangan kembali hanya bertiga di mana terdapat saya sendiri,
Kgs. M. Habibillah dan tentunya si M. Hafid Firian yang tidak pernah
ketinggalan.
Gambar 28. Bunker
Pertahanan Anti Aircraft Artillery Tentara Jepang Di Halaman
Sekolahan SD Negeri 91 Palembang, Di Dalam Halaman Sekolahan Ini Terhitung
Terdapat Tiga Bangunan Bunker, Tapi Hanya Dua Buah Yang Utuh Sementara Satunya
Sudah Rusak.
Perjalanan ekspedisi kami kali ini akan menujuh ke sisa peninggalan Jepang saat
Perang Dunia Ke II di daerah Jalan Majahpahit, tepatnya di Kelurahan 1 Ulu,
Kertapati, Palembang. Tempat yang akan kami singgahi kali ini menurut
info yang saya himpun adalah sebuah Bunker Pertahanan Anti Pesawat Udara (Anti
Aircraft Artillery) Tentara Jepang yang dibangun antara tahun 1942 sampai 1945.
Gambar 29. Ekspedisi Kami
Kali Ini Cukup Meleahkan Dan Membingungkan Karena Kekurangan Info Akan Alamat
Dan Lokasi Keberadaan Bunker Pertahanan Jepang Tersebut.
Sangat sedikti informasi yang kami dapat tentang keberadaan lokasi Bunker
Pertahanan Jepang di Daerah Majahpahit ini, selain kurangnya informasi yang
kami dapat dari media internet, orang-orang di daerah sekitat yang notabene
telah lama mendiami lokasi ini juga tidak tahu letak bahkan informasi tentang
kebaradaan Bunker Pertahanan Jepang di Daerah Majahpahit, I Ulu, Kertapati,
Palembang.
Gambar 30. Ekspedisi Kali
Ini Kami Sampai Tersesat Ke Lokasi Di Daerah Migguan 15 Ulu Yang Menurut Warga
Terdapat Peninggalan Bangunan Kuno.
Akibat kurang informasi dan banyak warga yang tidak memahami tentang
peninggalan sejarah dari tentara Jepang tersebut sehingga membuat ekspedisi
kami kali ini sangat rumit, berbelit dan melelahkan.
Gambar 31. Ekspedisi
Bersama Dua Sahabat Kgs. M. Habibillah (Kanan) Dan M. Hafid Fitrian (Kiri).
Dari gerbang masuk Jalan Majahpahit kami sempat bertanya kepada seorang bapak
kurang lebih berusia 70 tahun tentang keberadaan Bunker Jepang, namun sang
bapak tidak tahu banyak tentang keberadaan Bunker Jepang itu, yang beliau tahu
hanyalah letak bangsal yang ternyata merupakan tempat perkampungan orang cina
di daerah 1 ulu.
Gambar 32. Perjalanan Kami
Melalui Pinggiran Sungai Kemudian Naik Turun Jembatan Kayu Dan Memasuki
Perumahan Warga Di Daerah Migguan 15 Ulu.
Kami terus bejalan dan mencari, setiap tempat yang kami lewati kami selalu
bertanya tetapi semua jawaban sama tidak tahu-menahu tentang sisa peninggalan
Jepang yang mereka tahu justru sebuah bangunan tua yang katanya adalah bangunan
bekas Belanda di daerah Migguan. Daripada tidak mendapatkan hasil apa-apa
akhirnya kami pergi ke daerah Migguan berdasarkan informasi yang didapat dari
sepasang suami istri Cina yang tinggal di daerah bangsal Cina. Jalan
berliku dan berkelok kami bertiga lewati, menyisirih sisi sungai kemudian masuk
ke dalam lorong, melintasi jembatan kayu hingga kemudian sampailah kami ke
bangunan tua yang menurut masyarakat setempat adalah bangunan Belanda.
Setelah melihat bangunan tua itu
kami sedikit kecewah karena apa yang kami cari tidak sesuai harapan, setelah
bercerita dengan warga setempat yaitu seorang Bapak berusia kurang lebih 40
tahun, dia berkata bahwa tidak ada bunker peninggalan Jepang di daerah Migguan
15 Ulu ini yang ada hanyalah sebuah bangunan tua menurut kata beliau adalah
bekas pabrik karet peninggalan Belanda. Akhirnya setelah mengusik sedikit
banyak info dari daerah tersebut kami putuskan untuk kembali ke Jalan
Majahpahit sesuai dena tempat yang kami dapat pada awal ke datangan kami.
Putar haluan, kami kembali ke
daerah 1 Ulu tepatnya di Jalan Majahpahit, Kertapati, Palembang, sesampai ke
tempat semula kami bertanya ke Bapak Tukang Becak, kami bertanya apakah bapak
tahu tentang bangunan sisa tentara Jepang, kami ceritakan bentuk bangunan
sesuai foto yang kami lihat di Internet bahwa bangunan tersebut bentuknya bulat
lebar terbuat dari Benton cor yang sangat kokoh dan letaknya dibawah permukaan
tanah di mana hanya bagian atasnya saja yang terlihat sedikit, ternyata setelah
digambarkan bentuk tempat itu sang bapak teringat ke sebuah bangunan yang mirip
dengan ilustrasi yang saya sampaikan. Bangunan sisa Jepang yang kami cari
menurut bapak tukang becak terdapat di dalam halaman SD Negeri 91, Jl.
Majahpahit, Kelurahan 1 Ulu, Kertapati, Palembang. terang saja setelah kami
masuki bagian dalam sekolah dasar tersebut memang terdapat 3 buah bangunan yang
saya gambarkan. Satu buah bangunan bentuknya tidak utuh lagi dan dua
lainnya masih kokoh berdiri hanya saja bentuknya sudah sedikit berubah sehingga
bila tidak memahaminya yang kita lihat tersebut seperti sebuah sumur atau
sopsitenk atau juga pot besar.
Gambar 33. Kami Putar
Haluan Dan Kembali Ke Jalan Majahpahit Setelah Bertanya Dengan Warga Sekitar
Akhirnya Kami Sampai Ke Bangunan Yang Menurut Warga Adalah Bekas Bunker
Pertahanan Jepang Saat Perang Dunia Ke II.
Tidak lama kemudian datanglah berombongan anak-anak yang bersekolah di sd
tersebut, mereka menjelaskan bahwa kata orang-orang tua mereka dibangunan sisa
Jepang ini dulu ditemukan mayat dan senjata bekas perang, masih menurut
anak-anak sd tersebut bangunan tersebut dahulu bisa dimasuki namun karena sudah
tertimbun tanah sehingga tidak dapat dimasuki lagi. Saat kami asik
bercerita dengan anak-anak sd itu, tiba-tiba datang ibu-ibu dan ikut
mendengarkan percakapan kami, para ibu itu membenarkan cerita dari anak-anak sd
tersebut bahwa memang di sinilah letak bangunan sisa Jepang yang kami cari
bahkan katanya masih banyak lagi bangunan sejenis yang terdapat di sana tapi
yang utuh tidak ada lagi, berdasarkan informasi dari para ibu di bagian
belakang SD Negeri 91 ini juga terdapat 2 bangunan lagi di dalam halaman rumah
seorang warga. Setelah banyak mendapatkan informasi dari warga setempat
khususnya dari para ibu kami pun melanjutkan perjalanan ke dua bangunan yang
katanya juga merupakan Bunker Pertahanan Jepang yang terdapat di halaman
belakang SD Negeri 91.
Gambar 34. Salah Satu
Bangunan Bunker Pertahanan Peninggalan Jepang Yang Terdapat Di Halaman SD
Negeri 91 Palembang.
Dua bangunan yang terdapat di belakang SD N 91 tadinya pada perjalanan awal
kami sudah saya lihat namun saya tidak yakin bahwa itu adalah sisa dari Bunker
Pertahanan Jepang yang saya kira itu adalah tempat pembuangan limbah
(sopsiteng). Sesampai ke rumah warga yang di halamanya terdapat Bunker
Pertahanan Jepang kami disambut dengan baik dan ramah oleh ibu pemilik rumah,
ibu itu dengan sangat baik dan antusias menceritakan bahwa ini memang bangunan
Bunker Pertahanan Jepang yang kami cari, bahkan dengan meyakinkan ibu tersebut
berkata bahwa dahulu juga pernah datang 3 orang bule yang berkunjung ke
rumahnya untuk mempelajari kontruksi bangunan peninggalan Jepang di Perang
Dunia Ke II tersebut, masih dengan antuias ibu itu berkata bahwa bangunan ini
dahulu sebelum tertimbun tanah terdapat lorong menujuh ruang dibawah tanah,
akan tetapi karena khawatir lorong itu amblas akhirnya bangunan ini ditimbun
sehingga sekarang tidak bisa dimasuki lagi. Ibu pemilik rumah itu juga
bercerita sebenarnya bangunan ini sudah berapa kali akan dihancurkan karena
cukup menggangu halaman rumahnya akan tetapi karena sangat kokoh dan kuat maka
pekerjaan penghancuran pun sia-sia maka dari itu akhirnya mereka menimbun
bangunan tersebut agar rata dengan permukaan tanah di atasnya. Terdapat
satu buah lagi bangunan sejenis di halaman rumah ibu pemilik rumah akan tetapi
satu bangunan ini telah dibanguan rumah diatasnya, karena tidak dapat dihancurkan
akhirnya mereka menjadikan Bunker Pertahanan Jepang tersebut menjadi pondasi
lantai dasar dari rumah meraka.
Setelah puas berkeliling,
berinteraksi, bercerita dan mendapatkan ilmu baru dari Bunker Pertahanan Jepang
Anti Pesawat Udara (Anti Aircraft Artillery) di Jalan Majahpahit, Kelurahan 1
Ulu, Kertapati, Palembang, kemudian kami pulang dengan hasil ilmu baru yang
didapat. Capek dan letih dari ekspedisi yang cukup jauh dan menguras
tenaga membuat perut kami lapar sehingga sebelum benar-benar pulang ke rumah
kami mampir ke sebuah warung pempek di Jalan Mujahiddin, pasar 26 Ilir,
Palembang untuk mengisi perut yang lapar, kenyang menyantap pempek dan model
kemudian kami benar-benar pulang ke rumah masing-masing dengan bekal perut
terisi penuh dan ilmu baru yang di dapat. Dan satu pelajaran juga di dapat
adalah malu bertanya maka akan sesat di jalan itu pasti terbukti karena kami
telah mengalaminya, apabila kita berada di daerah orang tanpa tahu seluk beluk
daerah tersebut maka bertanya adalah kunci sukses anda berada di daerah
tersebut, bertanyalah dengan nada rama dan lembut.
c. Hasil Liputan Di Bunker
Pertahanan Anti Pesawat Udara (Anti Aircraft Artillery) Atau Menara Meriam Anti
Aircraft ArtilleryJepang (Jalan Majahpahit, Kelurahan 1 Ulu, Kertapati,
Palembang. Tepatnya Di Halaman Dan Di Belakang SD Negeri 91 Palembang)
Gambar 35. Bunker
Pertahanan (Anti Aircraft Artillery) Jepang Di Halaman SD Negeri 91, Jalan
Majahpahit, Kelurahan 1 Ulu, Kertapati, Palembang. Menurut Warga Di
Bunker Ini Dulu Ditemukan Banyak Mayat Entah Dari Pihak Jepang Atau Indonesia.
Bunker
merupakan suatu tempat persembunyian yang pada umumnya berada di bawah
permukaan tanah banyak di gunakan pada masa Perang Dunia khususnya Perang Dunia
Ke II, di Indonesia sendiri kebanyakan sisa bangunan Bunker merupakan sisa dari
pasukan Jepang yang pernah menduduki Indonesia pada tahun 1942 sampai dengan
1945, selama 3.5 tahun menjajah raykat Indonesia sangat menderita dibuat oleh
Jepang, salah satu penderitaan yang sangat menyayat jiwa adalah romusa yaitu
sebuah kerja paksa tanpa upah di jaman Jepang di mana saat itu warga jajahan
Indonesia harus bekerja tanpa makan dan minum yang layak juga tanpa upah,
sangat menderita. Romusa sendiri dijadikan Jepang sebagai tenaga pembuat
Bunker-Bunker pertahanan mereka, itulah mengapa dalam waktu yang relative
singkat Jepang mampu membuat cukup banyak Bunker Pertahanan di Indonesia dengan
fungsi yang berbeda-beda.
Gambar. 36. Salah
Satu Bunker Jepang Di Dalam Halaman SD Negeri 91, Bunker Yang Ini Dikenal
Dengan Nama 91 Karena Ada Tulisan 91nya, Di Dalam Bunker Ini Dulu Menurut Warga
Banyak Ditemui Senjata Bekas Tentara Jepang.
Salah satu Bunker Pertahanan Jepang yang digunakan sebagai tempat berlindung
dari serangan pesawat udara adalah Bunker Pertahanan Anti Pesawat Udara (Anti
Aircraft Artillery) Jepang di Jalan Majahpahit, Kelurahan 1 Ulu, Kertapati,
Palembang. Namun sayang keberadaannya sama dengan peninggalan Jepang lain
di Palembang : terlantar, tidak terawat dan tidak ada perhatian dari pemerintah
setempat.
Gambar 37. Bunker
Pertahanan Jepang Juga Terdapat Di Belakang Sekolahan SD Negeri 91 Palembang,
Menurut Penjelasan Warga Sekitar Memang Banyak Terdapat Bangunan Bunker Jepang
Di Daerah Tersebut, Kurang Lebih Ada Lima Buah Bangunan Sejenih Dengan Kontruksi
Yang Sangat Kokoh Dan Kuat.
Pemerintah lebih mementingkan plesiran (jalan-jalan) dan penyediaan mobil dinas
kepada pejabatnya dibandingkan perhatian dan perawatan bangunan
bersejarah. Kasihan, apabila dilihat bangunan sisa Jepang bisa dikatakan
merupakan perasasti kenangan bagaimana dahulu rakyat Palembang dengan kerja
paksa (romusa) disuruh membuat Bunker-Bunker untuk para serdadu Jepang.
Kenangan masa lalu hendaknya jangan dilupakan sekalipun itu menyedihkan justru
itu dapat dijadikan pelajaran untuk bisa menjadi bangsa yang lebih baik dan
lebih kuat.
Gambar 38. Lokasi Bunker
Pertahanan Jepang Terletak Di Dalam Halaman Rumah Warga, Sekarang Bunker
Tersebut Tidak Bisa Dimasuki Lagi Karena Menurut Pemilik Rumah Sudah Lama
Mereka Menimbunnya Dengan Alasan Keamanan Takut Kalau Nanti Bunker Akan Rubuh.
Dilihat dari bentuk dan kontruksinya, bunker di Jalan Majahpahit berfungsi
sebagai tempat perlindungan bawah tanah terhadap serangan pesawat udara yang
sangat kokoh, dimana terdapat cukup banyak ruang masuk bebentuk bulat dan
menjorok ke bawah permukaan tanah, entah bagaimana bentuk asli bangunan ini
kurang bisa dijelaskan karena keberadaannya yang sudah ditimbun tanah oleh
warga sekitar sehingga jangankan untuk melihat isi di dalamnya, bentuknya pun
sekarang tidak utuh lagi.
Berbeda dengan sisa Bunker
Pertahanan Jepang lain yang sudah menganga di atas permukaan tanah padahal
tadinya terletak di bawah permukaan tanah, di sini di Jalan Majahpahit justru
berbeda karena Bunker Pertahanan Anti Aircraft Artillery di sini
justru ditimbun oleh warga karena cukup menganggu daripada halaman bangunan
baik itu rumah maupun sekolahan yang mereka bangun di atasnya.
Gambar 39. Salah Satu
Kontruksi Bunker Pertahanan Jepang Yang Dijadikan Lantai Rumah Warga, Menurut
Pemilik Rumah Mereka Tidak Mampu Menghancurkan Sisa Bunker Tersebut Karena Kata
Si Pemilik Rumah Kontruksi Bunker Sangat Kuat Dan Kokoh Oleh Karena Itu
Akhirnya Bunker Itu Dijadikan Sebagai Pondasi Lantai Rumah.
Kita tidak bisa menyalahkan warga sekitar yang telah menimbun ataupun kurang
memperhatikan juga menghargai bangunan peninggalan sejarah masa lalu karena
pemerintah sendiripun tidak ada perhatian kepada bangunan-bangunan tersebut,
rakyat cenderung mencontoh pemimpinnya, apabila pemimpinnya dapat memberikan
contoh yang baik InsyaAllah rakyatnya juga akan berprilaku baik namun apabila
pemimpinnya bobrok maka rakyatnya pun akan kacau. Demikianlah apabilah
pemerintah tidak ada perhatian, kepedulian dan penyelamatan terhadap bangunan
peninggalan Jepang pada Perang Dunia Ke II ini maka lambat laun pasti akan
hancur, musnah sehingga kelak hanya tinggal cerita, sungguh ironis keadaan
demikian dikalah Negara-negara tetangga atau tak usah jauh-jauh
provinsi-provinsi tetangga marak memikat wisatawan dengan keberadaan bangunan
bersejarahnya dalam program wisata sejarah namun di Palembang yang notabene
adalah kota tertua di Indonesia justru tidak peduli dengan bengunan tuanya.
Semoga kelak ada yang ibah dan
tergerak hatinya untuk lebih peduli dengan si tua bangunan bersejarah walaupun
mereka hanya tinggal puing belakah.!!!
Sisa-Sisa Perang Dunia Ke Dua Di Palembang
By Adrian Fajriansyah 09/12/2011