CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

04 July 2012

Taman Pesirah Bank Sumsel Babel

Taman Pesirah yang terletak di kolam retensi Simpang Polda.

PALEMBANG– Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Palembang (DP2K) menargetkan merenovasi dua kolam retensi (penampungan sementara) menjadi taman kota baru bagi warga Palembang.

Keduanya masing-masing yakni kolam retensi IBA dan kolam retensi RSI Khadijah. Kepala Seksi Lampu Hias dan Utilitas Taman DP2K Padrinaldo menjelaskan,renovasi itusebenarnya sudahlamamereka rencanakan,tapi hingga kini masih tersendat realisasinya lantaran anggaran yang belum turun.

Jika tahun ini anggaran bisa dicairkan, dia optimistis pada 2013 renovasi kedua taman sudah bisa dikerjakan. Saat ini dua kolam retensi tersebut sudah sangat tidak terurus. Selain penuh Lumpur, kolam-kolam itu juga sangat kotor karena tak sedikit utilitas, seperti lampu dan bagian kolam yang rusak. Untuk itu, dia berharap pemerintah segera mempercepat pencairan agar kolam itu bisa difungsikan sebagai penampungan air dan ruang publik.

“Selain dari pemerintah, saat ini kita juga menunggu dukungan investor. Makin cepat makin bagus, jadi lokasi kolam itu bisa dijadikan ruang baru untuk masyarakat, ”ungkapnya. Padrinaldo menegaskan, renovasi kolam ini sebaiknya memang merata dilakukan pada puluhan kolam retensi di Palembang.

Sebab, jika didesain sedemikian rupa dilengkapi taman dan fasilitas pendukung lainnya, kolam bisa difungsikan pada banyak hal. “Contohnya retensi di Simpang Polda ini.Dulu gersang dan tidak terurus, sekarang sudah ada taman dan air mancur justru lebih cantik.Masyarakat juga suka menghabiskan waktunya di sini,”kata Padrinaldo.

Khusus air mancur, pihaknya juga segera menambahkan pada beberapa taman dalam titik kota Palembang,di antaranya di kolam retensi simpang Polda dan BKB. Untuk di BKB, pemasangannya masih menunggu kucuran dana anggaran dari Pemkot Palembang. “Kalau retensi Simpang Polda kita tambah dua lagi biar bagus dan cantik,”tuturnya. Seorang staf Pertamanan, Amin, mengatakan, keberadaan taman memang makin diminati warga saat ini.

Hal tersebut terlihat dari jumlah pengunjung yang datang setiap hari.Khusus di taman simpang Polda, tak kurang 1.000 orang datang dan berlalu lalang mencari kesejukan. “Yang datang banyak, hanya saja kesadaran menjaga masih rendah.Walaupun sudah dilarang jalan di atas rumput, masih saja ada yang injak,”tandasnya. -
komalasari  

Sumber tulisan : seputar-indonesia.com

Palembang, Fly Over, 0712, Dodi NP

03 July 2012

Warna Warni Pasar 16 Ilir Palembang

Pasar 16 ilir yang bekerjasama dengan XL sehingga membuat pasar kebanggaan wong kito ini berwarna- wa

Sempat tarik ulur, akhirnya pengelolaan pasar 16 Ilir diserahkan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar, Palembang Jaya. itu setelah pemerintah kota (pemkot) ini memutus kontrak pengelolaannya dari PT Prabu Makmur. Pemutusan kontrak sendriri tertuang dalam surat keputusan (SK) Wali Kota Palembang nomor 119 tahun 2011 tentang Pemutusan Perjanjian kerja sama kontrak bagi tempat usaha dalam rangka pembangunan Pasar 16 Ilir. 

Artinya, terhitung SK tersebut ditandatangani pada 31 Januari 2011, maka kontrak Prabu Makmur resmi diputus. "Jadi pasar 16 Ilir dikoelola oleh Pemkot dan diserahkan ke kita (PD Pasar, red),"
ujar Kepala PD Pasar Palembang Jaya, Syaifuddin Azhar kemarin.
Menurut Syaifuddin, dengan diambil alihnya pengelolaan Pasar 16 Ilir, pihaknya dapat total berupaya memperbaiki pasar kebanggaan wong kito tersebut. 

Dikatakan, pembangunan dan perbaikan psar 16 Ilir tetap melibatkan pihak ketiga. Khusus lantai 4-5 yang rencananya menjadi hotel atau restoran, tambah dia, akan ditawarkan kepda investor yang berminat. Tapi itu tergantung dari keinginan investor. 

"Tentu investor mempunyai naluri lebih tajam mau dibuat apa biar ramai pengunjung dan dapat keuntungan." Hanya, kata pria bertubuh tinggi itu, menunjang usaha yang dilakukan, hendaknya investor ikut melengkapi sarana prasarana penunjang Pasar 16 Ilir seperti lift atau eskalator. Jika tidak, khawatir usaha tersebut kurang ramai dikunjungi warga.

Lanjut, Sayifuddin, tahap awal pengelolaan pasar 16 Ilir, pihaknya fokus pada perbaikan fisik yang tampak dari luar. Apa saja? Pertama yaitu perbaikan lampu merk pasar 16 Ilir. Saat ini, merk yang berada di atas bangunan tersebut kondisinya sangat memprihatinkan, selain ada yang copot, sebagian lampunya tidak lagi menyala.

"Jadi nanti merknya akan kita hidupkan lagi," cetusnya. Untuk perbaikan merk pasar 16 Ilir tadi, PD Pasar menggandeng pihak ketiga yang berminat. "Sudah kita tawarkan, dan kebetulan ada pihak XL yang bersedia, sekarang mereka sudah mengecek ke lokasi," ungkapnya.

Tak hanya itu, kata Syaifuddin, XL juga berencana untuk membantu pengecatan dinding bagian luar bangunan. Nah, sebagai kompensasi atas hal tersebut, maka pihak ketiga akan dibebaskan dari retribusi pemasangan iklan di gedung Pasar 16 Ilir selama setahun.

Dikatakan, pihak XL diperbolehkan untuk menempelkan atau mengecet dinding bangunan dengan iklannya. "Asalkan bersih, bagus dan rapi silahkan saja," terangnya. Memastikan hal tersebut, berjalan sesuai yang diinginkan, pengerjaan nanti tetap akan diawasi oleh PD Pasar.

Masih menurut Sayfuddin, pihaknya secara bertahap membersihkan kondisi dalam ruangan sehingga tidak terlihat semrawut seperti sekarang. Masalah banjir di basement bangunan yang kerap terjadi saat hujan deras turun, juga akan menjadi perhatian.

Jika selama ini, untuk mengatasi banjir digunakan pompa air yang menimbulkan suar bising ketika dioperasikan. Ke depan akan dicarikan solusi lebih tepat dan tidak menimbulkan polusi suar dan udara.

Lebih lanjut, katanya, putusnya kontrak dengan PTPM maka pasar 16 Ilir 100 persen dikelola oleh PD Pasar. Uang sewa dan kredit ruko dan toko di pasar yang berdiri di tepian Sungai Musi tersebut disetorkan ke PD Pasar. "Nanti kalau mereka (pedagang, red) membayar, akan mendapatkan surat izin penempatan petak dari kita," tukasnya.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Palembang, Husni Thamrin menegaskan hal yang sama. "Saat ini Pasar 16 Ilir sudah dikelola oleh PD Pasar," ujarnya. Ditegaskan dalam SK Walikota, berarti seluruh pengelolaan pasar tadi dilakukan oleh PD Pasar. "Kalau kita (Pemkot, red) hanya mendukung melalui apa yang perlu dilaksanakan. Nah, operatornya ya PD Pasar," tukas Husni.

Sebelumnya, Walikota Palembang Eddy Santana Putra menegaskan jika pemkot secepatnya mengeksekusi pengelolaan pasar 16 Ilir dari PT Prabu Makmur. Hanya saja, terlebih dahulu pemkot masih perlu membahas mengenai mekanisme pengambilalihan pasar yang berdiri di tepian Sungai Musi tersebut.

"Memang kita harus tegas," ujar Wako Eddy. Apalagi, katanya, hingga saat ini pemkot sudah beberapa kali melayangkan panggilan kepada perusahaan yang dimiliki oleh Feri Sulistio alias Alai tersebut.

"Yah, sampai sekarang kan tidak juga nongol," terang Eddy. Oleh karena itu, pihaknya memutuskan untuk segera menarik pengelolaan pasar 16 Ilir dari PT Prabu Makmur, meskipun kontrak pengelolaannya baru akan berakhir pada 2016 mendatang. (mg13)

Sumber tulisan :
sumeks.co.id

Palembang, Ampera, 0712, Dodi NP

02 July 2012

Palembang Square

Palembang Square Exs Taman Ria di Jalan Angkatan 45

Tempo Doeloe, Dihiasi Taman Ria dan Taman Budaya, Masyarakat metropolis bisa saja dimanjakan dengan hadirnya pusat perbelanjaan terbesar, Palembang Square (PS) sejak tahun 2004 lalu. Di sisi lain,tak banyak mengingat wajah lama  kawasan tersebut. Era tahun 70 hingga memasuki tahun 2000, kawasan tersebut merupakan kawasan taman serta pusat kesenian, tempat seniman nongkrong. Seperti apa wajah PS Tempoe Doeloe?

Sulit membayangkan kondisi PS zaman dulu. Apalagi jika dikatakan kawasan tersebut merupakan bekas sebuah taman, akrab disebut Taman Ria. Saat ini, samasekali tidak ada bekas sedikit pun menunjukan adanya taman tersebut. 

Namun, bagi kalangan seniman seperti Tarech Rasyid, taman tersebut sangat diingatnya. Wajar saja, disebelah taman ria tersebut merupakan arena teater atau teater terbuka, tempat seniman seperti dirinya berkumpul. 

Pria berambut ikal berumur 56 tahun ini menyebut, selain arena teater, di kompleks PS saat ini terdapat Taman Budaya. Ada juga gedung perpustakaan dua lantai, yang diatasnya digunakan sebagai tempat pameran. Sedangkan posisi Hotel Aryaduta berada dalam komplek PS, merupakan tanah kosong.

Hiburan Rakyat Kecil

Kepada Sumeks Minggu ditemui tiga hari lalu, dosen Fakultas Hukum Universitas IBA (UIBA) Palembang ini menceritakan, jika konsep Taman Ria yang diperkirakannya kini berada di ruko PS deretan Palembang TV (Pal TV,red) layaknya pasar malam yang kini bergeser ke pinggiran kota. 

“Dikatakan taman karena tempat itu memang taman. Banyak pohon-pohon besar. Sebagai taman, tempat itu sebenarnya tempat hiburan. Ada roda besar yang berputar, motor-motoran, tempat hantu, banyak juga arena permainan ketangkasan. Kurang lebih seperti arena pasar malam,” ungkap ungkap pria berambut ikal ini. 

Taman hiburan seperti ini ditegaskan Tarech merupakan hiburan bagi masyarakat kecil. Pasalnya, sejak tahun 80 hingga usai reformasi tahun 1998, taman tersebut tergerus, berganti mall. “Kalau mall itu konsepnya untuk mempermudah orang belanja saja. Tapi tetap, saya melihatnya bukan untuk kalangan masyarakat kecil,” ujarnya. 

Alhasil, dalam pandangan pria berkacamata ini, selain Punti Kayu, sebenarnya Palembang kekuarangan tempat hiburan bagi masyarakat kecil. “Sekarang paling cocok buat masyarakat kecil itu punti kayu. Tempat ini (Punti Kayu,red) mirip-mirip seperti taman ria, cuma kawasannya lebih luas lagi. Kalau water boom yang sekarang marak, itukan masih untuk kalangan menengah sama menengah keatas. Kalau BKB, itu namanya ruang publik bukan tempat hiburan,” ujarnya. 

Tergeser Akibat PON
Lalu kenapa pula taman ria sebagai aset Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel ini hilang begitu saja? Tarech mengingat kejadiannya hampir sama dengan ketika dilaksankannya Sea Games 2011 lalu. Ketika Sea Games hendak digeber, Pemprov melakukan BOT dan membangun Undermall serta RS Siloam. Dengan konsekwensi menghilangkan jejak Lapangan Parkir Bumi Sriwijaya.

Begitu juga Taman Ria. Tergeser oleh rencana Pemprov, ketika hendak menggeber PON tahun 2004 lalu. “Kejadiannya sama persis seperti bangunan Undermall dan RS Siloam itu. Dengan alasan Sea Games Pemprov membangun Undermall dan RS Siloam. Dulu, karena alasan PON, Pemprov mengadakan BOT membangun PS dan menghilangkan Taman Ria,” ujarnya. 

Hanya saja, nasib gedung arena teater serta Taman Budaya oleh Pemprov di pindah ke kawasan Dekranasda Jakabaring. Meski gedungnya lumayan baik, tetap saja, Tarech yang mantan seniman, pernah tergabung dalam Kelompok Studi Kebudayaan Kali Musi menilai, pemindahan atau tukar guling, gedung Taman Budaya serta area teater tidak setimpal. Dalam pandangannya, pusat kesenian, seharusnya sudah tepat berada di kawasan Jl Angkatan 45 serta POM IX. 

Konsep Perjudian, Tak Begitu Dipedulikan

Sementara, Kgs H Roni Hanan, Pengurus Harian Dewan Pembina Adat Kota Palembang yang sempat dihubungi koran ini tak banyak mengingat kawasan Taman Ria. Ketika ditanya, Cek Roni, sapaan akrab Kgs H Roni Hanan sempat berpikir lama, mencoba mengingat kawasan yang cukup lama menghilang tersebut. 

Nah, keterangan Ketua Kerukunan Keluarga Palembang (KKP), tahun 1999 hingga 2009 ini, taman tersebut sudah ada sejak era tahun 70 an. Awal dibuka, taman ria terbilang ramai. Maklum, samasekali tidak ada tempat hiburan lain. 

Konsepnya sama dengan diceritakan Tarech Rasyid. Lebih menyerupai pasar malam yang kini banyak digelar di pinggiran kota. “Cuma taman ria itu permanent. Dari pagi sampai malam. Kalau pasar malam itu berpindah tempat dari kampung ke kampung,” ungkap Cek Roni. 

Berbeda dengan Tarech Rasyid yang menilai taman tersebut sekedar hiburan masyarakat kecil melepas penat bersama keluarga, Cek Roni mengatakan konsep dianut Taman Ria saat itu, sudah mengarah pada judi. 

Pasalnya, selain hiburan roda lambung dan hiburan lain bagi anak, permainan ketangkasan dengan berbagai hadiah, termasuk hadiah uang, dinilainya sudah berbau judi. 

“Cuma tempat itu dulu kan resmi. Masyarakat Palembang juga dulu kurang kritis tak begitu peduli seperti sekarang,” tandasnya.(wwn)

Sumber tulisan : sumeksminggu.com/

Palembang, PS, 0712, Dodi NP

01 July 2012

TV Iklan / Videotroon

Salah satu TV iklan / Videotroon yang terletak di Jalan Demang Lebar Daun simpang Pakjo Palembang
Sebelum Sea Games berlangsung di Palembang pada November 2011 kemarin banyak media Iklan digital besar yang di bangun di Palembang, seperti kawasan di air mancur, Jalan Demang Lebar daun, Simpang Lima Kampus. 

Media  ini awalnya di gunakan untuk support atas kegiatan Sea Games yang di selingi dengan Iklan sponsor, media seperti ini bagus juga kalau di pakai untuk penyuluhan masyarakat atau pengenalan tentang kota Palembang, apalagi di tunjang dengan tampilan yang sudah cukup menarik.

Palembang, Pakjo, 0712, Dodi NP