Karakter wayang kulit Palembang |
Kesenian tradisional wayang kulit Palembang, Sumatera Selatan, sekarang
ini sudah punah karena tidak ada lagi generasi baru yang meneruskannya. Para dalang
tua yang menguasai wayang dengan dialog berbahasa khas Melayu Palembang itu
sudah tiada lagi. Sementara pemerintah dan lembaga kebudayaan tidak memiliki
agenda konkret untuk melestarikan kekayaan tradisi itu.
Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) R Amin
Prabowo mengatakan, generasi muda tidak berminat untuk menekuni seni tradisi
wayang Palembang karena dinilai kurang menarik, ketinggalan zaman, tidak
menjanjikan penghasilan yang layak, serta kurang diapresiasi publik.
Wayang Palembang, yang diperkirakan tumbuh sejak
pertengahan abad ke-19 Masehi, memiliki bentuk fisik dan sumber cerita yang
sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang Palembang dimainkan dengan menggunakan bahasa
Melayu Palembang, dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas. Adapun wayang purwa
menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem
klasik.
Kondisi wayang Palembang memang hampir mati.Pihaknya akan
berusaha melestarikan dengan cara menyelamatkan aset- aset peninggalan wayang
itu dalam museum. Jika sudah didukung dalang ahli, wayang tradisional itu akan
dihidupkan kembali dengan melakukan pelatihan bagi yang berminat.
Wayang merupakan kekayaan seni tradisi lokal yang telah
ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2004. tim peneliti UNESCO, Karen Smith
(wanita asal Australia menetap di Amerika) dan Yushi Simishu
(pria asal Jepang yang menetap di Paris, markasnya UNESCO), berkunjung ke
Sanggar Sri Wayang Palembang, pimpinan Agus Amiruddin, di Jl PSI Lautan, RT 10,
16 Ceklatah, 36 Ilir.
Langkanya pendalang yg menyebabkan susah berkembangnya kesenian wayang kulit Palembang |
Pedalang muda dari Sanggar Sri Wayang
Palembang, Wirawan (37), anak dari pedalang senior asli Palembang,
Rusdi Rasyid (alm), sempat menampilkan lakon sejarah pertarungan antara
Pindropuro dengan Citraksi dan Udawa. Juga ada pemain peran (wayang kulit) Jago
Arit dan Joko Ketu. Semuanya nama tokoh lokal. (sumber tulisan : Sumeks)
No comments:
Post a Comment