Dalam kunjungan ketua MPR RI dikota Palembang hari ini dalam rangka
meninjau persiapan acara SEA GAMES yang akan dilakukan pada beberapa
hari mendatang, tiba-tiba saja Taufik Kemas mengeluarkan gagasan yang
tidak populer yaitu mengganti nama kawasan Jaka Baring menjadi kawasan
Susilo Bambang Yudhoyono, dan usulan ini telah disampaikan kepada
Gubernur Sumatra Selatan untuk segera dilaksanakan secepatnya sehingga
saat acara pekan olah raga antar Negara Asean ini dilaksanakan, nama
Jakabaring sudah dirubah menjadi SBY sport center.
Taufik kemas memang doyan mencari muka terhadap SBY, hal ini dia
lakukan untuk menyelamatkan posisi PDIP maupun sang Nyonya yang
tersandung dalam kasus cek perjalanan dan kasus besar bekas lapangan
terbang kemayoran yang sampai hari ini kasusnya masih dipetieskan oleh
Pemerintah, padahal kasus pengalihan fungsi bekas Bandara Kemayoran dari
milik Negara menjadi lahan swasta jelas merupakan tindakan korupsi, dan
pengalihan tersebut terjadi saat Megawati menjabat Presiden RI, dimana
lewat Sekretaris Negara tanah tersebut dikapling-kapling dan diperjual
belikan seperti milik pribadi.
Kini kawasan Jakabaring nama sebuah komunitas pendatang di Palembang
dikawasan seberang Ulu antara 8 Ulu Bungaran dan Silaberanti, nama
Jakabaring sendiri tidak lepas dari sosok Sersan Mayor Inf. Tjik Umar,
seorang anggota TNI AD yang bertugas di Kodam Sriwijaya pada tahun
1972. Sersan Umar seorang Warga lampung membangun rumah di dalam hutan belukar berawa-rawa dibelakang Markas Poltabes Palembang sekarang.
Tjik Umar menuturkan,
pemberian nama Jakabaring adalah hasil pemikiran dirinya sendiri. Ketika
itu, Tahun 1972 pemerintah menggusur pemukiman warga di kawasan 7 dan 8
Ulu, karena terkena proyek pengembangan kawasan Jembatan Ampera. Tjik
Umar pada tahun itu masuk Jakabaring, Saat itu kawasan Jakabaring masih
hutan belukar dan berawa. Ia langsung membangun rumah dengan menimbun
rawa. Sampai sekarang rumah itu masih lengkap.
Oleh karena sebagai orang
yang dituakan didaerah tersebut, yang diiringi dengan pembangunan pesat
dikawasan ini, maka banyak pendatang yang menetap diwilayah ini, saat
pak Umar diangkat sebagai ketua RW oleh warga setempat, dia menemukan
sangat banyak pendatang dari daerah lain seperti dari Jawa ( Pak
Suparto) , Batak ( Pak Siregar) , Zulkifli asal Kaba ( Lekipali, suku
di Palembang ) , Komering Ulu ( Ali) , Komering Ilir ( Kamal) maupun
Pak Umar sendiri dari Lampung. Jadi penggunaan nama Jakabaring itu
adalah singkatan dari JA, dari Jawa, KA dari Kaba, BA Batak, RING
adalah penggabungan Ogan Komering ulu dan Ilir, setelah huruf-huruf
tersebut disatukan maka jadilah kalimat JAKABARING.
Dalam situs informasi
tentang Jakabaring yang dituliskan oleh Hidayah Tullah, disebutkan
kawasan Jakabaring ditetapkan sebagai kota pada tanggal 26 April 1972,
dan saat ini menjadi kawasan elit ditengah-tengah kota Palembang mulai
dari pusat pemerintahan, Palembang Indah Mall dan bangunan megah
lainnya, dengan latar belakang historic yang begitu indah untuk
diabaikan dalam sebuah nama kota, tiba-tiba saja ada wacana untuk
menggantinya menjadi nama seseorang yang kebetulan saja saat ini dia
seorang Presiden, pantaskah hal ini untuk dilakukan bila hanya untuk
mencari popularitas? dan bagaimana kalau kawasan Menteng di Jakarta
ditukar saja menjadi Kawasan GUSDUR berani ngak Taufik Kemas
mengusulkan kepada Gubernur DKI?
Sumber Tulisan : sejarah.kompasiana.com
ijin copy paste om.. ke blog saya..tks
ReplyDeleteDikira nama pahlawan :-D. Ternyata bukan. Nice info
ReplyDeleteHotel Di Palembang