CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

05 August 2012

SEJARAH JAKABARING

Panah hitam merupakan cikal bakal nama Jakabaring sumber foto : googlemaps
Dalam kunjungan ketua MPR RI dikota Palembang hari ini dalam rangka meninjau persiapan acara SEA GAMES yang akan dilakukan pada beberapa hari mendatang, tiba-tiba saja Taufik Kemas mengeluarkan gagasan yang tidak populer yaitu mengganti nama kawasan Jaka Baring menjadi kawasan Susilo Bambang Yudhoyono, dan usulan ini telah disampaikan kepada Gubernur Sumatra Selatan untuk segera dilaksanakan secepatnya sehingga saat acara pekan olah raga antar Negara Asean ini dilaksanakan, nama Jakabaring sudah dirubah menjadi SBY sport center.

Taufik kemas memang doyan mencari muka terhadap SBY,  hal ini dia lakukan  untuk menyelamatkan posisi PDIP maupun sang Nyonya yang tersandung dalam kasus cek perjalanan dan kasus besar bekas lapangan terbang kemayoran yang sampai hari ini kasusnya masih dipetieskan oleh Pemerintah, padahal kasus pengalihan fungsi bekas Bandara Kemayoran dari milik Negara menjadi lahan swasta jelas merupakan tindakan korupsi, dan pengalihan tersebut terjadi saat Megawati menjabat Presiden RI, dimana lewat Sekretaris Negara tanah tersebut dikapling-kapling dan diperjual belikan seperti milik pribadi.

Kini kawasan Jakabaring nama sebuah komunitas pendatang di Palembang dikawasan seberang Ulu antara 8 Ulu Bungaran dan Silaberanti,  nama Jakabaring sendiri tidak lepas dari sosok Sersan Mayor Inf. Tjik Umar, seorang anggota TNI AD yang bertugas di Kodam Sriwijaya pada tahun 1972.  Sersan Umar seorang Warga lampung membangun rumah di dalam hutan belukar berawa-rawa dibelakang Markas Poltabes Palembang sekarang. 

Tjik Umar menuturkan, pemberian nama Jakabaring adalah hasil pemikiran dirinya sendiri. Ketika itu, Tahun 1972 pemerintah menggusur pemukiman warga di kawasan 7 dan 8 Ulu, karena terkena proyek pengembangan kawasan Jembatan Ampera. Tjik Umar pada tahun itu masuk Jakabaring, Saat itu kawasan Jakabaring masih hutan belukar dan berawa. Ia langsung membangun rumah dengan menimbun rawa. Sampai sekarang rumah itu masih lengkap.

Oleh karena sebagai orang yang dituakan didaerah tersebut, yang diiringi dengan pembangunan pesat dikawasan ini, maka banyak pendatang yang menetap diwilayah ini, saat pak Umar diangkat sebagai ketua RW oleh warga setempat, dia menemukan sangat banyak pendatang dari daerah lain seperti dari Jawa ( Pak Suparto) , Batak ( Pak Siregar) , Zulkifli asal Kaba   ( Lekipali, suku di Palembang ) , Komering Ulu ( Ali) , Komering Ilir ( Kamal)  maupun  Pak Umar sendiri dari Lampung.  Jadi penggunaan nama Jakabaring itu adalah singkatan dari  JA, dari Jawa,  KA dari Kaba, BA Batak, RING adalah penggabungan Ogan Komering ulu dan Ilir, setelah huruf-huruf tersebut disatukan maka jadilah kalimat JAKABARING.

Dalam situs informasi tentang Jakabaring yang dituliskan oleh Hidayah Tullah, disebutkan kawasan Jakabaring ditetapkan sebagai kota pada tanggal 26 April 1972, dan saat ini menjadi kawasan elit ditengah-tengah kota Palembang mulai dari pusat pemerintahan, Palembang Indah Mall dan bangunan megah lainnya,  dengan latar belakang historic yang begitu indah untuk diabaikan dalam sebuah nama kota,  tiba-tiba saja ada wacana untuk menggantinya menjadi nama seseorang yang kebetulan saja saat ini dia seorang Presiden,  pantaskah hal ini untuk dilakukan bila hanya untuk mencari popularitas? dan bagaimana kalau kawasan Menteng di Jakarta ditukar saja menjadi Kawasan GUSDUR  berani ngak Taufik Kemas mengusulkan kepada Gubernur DKI?

Sumber Tulisan  : sejarah.kompasiana.com

2 comments: