CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

06 May 2012

Supermoon Ala Palembang

Penampakan bulan saat di ambil pada Jam 01:00 (06/05/12) Lokasi Talang Kelapa
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lupakan sejenak banyak hal, apakah itu silang-sengketa korupsi Wisma Atlet dengan titik sentral politisi jelita Angelina Sondakh yang makin ruwet juntrungannya, wacana kenaikan harga BBM, ujian nasional yang diwarnai banyak drama, hingga kemacetan parah yang sulit sekali diretas pemerintah.

Lebih baik sisihkan waktu memandang langit nanti malam untuk melihat supermoon. Mari berharap agar langit nanti malam bersih dari awan mendung, apalagi hujan! Supermoon lebih indah daripada bulan purnama biasa.

Masyarakat Amerika Serikat sudah beberapa saat lalu membicarakan supermoon ini; beberapa situs bahkan memuat infografis lokasi dan saat terbaik menyaksikan fenomena alami yang indah ini.

Ingat film When Harry Met Sally? Malam romantis saat Meg Ryan (aktris utama) menerima cinta duda beranak satu bocah lelaki, Tom Hanks (aktor utama) terjadi di puncak gedung berlatar bulan purnama.

Bagi Indonesia, supermoon bisa lebih indah lagi karena kita diuntungkan posisi ekuatorial yang pas untuk keperluan itu. Posisi terdekat bulan dalam orbit ovalnya (perigee) ada pada titik 221.802 mil laut atau 356.955 kilometer berdasarkan catatan NASA dan ini sekitar 10 persen lebih dekat ketimbang jarak rerata orbit bulan sebagai satelit Bumi.

Konsekuensi dari posisi yang lebih dekat pada kisaran waktu berjam-jam pada Minggu malam nanti (6/5) adalah pancaran sinarnya 30 persen lebih terang dan ukurannya 14 persen lebih besar ketimbang biasanya. Di Amerika Serikat supermoon kali ini diperkirakan terjadi pada pukul 23.54 waktu pantai timur pada Sabtu malam ini.

Supermoon sumber : uniqpost.com
Yang lebih menyenangkan kalangan pecinta astronomi adalah, supermoon Minggu malam nanti juga akan berbarengan dengan hujan meteor Aquarid, yang diketahui adalah sisa-sisa buntut komet Halley. Akan tetapi hujan meteor ini diramalkan akan tidak bisa dilihat jelas karena kalah terang dari cahaya supermoon.

Hujan meteor Aquarid ini juga kurang sukses untuk dapat diamati dari sisi Indonesia, karena bidang lintasannya lebih dekat ke belahan utara Bumi. Kesamaan masa antara supermoon dan hujan meteor Aquarid inilah yang tengah menjadi pembicaraan pada kalangan ahli astronomi dan peneliti amatir astronomi.

Menurut perhitungan NASA, supermoon akan muncul terlebih dahulu dengan selisih sekitar dua atau tiga jam sebelum hujan meteor Aquarid terjadi. Apapun itu, ada beberapa saran untuk bisa melihat supermoon secara memuaskan (jika cuaca mendukung): cari lokasi bebas kepungan bangunan tinggi, bebas polusi, dan beri mata beberapa saat untuk terbiasa dengan suasana gelap.

Kalau semuanya telah tercapai --sekali lagi, jika cuaca mendukung-- maka akan mudah disaksikan supermoon.

Sumber tulisan : antaranews.com

Palembang, Talang Kelapa, 0512, Dodi NP

04 May 2012

Kunjungan Sukarno Ke Palembang 1960 dan Peresmian Pemancangan Tiang Ampera 1962


Foto Pemancangan Awal Tiang Jembatan AMPERA tahun 1962 
Sumber Foto :Barpusdok kota Palembang

Acara kunjungan Presiden Sukarno di Palembang berlangsung selama dua hari yaitu, 3 dan 4 November 1960. Presiden beserta rombongan tiba di Talang Betutu pada pukul 13.07 WIB dan pada pukul 16.00 WIB di halaman Kantor Pemerintah Daerah Sumatra Selatan diadakan rapat raksasa. Malam harinya di gubernuran Jalan Tasik, berlangsung malam resepsi dan kesenian. Pada 3 November, pukul 7.30, Presiden Sukarno meresmikan Universitas Sriwijaya di Bukit Besar yang dihadiri tamutamu agung Jakarta, segenap pembesar daerah, para mahasiswa, dan pemuda.


Siangnya, pukul 11.30 WIB, presiden meletakkan batu pertama pembangunan gedung wanita dan pukul 12.30 meresmikan pemakaian Kantor Pemerintahan Daerah serta gedung Dewan PerwakilanRakyat Daerah, DPRD Tingkat I Sumatra Selatan yang dibangun pada kompleks perkantoranbelakang Rumah Sakit Charitas. Malam hari ceramah diadakan pada pukul 19.30 di Gedung Olahraga “Garuda” Palembang, yang sebelumnya pada sore harinya pukul 16.30 Presiden Sukarno menerima peserta pawai pembangunan yang diikuti pelbagai pengusaha, termasuk perusahaan-perusahaan seperti Stanvac, BPM, dan perusahaan swasta nasional serta instansi pemerintah di Kota Palembang.

Sumber Foto :Buku Venesia dari Timur

Pada 4 November, Jumat pagi pukul 08.00 Presiden Sukarno meletakkan pemacang tiang pertama pembangunanPabrik Pupuk Sriwijaya yang berlangsung di halaman berdirinya pabrik pupuk di 2 Ilir. Acara ini disusul dengan pelayaran mengarungi Sungai Musi yang dimulai presiden dari Sungai Lais sampai ke depan Benteng Kuto Besak. Pada pukul 10.30 presiden beserta rombongan berangkat ke Jakarta.

Dalam mengarungi Sungai Musi,Presiden Sukarno bersama rombongan yang terdiri atas Menteri Chairul Saleh, Sudibjo, Roeslan Abdoelgani, dan para duta besar serta pembesar daerah antara lain Panglima TT II/Sriwijaya Kolonel Harun Sohar dan Gubernur Kepala DaerahAchmad Bastari menggunakan dua buah kapal DKA, Djawatan Kereta Api masingmasing “Djatajoe” dan “Tjendrawasih”. Presiden dalam pelayaran ini mendapat sambutan luar biasa, setiap kapal pengangkut minyak dan lain-lainnya yang dilewati oleh rombongan presiden membunyikan suling masing-masing dengan meriah, sementara itu rakyat berjejal sejak pagi menunggu rombongan presiden melewati mereka dari tepi-tepi Sungai Musi. Sepanjang tepi Sungai Musi, pada hari Jumat tersebut telah dibanjiri oleh masyarakat, apalagi semua kaum buruh dari perusahaanperusahaan swasta nasional diberi kesempatan untuk menyambut rombongan presiden yang melayari Sungai Musi.

Merekam realitas betapa antusiasme warga begitu tinggi terhadap kehadiran Sukarno di Palembang. Pelayaran Presiden Sukarno di Sungai Musi sekaligus melihat bakal lokasi proyek pembangunan Jembatan Musi, pelayaran ini diikuti lebih kurang 400 buah motor tempel dari berbagai daerah antara lain Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi IlirBanyuasin, dan Kotapradja Palembang. Presiden Sukarno dalam pelayaran di Sungai Musi melihat dan memeriksa proyek Jembatan Musi yang dibangun melintasi sungai tersebut. Pemerintah kota sendiri sejalan dengan pembangunan Jembatan Musi telah memperbaiki dan meluruskan jalan sampai merombak sebagian halaman Masjid AgungPalembang. Perasaan haru biru atas sambutan warga Palembang, membuat Sukarno merasa yakin, bahwa warga kota ini mendukung sepenuhnya

Saat Peresmian pemancangan Tiang jembatan Ampera
Sumber Foto :Barpusdok kota Palembang

Program-program dalam Manipol dan Usdek. Sukarno dalam kunjungannya ini dengan penuh keyakinan pula kemudian memberi restu akan sebuah proyek raksasa yaitu membangun jembatan di atas Sungai Musi. Restu ini dengan resmi diucapkan presiden dalam kunjungannya ke Palembang tersebut, tidak lama setelah dana pampasan perang Jepang dihibakan kepada pemerintah Indonesia. Setelah kunjungan 1960, Presiden Sukarno, berkunjung kembali untuk “kedua” kalinya ke Palembang pada 1962 dalam rangka meresmikan pemancangan tiang pertama Jembatan Musi.

Besi konstruksi Jambatan Ampera Sumber Foto :Buku Venesia dari Timur

Sumber Tulisan Dan Foto :  Buku Venesia Dari Timur. Memakai Produksi Dan Reproduksi Simbolik Dari Kolonial Sampai Pasca Kolonial.  Karangan : DEDI IRWANTO MUHAMMAD SANTUN
Sumber Foto : Barpusdok kota Palembang

01 May 2012

Sejarah Peresmian Universitas Sriwijaya Palembang



Ide untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan telah ada sejak awal tahun 1950-an, yang dicetuskan dalam suatu kesempatan resepsi perayaan hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1952. Diprakarsai oleh beberapa orang pemuka masyarakat, menjelma menjadi kesepakatan untuk membentuk "Panitia Fakultet Sumatera Selatan". Menjelang akhir Agustus 1952, dengan berbagai pertimbangan, ditetapkan bahwa yang pertama akan didirikan adalah fakultas ekonomi. Untuk itu dibentuklah "Panitia Fakultas Ekonomi Sumatera Selatan" yang dikelola oleh suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 1 April 1953 dengan nama "Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti".

Pembukaan Fakultas Ekonomi secara resmi di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti ini dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1953 dalam suatu acara yang dihadiri oleh Mr. Hadi, Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK), Drg. M. Isa (Gubernur Sumatera Selatan), Bambang Utoyo (Panglima TT II Sriwijaya) dan Ali Gathmyr (Ketua DPRD Sumatera Selatan).
Upaya melengkapi perguruan tinggi di Sumsel dilanjutkan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti dengan membentuk Panitia Penyelenggaraan Fakultas Hukum. Pada tanggal 1 November 1957, bertepatan dengan perayaan Dies Natalis IV Fakultas Ekonomi, diresmikanlah fakultas tersebut dengan nama 'Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat".
Pengembangan kemudian dilanjutkan dengan bantuan Penguasa Militer Teritorial II Sriwijaya yang memberikan bantuan keuangan unuk mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti di Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit). Upacara peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1957

Upaya selanjutnya adalah penegerian perguruan tinggi yang sudah ada tersebut. Dengan perjuangan gigih tokoh masyarakat Sumsel ketika itu, antara lain Kolonel Harun Sohar (Panglima selaku Ketua Paperda TT II/ Sriwijaya) dan A. Bastari (Gubernur), hambatan yang amsih ada untuk berdirinya universitas negeri di Palembang dapat diatasi. Delegasi yang dikirim ke Jakarta bulan Desember 1959 menemui Menteri PPK (Mr. Moh yamin) berhasil memperoleh jaminan kesediaan pemerintah untuk mengambil alih Perguruan tinggi Syakhyakirti menjadi suatu universitas negeri. Dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1960 tanggal 29 Oktober 1960 (Lambaran Negara Tahun 1960 No. 135) akhirnya berdirilah Universitas Sriwijaya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 3 November 1960 dalam upacara penandatanganan piagam pendirian oleh Presiden Sukarno dengan disaksikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (Mr. Priyono) dan beberapa Duta Besar negara sahabat. Sebagai Presiden Universitas yang pertama diangkat Drg. M. Isa yang diangkat dengan Keputusan Presiden No. 696/M tahun 1960 tanggal 29 Okober 1960

Lokasi kampus utama di Indralaya

Untuk memenuhi tuntutan perkembangan, Unsri kemudian merencanakan penambahan kampus, di luar Bukit Besar yang sudah ada, dengan membebaskan tanah seluas 712 hektar, di Indealaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sekarang Ogan Ilir-OI), pada tahun 1982. Pembangunan kampus baru ini dimulai pada tahun 1983 dengan bantuan dana Asian Development Bank (ADB), yang secara fisik baru dimulai pada tahun 1989 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 1993. Gubernur Sumatera Selatan H Ramli Hasan Basri memberikan kuliah perdana menandai awal kegiatan akademik di kampus baru Inderalaya ini pada tanggal 1 September 1993. Pemanfaatan sepenuhnya fasilitas di Kampus Inderalaya dilaksanakan dengan Keputusan Rektor pada bulan Januari 1995 dimana ditetapkan bahwa terhitung sejak tanggal 1 Februari 1995 semua kegiatan administrasi dan sebagian besar kegiatan akademik diselenggarakan di Kampus Inderalaya. Peresmian Kampus Unsri Indralaya yang sesungguhnya baru dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.

Logo Unsri


Logo awal pada saat pendirian  atau peresmian logo Universitas Sriwijaya berbentuk seperti rebung ,  kurang lebih ditahun 1970 an logo  tersebut berubah seperti logo yang sekarang ini.



Keterangan Lambang
  1. Bunga Melati merupakan bunga suci melambangkan kemurnian, keanggunan, keluhuran, wibawa dan kesetiaan pada cita-cita.  Pada lambang digambarkan lima mahkota bunga (corolla) dengan warna kuning muda.  Lima mahkota bunga melambangkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, sedangkan warna kuning muda melambangkan warna Universitas.
  2. Bunga Seruni sebagai lambang yang paling tua ditemukan dalam sejarah Sriwijaya. Pada lambang digambarkan mahkota bunga (corolla) dari bunga yang terpilin (marginal flower), berjumlah 31, berwarna kuning emas yang terpilin. Jumlah 31 melambangkan tanggal lahir Unsri pada tanggal 31 Oktober 1960 dan warna kuning emas melambangkan keagungan Sriwijaya. Mahkota bunga yang terpilin ke kanan yang mengakibatkan ujung kelopaknya mengarah ke kiri dimaksudkan bahwa Universitas ini berjalan seirama dengan perputaran jaman.
  3. Cahaya melambangkan ilmu pengetahuan, yang menerangi jagad, menunjukan bahwa hanya dengan ILMU ketidaktahuan dapat ditiadakan. Ilmu digambarkan dengan cahaya (nur) sebanyak 60 pancaran sinar dengan 10 sinar besar, berarti bulan Oktober 1960.
  4. Kata-kata UNIVERSITAS SRIWIJAYA ditulis dengan huruf putih di atas dasar hitam yang menlingkar di dalam bunga seruni. Hitam melembangkan ketidaktahuan. Dengan adanya cahaya, ketidaktahuan dapat ditiadakan, yang lambangkan dengan huruf putih pada kata-kata UNIVERSITAS SRIWIJAYA menandakan Unsri sebagai gudang ilmu
  5. Motto ILMU ALAT PENGABDIAN ditulis dengan huruf berwarna emas di atas dasar hitam yang terletak dalam selendang dibagian bawah lambang. Motto ini melambangkan bahwa manusia wajib mengabdi kepada Tuhan, negara , bangsa, masyarakat dan keluarga. Pengabdian yang tidak disertai dengan ilmun pengetahuan tidaklah sempurna.
Makna lambang
Unsri sebagai milik bangsa Indonesia yang berfalsafah hidup Pancasila selalu dengan penuh daya dan dinamika meningkatkan ilmu pengetahuan guna memerangi ketidaktahuan yang merupakan penghalang bagi masyarakat bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur serta dalam ridho Tuhan Yang Maha Esa.


Sumber tulisan, Foto Lokasi & Logo Unsri : http://www.unsri.ac.id
Sumber Foto : Barpusdok kota Palembang

Wajah International Plaza (IP) Tempo Doeloe

Bekas Bioskop Yang Disulap Jadi Mall Pertama di Metropolis Sumber : Sumeks Minggu
Gedung International Plaza (IP) di kawasan Jl Jendral Sudirman berdiri megah sejak Februari 1991. Namun, anak-anak muda asli Plembang mungkin tak banyak mengetahui, mall pertama di metropolis tersebut merupakan bekas sebuah bioskop bernama International. Apa pula yang melatarbelakangi para pemilik bioskop, terdiri dari berbagai etnis, menyulapnya menjadi sebuah mall?
----------------------------------------------------------------------------
Sejak berabad-abad lamanya, pasar 16 Ilir diyakini sudah menjadi pusat perdagangan. Mempertemukan para pedagang luar hingga lokal. Nah, usai kemerdekaan tahun 1945 lalu, pusat perdagangan tersebut diyakini terus berkembang ke jalan Jendral Sudirman.

Dari pasar 16 Ilir, hingga Sudirman terus dibangun pertokoan serta tempat hiburan. Salah satunya di kawasan simpang empat International Plaza (IP) saat ini. Ditempat ini dulunya ternyata terdapat sebuah bioskop. Namanya bioskop International Palembang. Bioskop dibawah naungan NV (semacam PT,red) dibangun sejak Februari 1952. Para pemilik saham atau ownernya terdiri dari berbagai etnis. HM Amin serta H Hasanuddin (wong Plembang,red), Said Abdurahman bin Alwi Assegaf (keturunan Arab,red) serta Tan Kak, Liau Lee dan Jap Sung Sing (keturunan Chinese,red). Nama bioskop International pun diyakininya dengan alasan perpaduan etnis para pemilik bioskop tersebut. 

“Zaman dulu, bisnis bioskop memang berkembang. Bisa dikatakan hiburan utama masyarakat,” ungkap M Nasir Amin, anak kelima almarhum HM Amin kepada Sumeks Minggu, ditemui dikediamanya, Jl KA Dahlan, Lrg Soak Bato No 2 Kelurahan Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang, Kamis (6/10) lalu. 

Pada tahun 1950 an saja, seingat Nasir terdapat beberapa bioskop. Seperti bioskop Mahkota yang sekarang menjadi JM, Jl Letkol Iskandar. Kemudian bioskop Saga yang sekarang menjadi kantor Dinas Pendapatan (Dispenda)Palembang, Panca warna di kawasan Cinde yang menjadi eks bioskop Cineplex, Intium/Mustika yang sekarang menjadi balai Prajurit di kawasan Pasar Sekanak, bioskop Raya depan Majid Agung serta bioskop Rosida di pasar Sekanak. 

Hanya saja, dari beberapa bioskop tersebut, Amin menyatakan bioskop International merupakan bioskop terbesar. Karena daya tampungnya yang cukup besar. Hanya saja, akhir tahun 1980 an, para pengunjung bioskop secara global mengalami penurunan. Dampak keluarnya kaset video serta didominasinya film lokal serta luar negeri membuat penggelola bioskop kesulitan berkembang.

Internasional Plasa Saat kini 2008
Alasan ini pula yang membuat generasi kedua dari pemilik bioskop International putar otak. Yang ujung-ujungnya mengeluarkan ide brilliant dengan memberanikan diri membangun pusat perbelanjaan skala besar yang sekarang disebut mall. 

Ubah Mindset Perwajahan Palembang  dibawah naungan PT Indah PlazaInternational, gedung berlantai lima dibangun dengan nama International Plaza akrab disebut IP, mulai dibangun tahun 1989. Gedung bioskop yang dulunya menghadap ke jalan Jendral Sudirman sedikit bergeser dan mengarah kedua sudut jalan. Jendral Sudirman serta Jl Letkol Iskandar. IP sendiri mulai beroperasi sejak Februari 1991, dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumsel kala itu, H RamliHasan Basri. 

Dampak pembangunan IP dikatakan Nasir Amin yang kini duduk sebagai Komisaris IP, cukup besar. Pertama, mindset perwajahan Palembang berubah menjadi lebih maju dengan berdirinya sebuah plaza atau mall.  “Temen saya dari Jawa yang sempat gak mau datang ke Palembang karena dulu masih dianggapnya seperti dusun terkejut dengan pembangunan plaza tersebut,” ungkap Nasir tersenyum. 

Didukung berbagai tenant terkenal, sebut saja Matahari DepartemenStore yang menyewa 3,5 lantai IP, KFC, food court, 21 dan lainnya pengunjung IP pun membludak. Bahkan, saat awal dibuka, IP seperti menjadi Ikon Palembang. Masyarakat luar Palembang asal Sumsel, saat plesiran berusaha menyempatkan diri datang ke mall ini. (wwn)

Sumber Tulisan dan Foto Lama : http://www.sumeksminggu.com/