Bekas Bioskop Yang Disulap Jadi Mall Pertama di Metropolis Sumber : Sumeks Minggu |
Gedung International Plaza (IP) di kawasan Jl Jendral
Sudirman berdiri megah sejak Februari 1991. Namun, anak-anak muda asli Plembang
mungkin tak banyak mengetahui, mall pertama di metropolis tersebut merupakan
bekas sebuah bioskop bernama International. Apa pula yang melatarbelakangi para
pemilik bioskop, terdiri dari berbagai etnis, menyulapnya menjadi sebuah mall?
----------------------------------------------------------------------------
Sejak berabad-abad lamanya, pasar 16 Ilir diyakini sudah menjadi
pusat perdagangan. Mempertemukan para pedagang luar hingga lokal. Nah, usai
kemerdekaan tahun 1945 lalu, pusat perdagangan tersebut diyakini terus
berkembang ke jalan Jendral Sudirman.
Dari pasar 16 Ilir, hingga Sudirman terus dibangun pertokoan serta
tempat hiburan. Salah satunya di kawasan simpang empat International Plaza (IP)
saat ini. Ditempat ini dulunya ternyata terdapat sebuah bioskop. Namanya
bioskop International Palembang. Bioskop dibawah naungan NV (semacam PT,red)
dibangun sejak Februari 1952. Para pemilik saham atau ownernya terdiri dari
berbagai etnis. HM Amin serta H Hasanuddin (wong Plembang,red), Said Abdurahman
bin Alwi Assegaf (keturunan Arab,red) serta Tan Kak, Liau Lee dan Jap Sung Sing
(keturunan Chinese,red). Nama bioskop International pun diyakininya dengan
alasan perpaduan etnis para pemilik bioskop tersebut.
“Zaman dulu, bisnis bioskop memang berkembang. Bisa dikatakan
hiburan utama masyarakat,” ungkap M Nasir Amin, anak kelima almarhum HM Amin
kepada Sumeks Minggu, ditemui dikediamanya, Jl KA Dahlan, Lrg Soak Bato No 2
Kelurahan Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang, Kamis (6/10)
lalu.
Pada tahun 1950 an saja, seingat Nasir terdapat beberapa bioskop.
Seperti bioskop Mahkota yang sekarang menjadi JM, Jl Letkol Iskandar. Kemudian
bioskop Saga yang sekarang menjadi kantor Dinas Pendapatan (Dispenda)Palembang, Panca warna di kawasan Cinde yang menjadi eks bioskop Cineplex,
Intium/Mustika yang sekarang menjadi balai Prajurit di kawasan Pasar Sekanak,
bioskop Raya depan Majid Agung serta bioskop Rosida di pasar Sekanak.
Hanya saja, dari beberapa bioskop tersebut, Amin menyatakan
bioskop International merupakan bioskop terbesar. Karena daya tampungnya yang
cukup besar. Hanya saja, akhir tahun 1980 an, para pengunjung bioskop secara
global mengalami penurunan. Dampak keluarnya kaset video serta didominasinya
film lokal serta luar negeri membuat penggelola bioskop kesulitan berkembang.
Internasional Plasa Saat kini 2008 |
Ubah Mindset Perwajahan Palembang dibawah naungan PT Indah PlazaInternational, gedung berlantai lima dibangun dengan nama International Plaza
akrab disebut IP, mulai dibangun tahun 1989. Gedung bioskop yang dulunya
menghadap ke jalan Jendral Sudirman sedikit bergeser dan mengarah kedua sudut
jalan. Jendral Sudirman serta Jl Letkol Iskandar. IP sendiri mulai beroperasi
sejak Februari 1991, dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumsel kala itu, H RamliHasan Basri.
Dampak pembangunan IP dikatakan Nasir Amin yang kini duduk sebagai
Komisaris IP, cukup besar. Pertama, mindset perwajahan Palembang berubah
menjadi lebih maju dengan berdirinya sebuah plaza atau mall. “Temen
saya dari Jawa yang sempat gak mau datang ke Palembang karena dulu masih
dianggapnya seperti dusun terkejut dengan pembangunan plaza tersebut,” ungkap
Nasir tersenyum.
Didukung berbagai tenant terkenal, sebut saja Matahari DepartemenStore yang menyewa 3,5 lantai IP, KFC, food court, 21 dan lainnya pengunjung IP
pun membludak. Bahkan, saat awal dibuka, IP seperti menjadi Ikon Palembang.
Masyarakat luar Palembang asal Sumsel, saat plesiran berusaha menyempatkan diri
datang ke mall ini. (wwn)
Sumber Tulisan dan Foto Lama : http://www.sumeksminggu.com/
No comments:
Post a Comment