CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

10 May 2012

Master Plan Jembatan Ampera Palembang

Masterplan body Jembatan Musi
(Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai).

Kolonel Harun Sohar bersama Ketua Koordinator Pembangunan Peperda Sumatra Selatan Ir. Indra Tjahja dalam rangka pelaksanaan pembangunan Jembatan Musi menghadap presiden. Presiden dalam pertemuan tersebut memberikan persetujuan dan perintah pembangunan Jembatan Musi dengan biaya dana Pampasan Perang Jepang. Persiapanpersiapan untuk merealisasikan pekerjaan pelaksanaannya telah dilakukan dan pada awal Februari 1961. Dalam pertemuan itu, Harun Sohar menyatakan bahwa presiden telah mengadakan perubahan-perubahan secara teknis terhadap rencana semula pembangunan Jembatan Musi. Proyek Musi dikerjakan oleh pemborong Jepang Fuji Shario, Fuji Shario Manufactur Co. Ltd yang berkedudukan di Osaka, Jepang. Fuji Shario merupakan perusahaan yang telah banyak membuat jembatan-jembatan diberbagai negara Asia. Mereka mempunyai perwakilan di Indonesia yakni Moestika Ratoe Trading Co. Ltd. Pada 15 Desember 1960, Fuji Shario memenangkan tender pembangunan jembatan megah tersebut dengan model “naik turun” agar lalu lintas kapal laut di bawah jembatan tersebut tidak terganggu. Masterplan jembatan tersebut sempat mereka presentasikan di Bangkok,Tahiland.

Masterplan menara Jembatan Musi
(Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai).
Pada hari Rabu, 15 November 1960, Harun Sohar menyatakan bahwa persiapan-persiapan yang diperlukan Pemerintah Pusat di Jakarta untuk memulai pelaksanaan pembangunan Jembatan Musi dapat dikatakan selesai. Harun Sohar sebelum meninggalkan Jakarta kembali ke Palembang pada Kamis siang menyatakan, bahwa insinyur-insinyur Jepang dari Fuji Shario yang memborong pembangunan Jembatan Musi dalam waktu singkat akan datang ke Indonesia untuk merundingkan perubahan-perubahan konstruksi teknis sesuai  dengan petunjukpetunjuk dari Presiden Sukarno.

Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga melalui Departemen Luar Negeri pada 15 November 1960, telah mengirim kawat panggilan kepada ahli-ahli Fuji Shario secepatnya datang ke Indonesia. Sukarno juga menegaskan kepada perwakilan agen pemborong Jepang yang ada di Indonesia, Moestika Ratoe Trading Co. Ltd diminta membantu sepenuhnya dalam kerja sama menyambut kedatangan insinyur-insinyur tersebut. Harun Sohar, selama berada di Jakarta juga menemui Menteri Pertama Djuanda untuk membicarakan wewenang pemakaian deviden daerah Sumatra Selatan sebanyak lima belas persen dari eksporhasil rakyat, di luar minyak, batubara, dan timah. Djuanda memberi jawaban memuaskan terhadap Harun Sohar dengan diperbolehkannya daerah Sumatra Selatan memanfaatkan hal tersebut.

Kerangka baja Jembatan Musi
(Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai)
Pada Rabu, 5 Desember 1960 dua orang pimpinan ahli perusahaan kontraktor pembangunan Jembatan Musi, Fuji Shario, tiba di Jakarta dari Tokyo. Kedua insinyur ini adalah T. Ogawa dan K. Yokota masingmasing manajer direktur dan kepala bagian perencanaan Fuji Shario. Mereka datang ke Jakarta dan akan ke Palembang sebagai tamu Pemerintah Pusat dan Penguasa Perang Daerah (Peperda) Sumatra Selatan untuk mengadakan perundingan-perundingan dalam rangka perubahan-perubahan rencana bentuk Jembatan Musi tersebut sesuai kehendak Presiden Sukarno. Pada Kamis, 9 Februari 1961, Presiden Sukarno memberikan pengesahan atas rencana pembangunan Jembatan Musi ketika bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Dipokoesoemo. Mereka membicarakan rencana terakhir pembangunan jembatan yang akan melintasi Sungai Musi di Palembang. Setelah meninjau dari berbagai segi, maka pada pagi hari tersebut Presiden telah menyetujui rencana itu. Presiden Sukarno tidak ingin melihat jembatan yang hanya dapat diangkat sebagian atau berputar sembilan puluh derajat saja, melainkan harus ada dua menara tinggi di tengahnya, sehingga bagian tengah jembatan dapat diangkat vertikal agar dapat dilalui oleh kapalkapal besar yang akan mengambil muatan batubara dari pelabuhan Kertapati. Oleh karena itu, harus ada mekanisme cara mengangkat bagian jembatan agar dapat turun naik secara hidrolis. Tinggi menaranya harus sedemikian rupa, sehingga dapat meninjau ke segala penjuru arah untuk memandang aliran Sungai Musi yang indah beserta anak-anak sungainya.

Sedangkan di puncak menara akan dibangun restoranrestoran yang dapat menampung sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang untuk sightseeing, bermain musik serta berdansa. Untuk mengadakan beberapa perubahan pada rancangan Jembatan Musi di Palembang, sesuai dengan permintaan Sukarno, tiba seorang ahli dari perusahaan Fudji Shario ke Jakarta yang menyusun beberapa gambar rancangan jembatan tersebut. Jembatan ini sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh Sukarno, akan merupakan suatu jembatan “bascule” yang dapat dibuka untuk meneruskan kapal-kapal yang melewati Sungai Musi. Panjang jembatan ini kira-kira 340 meter, akan tetapi ditambah “aploop”, panjangnya secara keseluruhan meliputi dua kilometer, lebar jembatan menurut rencana adalah 25 meter dan bagian yang dapat digunakan untuk rijvlak, lalu lintas adalah selebar 16 meter.27

Pada Kamis, 18 Februari 1961, tim pembangunan Jembatan Musi dari Pusat datang ke Palembang dipimpin langsung Ir. Djoko dan tim planologi dipimpin oleh Suparman. Kedua tim ini mengadakan peninjauan dan pemeriksaan dalam hubungan dengan rencana pembangunan Jembatan Ampera, tim planologi bertugas merancang rencana-rencana yang akan datang akibat keberadaan jembatan tersebut, sementara tim pembangunan Jembatan Musi meninjau dan mempersiapkan soal-soal teknis jembatan yang akan dibangun tersebut.Pada tataran lokal jauh sebelumnya pada 11 atau tiga hari setelah disetujui presiden diadakan pertemuan bersama dengan berbagai instansi yang ada hubungannya dengan rencana pembangunan Jembatan Musi. Rapat bersama yang diselenggarakan oleh Wali Kota Ali Amin dilanjutkan dengan peninjauan dari dekat terhadap objek lokasi tersebut. Pembangunan Jembatan Musi dilaksanakan seseksama mungkin dan dalam rencananya, Jembatan Musi sepanjang 330 meter dengan lebar 22 meter, nantinya dapat dilalui oleh empat lajur mobil sekaligus. Jembatan ini di tengah-tengahnya dapat diangkat dan kapalkapal dapat berlayar di Sungai Musi dengan lancar. Di sekitar jembatan akan dibangun gedung-gedung dan taman-taman, sehingga nantinya jembatan ini merupakan suatu bangunan dengan pemandangan indah.

Pembangunan jembatan tersebut yang sangat penting artinya bagi kelancaran perhubungan ini, dalam pembangunannya memakan waktu selama 41 bulan. Ketika selesai dibangun, panjang jembatan yang membelah Sungai Musi ini 1.177 meter dan lebarnya 22 meter dengan tinggi di atas permukaan airnya 11,50 meter. Pada masa direncanakan, bagian tengah jembatan dengan panjang 71, 90 meter dan berat 944 ton dapat diangkat dengan kecepatan 10 meter per-menit untuk lalu lintas kapal di atas Sungai Musi. Menara, tower pengangkatnya berdiri tegak dengan tinggi dari tanah 63 meter dengan dua buah menara yang berjarak antara keduanya 75 meter. Ketika bagian tengah jembatan diangkat, maka dengan lebar 60 meter dan tinggi maksimal 44,50 meter kapal yang mengangkut batu bara dan keperluan untuk daerah uluan akan mudah lewat di bawahnya. Bagian tengah di antara dua buah menara tersebut hanya bisa dilewati kapal yang tingginya 9 meter.30 Ketika akan menyelesaikan bagian  jembatan yang harus ditimbun setinggi 15 meter dengan panjang 500 meter di sebelah ulu dan ilirnya, timbul persoalan karena membutuhkan batu-batu besar untuk menutup badan jembatan. Oleh karena itu, kemudian dibuat suatu kebijakan dengan mengambil batu-batu granit yang berukuran besar dari daerah Bangka

Sumber Tulisan Dan Foto :  Buku Venesia Dari Timur. Memakai Produksi Dan Reproduksi Simbolik Dari Kolonial Sampai Pasca Kolonial.  Karangan : DEDI IRWANTO MUHAMMAD SANTUN

No comments:

Post a Comment