Masterplan body Jembatan Musi (Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai). |
Kolonel Harun Sohar bersama
Ketua Koordinator Pembangunan Peperda Sumatra Selatan Ir. Indra Tjahja dalam
rangka pelaksanaan pembangunan Jembatan Musi menghadap presiden. Presiden dalam
pertemuan tersebut memberikan persetujuan dan perintah pembangunan Jembatan
Musi dengan biaya dana Pampasan Perang Jepang. Persiapanpersiapan
untuk merealisasikan pekerjaan pelaksanaannya telah dilakukan dan pada awal
Februari 1961. Dalam pertemuan itu, Harun Sohar menyatakan bahwa presiden telah
mengadakan perubahan-perubahan secara teknis terhadap rencana semula
pembangunan Jembatan Musi. Proyek Musi dikerjakan oleh pemborong Jepang Fuji
Shario, Fuji Shario Manufactur Co. Ltd yang berkedudukan di Osaka, Jepang. Fuji
Shario merupakan perusahaan yang telah banyak membuat jembatan-jembatan diberbagai
negara Asia. Mereka mempunyai perwakilan di Indonesia yakni Moestika Ratoe
Trading Co. Ltd. Pada 15 Desember 1960, Fuji Shario memenangkan tender
pembangunan jembatan megah tersebut dengan model “naik turun” agar lalu lintas
kapal laut di bawah jembatan tersebut tidak terganggu. Masterplan jembatan tersebut sempat mereka presentasikan di Bangkok,Tahiland.
Masterplan menara Jembatan Musi (Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai). |
Pada hari Rabu, 15 November
1960, Harun Sohar menyatakan bahwa persiapan-persiapan yang diperlukan
Pemerintah Pusat di Jakarta untuk memulai pelaksanaan pembangunan Jembatan Musi
dapat dikatakan selesai. Harun Sohar sebelum meninggalkan Jakarta kembali ke Palembang
pada Kamis siang menyatakan, bahwa insinyur-insinyur Jepang dari Fuji Shario
yang memborong pembangunan Jembatan Musi dalam waktu singkat akan datang ke
Indonesia untuk merundingkan perubahan-perubahan konstruksi teknis sesuai dengan petunjukpetunjuk dari Presiden Sukarno.
Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga melalui Departemen Luar Negeri pada 15 November 1960, telah mengirim
kawat panggilan kepada ahli-ahli Fuji Shario secepatnya datang ke Indonesia.
Sukarno juga menegaskan kepada perwakilan agen pemborong Jepang yang ada di
Indonesia, Moestika Ratoe Trading Co. Ltd diminta membantu sepenuhnya dalam
kerja sama menyambut kedatangan insinyur-insinyur tersebut. Harun Sohar, selama berada di
Jakarta juga menemui Menteri Pertama Djuanda untuk membicarakan wewenang
pemakaian deviden daerah Sumatra Selatan sebanyak lima belas persen dari eksporhasil rakyat, di luar minyak, batubara, dan timah. Djuanda memberi jawaban
memuaskan terhadap Harun Sohar dengan diperbolehkannya daerah Sumatra Selatan
memanfaatkan hal tersebut.
Kerangka baja Jembatan Musi (Sumber: Koleksi pribadi Bapak Anwar Rifai) |
Sedangkan di puncak menara akan dibangun
restoranrestoran yang dapat menampung sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang
untuk sightseeing, bermain musik serta berdansa. Untuk mengadakan
beberapa perubahan pada rancangan Jembatan Musi di Palembang, sesuai dengan
permintaan Sukarno, tiba seorang ahli dari perusahaan Fudji Shario ke
Jakarta yang menyusun beberapa gambar rancangan jembatan tersebut. Jembatan ini
sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh Sukarno, akan merupakan suatu
jembatan “bascule” yang dapat dibuka untuk meneruskan kapal-kapal yang
melewati Sungai Musi. Panjang jembatan ini kira-kira 340 meter, akan tetapi
ditambah “aploop”, panjangnya secara keseluruhan meliputi dua kilometer,
lebar jembatan menurut rencana adalah 25 meter dan bagian yang dapat digunakan
untuk rijvlak, lalu lintas adalah selebar 16 meter.27
Pada Kamis, 18 Februari 1961, tim
pembangunan Jembatan Musi dari Pusat datang ke Palembang dipimpin langsung Ir.
Djoko dan tim planologi dipimpin oleh Suparman. Kedua tim ini mengadakan
peninjauan dan pemeriksaan dalam hubungan dengan rencana pembangunan Jembatan
Ampera, tim planologi bertugas merancang rencana-rencana yang akan datang
akibat keberadaan jembatan tersebut, sementara tim pembangunan Jembatan Musi meninjau
dan mempersiapkan soal-soal teknis jembatan yang akan dibangun tersebut.Pada
tataran lokal jauh sebelumnya pada 11 atau tiga hari setelah disetujui presiden
diadakan pertemuan bersama dengan berbagai instansi yang ada hubungannya dengan
rencana pembangunan Jembatan Musi. Rapat bersama yang diselenggarakan oleh Wali
Kota Ali Amin dilanjutkan dengan peninjauan dari dekat terhadap objek lokasi
tersebut. Pembangunan Jembatan Musi dilaksanakan seseksama mungkin dan dalam
rencananya, Jembatan Musi sepanjang 330 meter dengan lebar 22 meter, nantinya
dapat dilalui oleh empat lajur mobil sekaligus. Jembatan ini di
tengah-tengahnya dapat diangkat dan kapalkapal dapat berlayar di Sungai Musi
dengan lancar. Di sekitar jembatan akan dibangun gedung-gedung dan taman-taman,
sehingga nantinya jembatan ini merupakan suatu bangunan dengan pemandangan
indah.
Pembangunan
jembatan tersebut yang sangat penting artinya bagi kelancaran perhubungan ini,
dalam pembangunannya memakan waktu selama 41 bulan. Ketika selesai dibangun,
panjang jembatan yang membelah Sungai Musi ini 1.177 meter dan lebarnya 22
meter dengan tinggi di atas permukaan airnya 11,50 meter. Pada masa
direncanakan, bagian tengah jembatan dengan panjang 71, 90 meter dan berat 944
ton dapat diangkat dengan kecepatan 10 meter per-menit untuk lalu lintas kapal
di atas Sungai Musi. Menara, tower pengangkatnya berdiri tegak dengan
tinggi dari tanah 63 meter dengan dua buah menara yang berjarak antara keduanya
75 meter. Ketika bagian tengah jembatan diangkat, maka dengan lebar 60 meter
dan tinggi maksimal 44,50 meter kapal yang mengangkut batu bara dan keperluan
untuk daerah uluan akan mudah lewat di bawahnya. Bagian tengah di antara dua
buah menara tersebut hanya bisa dilewati kapal yang tingginya 9 meter.30 Ketika
akan menyelesaikan bagian jembatan yang harus ditimbun setinggi 15 meter
dengan panjang 500 meter di sebelah ulu dan ilirnya, timbul persoalan karena
membutuhkan batu-batu besar untuk menutup badan jembatan. Oleh karena itu,
kemudian dibuat suatu kebijakan dengan mengambil batu-batu granit yang
berukuran besar dari daerah Bangka
Sumber Tulisan Dan Foto : Buku Venesia Dari Timur. Memakai Produksi Dan Reproduksi Simbolik Dari Kolonial Sampai Pasca Kolonial. Karangan : DEDI IRWANTO MUHAMMAD SANTUN
No comments:
Post a Comment