CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

30 July 2012

Rubber Restrict Kanttor Palembang

Rubber Distric yang terletak di Raadhuis weg tahun 1935 Foto : kitliv.nl
Rubber Restrict Kanttor (kantor restriksi karet) yang dibangun pada tahun 1930-an memiliki peranan penting dalam menentukan kebijakan menghadapi krisis ekonomi dunia (malaise) 1920/1930. Berdasarkan sejarahnya dari dulu Palembang sangat di kenal dengan komoditi kopi dan Karet yang di kuasai oleh tiga kelompok besar yaitu kelompok Firma, Kelompok 3 eksportir & kelompok eksportir kolonial.

Kantor rubber restric yang berubah menjadi kantor PM
Jl. Merdeka (2008)

Apalagi saat terjadi rubber boom sekitar tahun 1912 dan 1915, orang-orang di Keresidenan Palembang (masuk seluruh daerah di Sumsel) demikian mudahnya membeli mobil. Peningkatan kemakmuran makin menjadi setelah tahun 1920. Dalam tahun 1920, mobil pribadi belum sampai 300 buah. Tetapi, pada tahun 1927, jumlahnya meningkat sampai 3.475 buah. Mobil ini terdiri atas berbagai mereka, antara lain Ford, Albion, Rugby, Chevrolet, dan Whitesteam (Djohan Hanafiah: Dicari, Walikota yang Memenuhi Syarat: 2005).

Betapa makmurnya para toke para dan pebisnis masa itu tampaknya menjadi "wajah" Pasar 16 Ilir. Berita di Pertja Selatan, 17 Juli 1926, tertulis bahwa di kawasan Sungai Rendang, telah berdiri show room mobil Ford. Bahkan, penjual mobil pun telah memakai surat kabar sebagai sarana promosi dalam bentuk iklan. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu zaman kemerdekaan, geliat perekonomian makin tampak di kawasan ini. Antara lain, menurut kesaksian lisan beberapa orang yang hidup pada masa itu, keberadaan beberapa bank di Jl Tengkuruk. Yaitu, Nederland Indische Bank, Bank Esconto, Chinese Bank, Bank Ekonomi, dan Bank Indonesia.

Di dekat Bank Indonesia, ada Kantor Listrik yang bersebelahan dengan Kantor Pajak. Di dekat Chinese Bank, berderat pula bangunan bernama Cuan Ho, yaitu semacam usaha jasa angkutan (ekspedisi). Perusahaan ini mengangkut barang dari Boombaru ke Pasar 16 Ilir. Pada masa ini, dikenallah kuli king, yaitu orang-orang Tionghoa yang bertubuh tegap dan kuat. Di dekatnya, terdapat Toko Dezon, atau toko matahari menurut sebutan wong Plembang. Di bagian tepi Sungai Musi, terdapat dua dermaga. Yaitu, dermaga perahu tambangan di bagian hilir dan Dermaga Kapal Marie di bagian hulu (saat ini, lokasinya di bawah Jembatan Ampera).

No comments:

Post a Comment