Rubber Distric yang terletak di Raadhuis weg tahun 1935 Foto : kitliv.nl |
Rubber Restrict Kanttor (kantor restriksi karet) yang dibangun pada
tahun 1930-an memiliki peranan penting dalam menentukan kebijakan
menghadapi krisis ekonomi dunia (malaise) 1920/1930. Berdasarkan
sejarahnya dari dulu Palembang sangat di kenal dengan komoditi kopi dan
Karet yang di kuasai oleh tiga kelompok besar yaitu kelompok Firma,
Kelompok 3 eksportir & kelompok eksportir kolonial.
Kantor rubber restric yang berubah menjadi kantor PM Jl. Merdeka (2008) |
Apalagi saat
terjadi rubber boom sekitar tahun 1912 dan 1915, orang-orang di
Keresidenan Palembang (masuk seluruh daerah di Sumsel) demikian mudahnya
membeli mobil. Peningkatan kemakmuran makin menjadi setelah tahun 1920.
Dalam tahun 1920, mobil pribadi belum sampai 300 buah. Tetapi, pada
tahun 1927, jumlahnya meningkat sampai 3.475 buah. Mobil ini terdiri
atas berbagai mereka, antara lain Ford, Albion, Rugby, Chevrolet, dan
Whitesteam (Djohan Hanafiah: Dicari, Walikota yang Memenuhi Syarat:
2005).
Betapa makmurnya para toke para dan pebisnis masa itu
tampaknya menjadi "wajah" Pasar 16 Ilir. Berita di Pertja Selatan, 17
Juli 1926, tertulis bahwa di kawasan Sungai Rendang, telah berdiri show
room mobil Ford. Bahkan, penjual mobil pun telah memakai surat kabar
sebagai sarana promosi dalam bentuk iklan. Dalam perkembangan
selanjutnya, yaitu zaman kemerdekaan, geliat perekonomian makin tampak
di kawasan ini. Antara lain, menurut kesaksian lisan beberapa orang yang
hidup pada masa itu, keberadaan beberapa bank di Jl Tengkuruk. Yaitu,
Nederland Indische Bank, Bank Esconto, Chinese Bank, Bank Ekonomi, dan
Bank Indonesia.
Di dekat Bank Indonesia, ada Kantor Listrik yang
bersebelahan dengan Kantor Pajak. Di dekat Chinese Bank, berderat pula
bangunan bernama Cuan Ho, yaitu semacam usaha jasa angkutan (ekspedisi).
Perusahaan ini mengangkut barang dari Boombaru ke Pasar 16 Ilir. Pada
masa ini, dikenallah kuli king, yaitu orang-orang Tionghoa yang bertubuh
tegap dan kuat. Di dekatnya, terdapat Toko Dezon, atau toko matahari
menurut sebutan wong Plembang. Di bagian tepi Sungai Musi, terdapat dua
dermaga. Yaitu, dermaga perahu tambangan di bagian hilir dan Dermaga
Kapal Marie di bagian hulu (saat ini, lokasinya di bawah Jembatan
Ampera).
No comments:
Post a Comment