Salah satu cara menghabiskan waktu di bulan puasa ini adalah dengan memancing apalagi dengan kondisi sungai musi yang mulai surut, mereka bisa memancing sambil duduk di pinggir sungai.
26 August 2009
18 August 2009
Ziarah Kubro 1430 H
Seperti inilah salah satu tradisi yang ada di kota ini sebelum datangnya bulan suci romadhon di adakannya haul Akbar ini di mana, haul yang di hadiri oleh banyak jemaah baik dari dalam dan luar negeri dan untuk tahun ini ketua FPI Habib Riziq dan juga sultan iskadar Badarudin juga berkenan hadir mengikuti haul.
14 August 2009
Penjual Kerupuk
10 August 2009
Kuliner Khas 17 Agustus-an di Palembang
Telok Ukan |
Telok Pindang |
Telok Pindang disajikan tanpa cangkang. Dari namanya, Telok Pindang merupakan telur rebus yang diolah dengan bumbu pindang yang dimasak hingga kering. Bumbu pindang merupakan olahan daun jambu biji, daun salam, kulit bawang dan garam. dan dalam memasaknya kulit telurnya di ketok-ketok hingga retak-retak sehingga bumbunya meresap kedalam telur dan warna telurnyapun akan menjadi kehitaman.
Ketan Sepit |
Merupakan ketan biasa yang di tanak dengan santan kemudian di bungkus dengan daun pisan kemudian di bakar di atas api setelah itu baru di jepit dengan menggunakan 2 bilah bambu.
Lampard Pun Suka Telok Abang
Tenyata telok abang bukan hanya di sukai oleh masyarakat kota ini tenyata pesepakbola Lampard pun juga suka......lihat foto di atas...hahahhahah.
Telok Abang Tahun Ini
Seperti tahun-tahun sebelumnya telok abang merupakan benda khas yang hanya ada di setiap bulan Agustus di kota Palembang.
07 August 2009
Pembangunan Turap Di kawasan 10 - 12 Ulu Palembang
Turap yang di bangun di pinggiran sungai musi ini di kawasan 10 ulu rencananya akan di bangun sepanjang 73 m sampai ke anak sungai kedemangan, program pemerintah kota yang menajadikan pinggiran sungai musi menjadi tempat rekreasi dan wisata sepertinya terus berlanjut biar tetap indah kota ini.
--------------------------------
(Sumatera Selatan) Pemkot
Palembang bersama Balai Besar Sungai Kementerian Pekerjaan Umum (PU)
berencana memperpanjang turap (retaining wall) di sepanjang Sungai Musi.
Setelah sebelumnya pembangunan turap kawasan 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU), tahun 2011 pembangunan ini tersebut diperpanjang 140 meter ke arah Kelurahan 11–12 Ulu. Tak tanggung-tanggung, dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek ini sebesar Rp 2 miliar. Kepala Badan (Kabag) Agraria dan Batas Wilayah Pemkot Palembang Sunarto mengatakan, saat ini pihaknya mulai melakukan pendataan untuk pembebasan lahan di kawasan 11–12 Ulu. Sementara ini, tercatat 15 rumah panggung dan rakit yang terkena ganti rugi lahan untuk pembangunan memperkuat dinding Sungai Musi tersebut.
"Nilai ganti rugi belum bisa kita pastikan berapa besarannya. Tapi yang pasti, ganti rugi disesuaikan dengan nilai jual objek pajak (NJOP)-nya. Ini juga setelah kita melakukan tahapan berikutnya inventarisasi, sosialisasi, dan negosiasi. Setelah itu, baru akan dilakukan pembayaran, untuk dananya pemkot mendapat bantuan dari APBN Balai Sungai Besar Kementerian PU sekitar Rp 2 Miliar," ujar Sunarto. Dana Rp 2 miliar ini sebagian besar akan dipakai untuk membayar ganti rugi lahan milik warga di kawasan 11-12 Ulu. Sisanya akan digunakan untuk mengganti rugi lahan warga di Pasar 16 Ilir.
Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra mengatakan, pembangunan turap sangat penting sebagai salah satu upaya untuk penataan pinggiran Sungai Musi dan terus dibangun, meski bertahap. "Dananya memang dari APBN karena kalau pakai dana Pemkot itu sulit," jelasnya. Eddy menjelaskan, pembangunan retaining wall atau turap di Sungai Musi, sebenarnya telah berjalan pada 2009.
Namun, untuk program ini dana didapat dari pinjaman (loan) ke Jepang. "Kita dapat pinjaman (loan) dari Jepang senilai Rp 46 miliar. Untuk normalisasi Sungai Bendung (lanjutan), Sungai Sekanak, Sungai Aur, dan Sungai Bayas.
Setelah sebelumnya pembangunan turap kawasan 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU), tahun 2011 pembangunan ini tersebut diperpanjang 140 meter ke arah Kelurahan 11–12 Ulu. Tak tanggung-tanggung, dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek ini sebesar Rp 2 miliar. Kepala Badan (Kabag) Agraria dan Batas Wilayah Pemkot Palembang Sunarto mengatakan, saat ini pihaknya mulai melakukan pendataan untuk pembebasan lahan di kawasan 11–12 Ulu. Sementara ini, tercatat 15 rumah panggung dan rakit yang terkena ganti rugi lahan untuk pembangunan memperkuat dinding Sungai Musi tersebut.
"Nilai ganti rugi belum bisa kita pastikan berapa besarannya. Tapi yang pasti, ganti rugi disesuaikan dengan nilai jual objek pajak (NJOP)-nya. Ini juga setelah kita melakukan tahapan berikutnya inventarisasi, sosialisasi, dan negosiasi. Setelah itu, baru akan dilakukan pembayaran, untuk dananya pemkot mendapat bantuan dari APBN Balai Sungai Besar Kementerian PU sekitar Rp 2 Miliar," ujar Sunarto. Dana Rp 2 miliar ini sebagian besar akan dipakai untuk membayar ganti rugi lahan milik warga di kawasan 11-12 Ulu. Sisanya akan digunakan untuk mengganti rugi lahan warga di Pasar 16 Ilir.
Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra mengatakan, pembangunan turap sangat penting sebagai salah satu upaya untuk penataan pinggiran Sungai Musi dan terus dibangun, meski bertahap. "Dananya memang dari APBN karena kalau pakai dana Pemkot itu sulit," jelasnya. Eddy menjelaskan, pembangunan retaining wall atau turap di Sungai Musi, sebenarnya telah berjalan pada 2009.
Namun, untuk program ini dana didapat dari pinjaman (loan) ke Jepang. "Kita dapat pinjaman (loan) dari Jepang senilai Rp 46 miliar. Untuk normalisasi Sungai Bendung (lanjutan), Sungai Sekanak, Sungai Aur, dan Sungai Bayas.
Sumber tulisan :tender-indonesia.com
06 August 2009
Suasana Di Beringin Janggut Palembang
Beginilah suasana di kawasan beringin janggut Palembanh (Kawasan Dika) terutama di hari minggu dan libur, kawasan yang di penuhi dengan pedagang dan pembeli ini baru bisa sepi saat maghrib mennjelang.
05 August 2009
Penjual Racun Tikus
Seperti inilah aksi dari penjual racun tikus saat sedang mengelilingi kota ini, mungkin seantero kota ini tahu dengan penjual racun tikus ini, dengan mega phone teriakan suaranya lantang, dan sepeda yang di modifikasi beroda 4 ini, sebelumnya pedagang racun tikus ini menjual permen asam jawa yang berjualan di seputaran pasar 16 dan di pasar loak cinde di hari minggu, memang fenomenal pedagang yang satu ini.
---------------------------------
Racun tikus, racun tikus.” Kalimat itu terdengar lantang melalui alat pengeras suara sangat dikenal warga di Kota Palembang. Suara
itu milik Raden Muhammad Dencik (39), yang sering dipanggil Pak Den.
Pekerjaan Pak Den adalah berdagang alat pembasmi tikus, seperti racun,
jebakan, dan lem tikus. Setiap hari Pak Den melewati jalan-jalan utama
di kota itu dan masuk keluar kampung untuk menjajakan dagangannya.
Barang
dagangan itu diletakkan dalam sepeda yang dimodifikasi sehingga
memiliki empat roda. Satu roda di depan dan tiga roda di belakang, serta
memiliki atap. Sepeda itu dilengkapi alat pengeras suara dan aki
sebagai sumber tenaga listrik. Supaya lebih meriah, sepeda dipasangi
lampu sirene warna merah dan kuning.
Di bagian belakang sepeda ada
ban dan pelek cadangan. Kata Pak Den, itu untuk antisipasi kalau ban
pecah atau pelek bengkok. Penampilan Pak Den juga unik. Ia selalu
memakai helm warna putih dengan tulisan RCN TKS (singkatan dari racun
tikus), sepatu bot karet hitam, dan sarung tangan hitam.
Biasanya
orang akan tersenyum melihat cara Pak Den menjajakan dagangannya yang
tidak lazim. Namun, dagangan itu laris manis karena tidak lazim dan
tidak memiliki saingan. Saat ditemui Kompas di rumahnya di Jalan
Perintis Kemerdekaan, Lorong Wiraguna, Palembang, Sabtu (16/10) siang,
Pak Den sedang bersiap mengayuh sepedanya keliling Palembang.
”Setiap
hari Senin sampai Sabtu saya jualan keliling Palembang. Hari Senin dan
Selasa ke daerah Perumnas Kenten, Rabu ke Kertapati, Kamis ke Musi II,
Jumat ke Plaju, Sabtu kembali ke Perumnas Kenten,” kata suami Marfiah
(32) itu. Setiap hari dia bekerja mulai pukul 13.00 hingga pukul
20.00, bahkan kadang sampai pukul 21.00. Berarti setiap hari ia sudah
menempuh jarak puluhan kilometer dengan mengayuh sepeda. Itu sebabnya
banyak warga Palembang akrab dengan suaranya.
Dia mengaku mulai
berjualan racun tikus sejak tahun 2006 di Pasar 16 Ilir. Saat itu ia
berjalan kaki sambil menenteng pengeras suara. Tahun 2007 Pak Den bisa
membeli sepeda dari hasil berjualan racun tikus. ”Kenapa saya
memilih berjualan racun tikus? Karena di mana-mana pasti banyak tikus.
Saya pernah berjualan permen di kereta api jurusan Lampung dan Lubuk
Linggau, tetapi tidak sukses,” kata ayah dari RA Amina Zuria (16), RM
Mustofa (10), dan RM Kasirun Nawal (3).
Lelaki yang hanya tamatan
sekolah dasar ini mengaku hasil penjualannya mencapai Rp 50.000-Rp
200.000 per hari, bahkan kadang mencapai Rp 500.000. Bagi dia,
berjualan racun tikus dengan mengayuh sepeda juga bermanfaat bagi
kesehatan. Hingga kini dirinya tak pernah sakit. Sejumlah perusahaan
farmasi dan otomotif menawarinya jadi tenaga penjual, tetapi dia tetap
pilih racun tikus. (WAD)
Sumber tulisan : nasional.kompas.com
Tidak Update
"Tidak Update' seperti itulah yang tergambar di benak saya saat melihat rambu lalu lintas yang terletak di Jalan Kol Atmo ini, masih muncul tulisan "Bank Dharmala", padahal bank tersebut sudah di likuidasi tahun 1998.
Subscribe to:
Posts (Atom)