CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

19 June 2019

Kosetan, Odol & Kantong Asoy

Buat menyebut sneakers atau sepatu dengan sol fleksibel yang berbahan karet, cukup banyak yang mengucapkan “sepatu keds”. Padahal, Keds adalah merek sepatu sneakers asal Amerika Serikat yang hadir sejak tahun 1916, Awalnya, sepatu ini dikhususkan buat perempuan. Artis-artis Hollywood selevel Marilyn Monroe, Audrey Hepburn, sampai dengan Jennifer Grey berperan dalam pemasaran sepatu ini. Kini, merek ini udah tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan penyebutan untuk sepatu olahragapun sering di sebut sepatu "keds"
Foto : www.moneysmart.id/.

Sering tidak dalam kehidupan sehari-hari menyebutkan sesuatu nama produk yang di anggap sebagai nama benda padahal yang di sebutkan tersebut adalah merek dagang dari produk tersebut. Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sebut dengan majas metonimia yang artinya menggunakan sepatah atau dua patah kata yang adalah merek kemudian di jadikan kata benda.

Seperti saat menyebutkan makanan anak-anak di sebut dengan kata-kata "Chiki", atau air mineral sebagai "Aqua", atau pemutih pakaian sering di sebut "Bayclin", atau  pembalut wanita sering di sebut dengan 'Softex", atau spatu snicker sering di sebut 'Keds" ataupun lain sebagainnya.

Baik di belahan dunia atau di Indonesia bahkan di Palembang pun kejadian seperti ini juga di anggap sudah lumrah, beberapa produk di Palembang yang menjadi lazim sebagai benda sehari-hari seperti :

Kosetan

Produk geretan kayu bermerk Kosetan  Foto :mmzrarebooks.blogspot.com/

Kosetan yang terbuat dari kayu batangan  yang banyak tersebar daerah Palembang saat itu, yang tertulis di kemasannya adalah Reinh, Lange , Palembang ( masih belum jelas apakah Reinh, Lange itu nama daerah di kawasan larantuka & luwu atau nama daerah lain masih belum jelas). Di Palembang sendiri kosetan atau disebut juga korek api  (karena bisa di jadikan korek kuping oleh orang-orang di Palembang dulu), iklannya sempat menjadi salah satu "Brand" nama tempat di Palembang, seperti di simpang 4 pasar kertapati yang iklan besarnya menjadikan penyebutan tempat tersebut menjadi "Simpang Kosetan", sampai era akhir tahun 1990-an pun masih banyak masyarakat yang menyebut kawasan simpang 4 pasar kertapati tersebut sebagai simpang kosetan.

Pada saat dahulu kalau membeli korek api ini pasti menyebutnya sebagai "kosetan" walaupun mereknya polar bear, satu, pelangi ataupun lainnya, penyebutannya pasti kosetan, walaupun akhirnya bergeser ke penyebutan korek api.

Saat itu kemasan dari kosetan tersebut terbuat beda dengan geretan kayu/korek api jaman sekarang yang terbuat dari karton, jaman dulu kotaknya dibuat dari kayu, mereknya ditempel di kotak kayu tersebut. Untuk melepaskan merek dari kotaknya tidak mudah, butuh kehati-hatian, agar gambarnya tetap utuh.

Odol

Pasta gigi merek "Odol" Buatan Jerman foto : https://www.yukepo.com/
Dari sekian banyak merek pasta gigi di Indonesia, Odol adalah yang paling terngiang di kepala orang-orang Indonesia. Padahal merek Odol sudah puluhan tahun tidak beredar lagi di Indonesia. Orang-orang lebih mudah menemukan Pepsodent, Close Up, Colgate atau yang lainnya di toko kelontong. Tapi tidak merek Odol. Odol diingat karena distribusinya di masa-lalu hingga dikenal masyarakat Indonesia era kolonial dan beberapa tahun setelahnya.  Odol di masa lalu adalah merek milik perusahaan Jerman yang didirikan Karl August Lingner (1861-1916), yang bernama Dresden Chemical Laboratory Lingner. Odol yang beredar di Hindia Belanda, bungkus dan tube bertuliskan: Odol, lalu ada tulisan Tandpasta, yang artinya pasta gigi dalam bahasa Belanda. Versi Jerman, tulisannya di bawah Odol adalah: Zahnpasta—yang artinya pasta gigi dalam bahasa Jerman. Di dalam iklan terdapat tulisan Mooi tanden, yang artinya gigi bagus dalam bahasa Belanda. Pada zaman kolonial, kehadiran Odol di Indonesia juga mendapatkan saingan seperti Colgate atau Pepsodent. Keduanya dari Amerika. Namun, Odol masih menjuarai pasar. (Tirto.id)

Di Palembang sendiri dampak dari iklan odol ini juga sangat luas dan penggunaan odol yang meluas sejak zaman kolonial menggantikan penggunaan arang ataupun tumbukan batu bata/genteng untuk membersihkan gigi, di masyarakat Palembang bahkan di daerah-daerah sumatera selatan pun saat ini masih menyebut pasta gigi dengan odol baik pembeli atau penjual sekalipun, mungkin sudah saking melekatnya "brand mark"  tersebut sehingga sampai generasi ke generasi masih ingat walaupun peredarab produknya sudah berhenti puluhan tahun yang lalu.


Kantong Asoy
Ilustrasi Kantong kresek / Kantong Asoy Foto :khanzaya.wordpress.com/

Kantong kresek (karena bunyi saat di buka berbunyi kresek-kresek )  merupakan hal yang tidak asing lagi di kehidupan kita, Cerita punya cerita, kantong plastik yang biasa kita dipakai sehari-hari sebetulnya sudah populer pada pertengahan abad ke-19. Penemunya adalah Alexander Parkes, ahli kimia asal Inggris yang lahir di Birmingham pada 29 Desember 1813. Pada 1862, Parkes memamerkan benda bernama parkesine, cikal bakal plastik yang dibuat dari bahan selulosa, pada Great International Exhibition di London. Penemuan ini terus berkembang sehingga kantong kresek banyak dikenal di Amerika Serikat pada 1966. Pada 1977 tas belanja plastik mulai diperkenalkan industri supermarket sebagai alternatif wadah kertas. Indonesia sendiri kantong plastik secara umum dibagi dua macam. Tipe HDPE (High Density Polyethylene) dan LDPE (Low Density Polyethylene). (metro.tempo.co/)

Di Palembang sendiri pada saat awal masuknya kantong kresek di daerah era tahun 50-an ini produk yang pertama berdear  mengusung merek dagang "Asoy" di dalam kemasannya, sehingga dengan tingkat kemudahan dalam penyebutan kata-kata "Asoy" ketimbang "kresek" (apalagi "R" nya orang Palembang memiliki keunikan tersendiri), dengan luasnya penyebaran dari kantong plastik bermerk Asoy ini menjadikan lebih melekat di dalam pikiran masyarakt kota ini.

Berdasarkan informasi bahwa penyebarak kantong plastik bermerek Asoy ini meliputi wilayah Jambi, Lampung, Bangka & Belitung,Bengkulu, Pekanbaru dan sebagian daerah Padang, sehingga tidak heran kalau ke pulau Jawa mereka kurang mengerti kantong asoy tetapi mereka tahu nya kantong kresek.

No comments:

Post a Comment