CANTUMKAN SUMBERNYA JIKA MENGGUNAKAN GAMBAR ATAU ARTIKEL DARI BLOG INI - HORMATI HAK CIPTA ORANG LAIN.

31 July 2012

Sejarah Pasar 16 Ilir Palembang

Suasana Pasar 16 Ilir di tahun 1970 an sumber : kitlv.nl
Geliat perekonomian 16 Ilir dan sekitarnya sesungguhnya sudah dimulai sejak Kimas Hindi Pangeran Ario Kesumo Abdulrohim memindahkan pusat kekuasaan dari 1 Ilir yang dibakar habis oleh VOC tahun 1659 ke Kuto Cerancang (kini kawasan Beringin Janggut, Masjid Lama dan sekitarnya) pada tahun 1662. Denyut perekonomian itu makin terasa saat cucu Kimas Hindi Sultan pertama Palembang yang bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam yaitu Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo memindahkan keraton ke Kuto Kecik, seiring pembangunan Masjid Agung pada tahun 1738.

Kawasan itu pun menjadi pemukiman tepian sungai, dengan sistem budaya tepian sungai (riverine culture) yang dianut rakyatnya. Sungai Tengkuruk dan Sungai Rendang yang bermuara ke Sungai Musi ersama Sungai Kapuran menjadi "benteng" bagi Masjid Agung dan Keraton Kuto

Pasar 16 Ilir tahun 1980 an
sumber : Tropenmuseum
Kecik menjadi pusat perdagangan kala itu. Rakyat dari hulu dan hilir Sungai Musi membawa hasil alam dan menjualnya di sepanjang tepian sungai ini.

Setelah menaklukkan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1821, Belanda kemudian mengangkat potensi perekonomian di kawasan itu. Dimulailah pembangunan dengan planologi yang "disesuaikan" dengan keadaan semula.

Sebagai daerah perdagangan, dibangunlah pertokoan dan perkantoran di sepanjang tepian Sungai Tengkuruk. Seperti lazimnya perkembangan pasar saat ini, perdagangan di Pasar 16 Ilir berawal dari "pasar tumbuh", yang terletak di tepian Sungai Musi (sekarang Gedung Pasar 16 Ilir Baru hingga Sungai Rendang, Jl Kebumen).

Pola perdagangan di lokasi itu, setidaknya hingga awal 1900-an, dimulai dari berkumpulnya pedagang “cungkukan”(hamparan), yang kemudian berkembang dengan pembangunan petak permanen.

Untuk kawasan Pasar Baru (hingga kini masih bernama Jl Pasar Baru) saat itu sudah berderet bangunan bertingkat dua yang di bagian bawahnya menjadi tempat berjualan. Los-los mulai dibangun sekitar tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939.

Sementara itu, muara Sungai Rendang menjadi salah satu "dermaga" pilihan perahu kajang (perahu beratap) berlabuh. Perahu, yang sekaligus menjadi tempat tinggal, ini membawa hasil bumi dari daerah di hulu Sungai Musi untuk diperdagangkan di Pasar 16 Ilir. Hal yang sama juga berlaku di Sungai Sekanak. Menurut W.F. Wertheim (1958), Kotapraja (Gemeente) kemudian dilafazkan lidah Palembang sebagai Haminte melakukan beberapa kebijakan pembangunan. Dibangunlah semacam taman di Talangsemut, pusat perdagangan di 16 Ilir, pelabuhan di Sungai Rendang, serta pusat perkantoran di sekitar Benteng dan Tengkuruk.

Pasar 16 dan Mobil yang lalu lalang sumber : Raden M Amin
Kebijakan ini termasuk rencana pembuatan bulevar. Untuk merealisasikan rencana itu, Sungai Tengkuruk ditimbun pada tahun 1928. Di atasnya, dibangunlah jalan dalam dua jalur. Di bagian kiri dari arah Sungai Musi tampaklah jajaran pohon, dan kanannya, bangunan dua tingkat, yang merupakan perkantoran. Kawasan 16 Ilir sebagai pusat perekonomian tampaknya semakin "hidup". Apalagi saat terjadi rubberboom sekitar tahun 1912 dan 1915, orang-orang di Keresidenan Palembang (masuk seluruh daerah di Sumsel) demikian mudahnya membeli mobil. Peningkatan kemakmuran makin menjadi setelah tahun 1920. Dalam tahun 1920, mobil pribadi belum sampai 300 buah. Tetapi, pada tahun 1927, jumlahnya meningkat sampai 3.475 buah. Mobil ini terdiri atas berbagai mereka, antara lain Ford, Albion, Rugby, Chevrolet, dan Whitesteam (Djohan Hanafiah: Dicari, Walikota yang Memenuhi Syarat: 2005).

Betapa makmurnya para toke para dan pebisnis masa itu tampaknya menjadi "wajah" Pasar 16 Ilir. Berita di Pertja Selatan, 17 Juli 1926, tertulis bahwa di kawasan Sungai Rendang, telah berdiri show room mobil Ford. Bahkan, penjual mobil pun telah memakai surat kabar sebagai sarana promosi dalam bentuk iklan. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu zaman kemerdekaan, geliat perekonomian makin tampak di kawasan ini. Antara lain, menurut kesaksian lisan beberapa orang yang hidup pada masa itu, keberadaan beberapa bank di Jl Tengkuruk. Yaitu, Nederland Indische Bank, Bank Esconto, Chinese Bank, Bank Ekonomi, dan Bank Indonesia. Di dekat Bank Indonesia, ada Kantor Listrik yang bersebelahan dengan Kantor Pajak. Di dekat Chinese Bank, berderat pula bangunan bernama Cuan Ho, yaitu semacam usaha jasa angkutan (ekspedisi). Perusahaan ini mengangkut barang dari Boombaru ke Pasar 16 Ilir. Pada masa ini, dikenallah kuli king, yaitu orang-orang Tionghoa yang bertubuh tegap dan kuat. Di dekatnya, terdapat Toko Dezon, atau toko matahari menurut sebutan wong Plembang. Di bagian tepi Sungai Musi, terdapat dua dermaga. Yaitu, dermaga perahu tambangan di bagian hilir dan Dermaga Kapal Marie di bagian hulu (saat ini, lokasinya di bawah Jembatan Ampera).

Pasar 16 Ilir sumber : Raden M Amin
Tingginya tingkat perdagangan, juga terlihat dari sejarah pemindahan pelabuhan di Palembang pada masa penjajahan Belanda. Juga catatan mengenai banyaknya kapal yang keluar masuk lewat Sungai Musi ke kota ini. Seiring kejatuhan Kesultanan Palembang Darussalam, Belanda membangun pelabuhan yang dinamakan Boom Jeti di depan Benteng Kuto Besak (sekarang Perbekalan dan Angkutan [Bek Ang] Kodam II Sriwijaya). Sebelumnya, sudah ada pelabuhan di kawasan 35 Ilir. Tahun 1914, pelabuhan dipindahkan ke muara Sungai Rendang (kini dikenal sebagai Gudang Garam). Dengan alasan pelabuhan tidak mampu lagi menampung kapal yang keluar masuk, Belanda kembali

memindahkan pelabuhan ke kawasan di antara Sungai Lawang Kidul dan Sungai Belebak. Pelabuhan yang dikenal sebagai Boom Baru ini ditetapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda lewat Staadblad No. 545 Tahun 1924. Kala itu, panjang dermaganya sekitar 250 meter dan dilengkapi dengan Kantor Doane atau Bea Cukai terapung. Sebagai perbandingan, perkembangan perdagangan berskala ekspor dan impor di Palembang dapat dilihat dari total jumlah kapal yang beraktivitas serta banyaknya barang di dua pelabuhan itu pada dua masa berbeda. Pada tahun 1880, kapal yang beraktivitas di Boom Jeti sebanyak 177 unit dengan volume barang sejumlah 30.330 meter kubik (sekarang, satuan yang dipakai adalah TEUS). Sementara tahun 1929, jumlah kapal mencapai 1.559 unit dan barang sebanyak 4.050.408 meter kubik.Semua barang yang diangkut kapal berbendera Hindia Belanda, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Norwegia, Swedia, Denmark, dan Italia itu sebagian besar dipasarkan di Pasar 16 Ilir. Ini merupakan salah satu faktor yang membuat pesatnya perkembangan kawasan ini.

30 July 2012

Rubber Restrict Kanttor Palembang

Rubber Distric yang terletak di Raadhuis weg tahun 1935 Foto : kitliv.nl
Rubber Restrict Kanttor (kantor restriksi karet) yang dibangun pada tahun 1930-an memiliki peranan penting dalam menentukan kebijakan menghadapi krisis ekonomi dunia (malaise) 1920/1930. Berdasarkan sejarahnya dari dulu Palembang sangat di kenal dengan komoditi kopi dan Karet yang di kuasai oleh tiga kelompok besar yaitu kelompok Firma, Kelompok 3 eksportir & kelompok eksportir kolonial.

Kantor rubber restric yang berubah menjadi kantor PM
Jl. Merdeka (2008)

Apalagi saat terjadi rubber boom sekitar tahun 1912 dan 1915, orang-orang di Keresidenan Palembang (masuk seluruh daerah di Sumsel) demikian mudahnya membeli mobil. Peningkatan kemakmuran makin menjadi setelah tahun 1920. Dalam tahun 1920, mobil pribadi belum sampai 300 buah. Tetapi, pada tahun 1927, jumlahnya meningkat sampai 3.475 buah. Mobil ini terdiri atas berbagai mereka, antara lain Ford, Albion, Rugby, Chevrolet, dan Whitesteam (Djohan Hanafiah: Dicari, Walikota yang Memenuhi Syarat: 2005).

Betapa makmurnya para toke para dan pebisnis masa itu tampaknya menjadi "wajah" Pasar 16 Ilir. Berita di Pertja Selatan, 17 Juli 1926, tertulis bahwa di kawasan Sungai Rendang, telah berdiri show room mobil Ford. Bahkan, penjual mobil pun telah memakai surat kabar sebagai sarana promosi dalam bentuk iklan. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu zaman kemerdekaan, geliat perekonomian makin tampak di kawasan ini. Antara lain, menurut kesaksian lisan beberapa orang yang hidup pada masa itu, keberadaan beberapa bank di Jl Tengkuruk. Yaitu, Nederland Indische Bank, Bank Esconto, Chinese Bank, Bank Ekonomi, dan Bank Indonesia.

Di dekat Bank Indonesia, ada Kantor Listrik yang bersebelahan dengan Kantor Pajak. Di dekat Chinese Bank, berderat pula bangunan bernama Cuan Ho, yaitu semacam usaha jasa angkutan (ekspedisi). Perusahaan ini mengangkut barang dari Boombaru ke Pasar 16 Ilir. Pada masa ini, dikenallah kuli king, yaitu orang-orang Tionghoa yang bertubuh tegap dan kuat. Di dekatnya, terdapat Toko Dezon, atau toko matahari menurut sebutan wong Plembang. Di bagian tepi Sungai Musi, terdapat dua dermaga. Yaitu, dermaga perahu tambangan di bagian hilir dan Dermaga Kapal Marie di bagian hulu (saat ini, lokasinya di bawah Jembatan Ampera).

29 July 2012

Pekan Olah Raga Mahasiswa IX Palembang Tahun 1971

Saat penyalaan obor POM IX di stadion patra jaya tahun 1971 Foto : explaju.com

Keberadaan POMNAS tidak terlepas dari sejarah perjalanan BAPOMI sebagai induk olah raga kemahasiswaan di Tanah Air. Pada awal 1950, perkumpulan dan organisasi olah raga mahasiswa telah terbentuk dan tumbuh berkembang. Di Jakarta telah membentuk suatu wadah olah raga mahasiswa yaitu UFIA (khusus untuk mahasiswa Jakarta UFI), di Bandung IOMA, dan di Bogor UFA yang telah mampu mengoordinasi dan melaksanakan kegiatan kegiatan olah raga mahasiswa.

Gedung Olahraga atau sering di sebut Sport Hall 2008

Organiasi-organisasi itulah yang telah mendorong, menciptakan, dan mewujudkan suatu pertemuan para olah ragawan dalam suatu Pekan Olahraga Mahasiswa (POM). POM I berhasil diselengarakan pada Desember 1951, di Yokyakarta. Kegiatan tersebut terus berlangsung secara kontinyu setiap dua tahun sekali.

POM IX/1971 di Palembang, tercatat sebagai POM terbesar yang diprakarsai mahasiswa sekaligus penyelengaraanya adalah mahasiswa, juga sebagai POM yang terakhir yang diselengarakan oleh BKMI (Badan Keolahragaan Mahasiswa Indonesia). POM berikutnya yang sedianya akan diselengarakan di Bandung 1975, tidak dapat diselengarakan karena situasi dan kondisi waktu itu tidak memungkinkan.

Sejak 1974, praktis kegiatan olah raga mahasiswa tidak terkoordinasi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian memprakarsai pertemuan di Bandungan, Jateng, pada 1978 dan dibentuklah tim pembina olah raga mahasiswa tingkat nasional dan mengadakan Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa (Porseni) Nasional I pada 1978. 

Jalan yang kiri-kananya banyak terdapat pohon-pohon yang membuatnya menjad salah satu jalan yang asri selain jalan Merdeka, Nama jalan ini di ambil dari pelaksanaan Pekan Olahraga Mahasiswa ke IX di Palembang tahun 1971 bersamaan dengan di pakainya GOR (Gedung Olahraga) untuk kegiatan tersebut.

Jalan POM IX tahun 2008
Untuk lokasi wisma atlet di gunakan rumah-rumah yang ada di kawasan kampus saat ini, itulah sebabnya jalan-jalan yang di gunakan di kawasan tersebut menggunakan cabang olah raga seperti jalan pencak silat, jalan catur, jalan yudo, jalan golf, jalan panahan dan lain-lain.

Untuk itu juga pemerintah kota palembang mempersiapkan infrastruktur dengan membangun Sort Hall / gedung olahraga indoor tepat di samping stadion bumi sriwijaya.

28 July 2012

Palembang Tahun 1980-an

Add caption



Foto kawasan seberang ulu tahun 1980-an


Foto Ampera dari Boom baru tahun 1980-an

25 July 2012

Sejarah Toko Hasan AS Palembang

Toko Hasan AS Palembang tahun 1960-an
Tepat di seberang Pasar Raya JM terdapat deretan pertokoan yang menjual buah tangan khas Palembang, perlengkapan orang meninggal, jamu-jamu, perlengkapan pengantin, akikah dan lain-lain yang lebih dikenal dengan Pertokoan Hasan AS.

Toko Hasan AS Palembang 2008
Pertokoan yang sudah ada sejak tahun 1950-an ini dari dulu merupakan toko penjual makanan khas Palembang yang tidak ada duanya pada saat itu, sehingga banyak orang-orang yang dari luar Palembang jika ingin kembali lagi ke kotanya untuk membeli oleh-oleh di toko ini.

Di deretan toko ini juga terdapat Hidangan “SURYA “ yang cukup enak di kala itu sehingga banyak para penonton bioskop setelah selesai mampir di hidangan surya ini. Selain hidangan surya di sini juga pernah berdiri hotel melati yang sekarang sudah tidak beroperasi lagi.

Saat ini bentuk toko ini pun tidak banyak berubah dari dulu hanya satu tepat jualan yang saat ini di bagi-bagi menjadi beberapa blok dari anak keturunan hasan as, seperti toko Saidi Hasan AS, toko Roha Hasan AS, toko Fia Hasan AS dan lain-lain.

Sumber : Di rangkun dari berbagai tulisan

Radio Pertama Di Palembang 1946

Radio Pertama Di Palembang 1949 sumber foto : gahetna.nl

Tidak banyak masyarakat di lorong Kebangkan, Jl Segaran, Kelurahan 9 Ilir mengetahui jika kawasanya merupakan pusat penyiaran radio pertama para pejuang era kemerdekaan. Keterangan banyak di dapat para orang tua yang sudah cukup lama tinggal di kawasan tersebut. 

Hermanto (71), salah satu warga setempat mengingat, saat ia kecil, di RT 7 RW 02 saat ini terdapat rumah panggung besar. Rumah panggung ini merupakan tempat berkumpulnya para pejuang usai kemerdekaan sekitar tahun 1946. Dari rumah itulah, para pejuang menyiarkan berita seputar perjuangan membakar semangat masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan karena datangnya Belanda usai proklamasi.

Lorong RRI Pertama yang terletak di Jalan Veteran (Mei 2012)
Hanya saja, kini rumah panggung tersebut berubah total. Dibangun perumahan oleh warga setempat. “Waktu saya kecil, dulu memang ada empat tiang bambu untuk pemancar. Disini memang tempat RRI pertama kali,” ucap salah seorang nenek. 

Menyusuri Lrg Kebangkan, ternyata tembus ke Jl Veteran. Masuk dari jalan Veteran, terdapat lorong yang kini dinamai lorong RRI Pertama. Mengisyaratkan, kawasan tersebut sebagai tempat penyiaran RRI pertama kali. 

Keterangan Nuntcik AB (90), rumah panggung digunakan pejuang sebagai tempat penyiaran dulunya samasekali tidak mempunyai nama. Seingat pria yang lahir tahun 1921 ini, tak lama diproklamirkanya kemerdekaan, rumah panggung yang dulunya kosong digunakan Nur Hasim Umar. Orang pertama yang diketahui Nuntcik sebagai penyiar. 

“Namanya dulu bukan RRI. Tapi saat mengudara menyebutkan ini merupakan siaran radio Palembang,” ungkap Nuntjik.  Blak-blakan, Nuntcik mengaku tidak pernah secara langsung mendengarkan siaran radio Palembang tersebut. Alasanya sederhana, hanya segelintir masyarakat kala itu memiliki radio. Ketika siaran, masyarakat berkumpul di salah satu rumah dan mendengarkanya bersama-sama. 

“Cuma dari keterangan yang saya dapat, siaranya memang untuk memberitakan dan mengibarkan semangat perjuangan. Saya sendiri, lebih suka datang ke kantor ledeng mendengarkan pidato langsung Pak AK Gani atau Pak Abdul Rozak,” tandas Nuntcik.

Kepala Stasiun RRI Palembang, Drs H Herman Zuhdi MSi membenarkan cikal bakal berdirinya RRI dari lorong Kebangka, 9 Ilir. Dari data RRI sendiri, pemancar radio ini diambil alih dari tangan Jepang, Maret 1946. Dengan gelombang 37 meter, kekuatan 300 watt. 

Secara nasional, pemancar radio kebanyakan diambil alih dari tangan Jepang, seiring kekalahan tentara negeri Matahari Terbit ini dari tentara sekutu. Bahkan, malam tanggal 17 Agustus 1945, teks proklamasi menyatakan kemerdekaan RI, dibacakan kembali oleh pejuang melalui radio di relay ke beberapa kota besar.

Gedung RRI Palembang di Jl. Radio saat ini
Sumber foto : worldradio.map
Keberadaan siaran radio di lorong Kebangkan tidak bertahan lama. Awal Januari 1947, Belanda menyerang tempat ini. Membuktikan adanya ketakutan Belanda siaran dari Lrg Kebangkan ini membayakan keberadaan mereka. Alhasil, dari lorong Kebangkan siaran dipindah ke Muara Enim. Juli 1947 siaran kembali dipindah ke kota Curup.  
               
Tahun 1949, pemuda tergabung dalam AURI dan PTT bekerja sama membangun pemancar baru dengan kekuatan 150 watt dengan panggilan “Disini Radio Perjuangan Bukit Barisan”, berkedudukan di Muara Aman. 

Saat inilah dikenal namanya perang antar radio. Belanda yang menguasai Palembang dan menguasai radio resmi Palembang selalu mendapat gangguan. Radio Bukit Barisan milik pejuang kemerdekaan dengan gelombang 61,2 meter pun diincar untuk di bumi hanguskan. 

Setelah beberapa kali mengalami perpindahan, kantor studio dan peralatan kemudian kembali masuk ke dalam kota seiring perpindahan kekuasan. Tahun 1962, gedung studio RRI di jalan Radio Km 4 selesai dibangun, kemudian diresmikan oleh presiden Soekarno. Hingga kini markas RRI Palembang dengan coverage Sumsel berada di jalan Radio. (wwn)

Sumber Tulisan : http://sumeksminggu.com/

Kawasan Internasional Plaza dan Sekitarnya

Bioskop Internasional yang sekarang menjadi Internasional Plaza, Apotik Kinol yang sudah menjadi Supermaket Marathon, Toko sepatu Bata juga tampak di antara jajaran bangunan ini sumber : Facebook

Foto yang satu ini di perkirakan pada tahun 1965 - 1970 an dimana lokasi yang di ambil adalah di jalan Jenderal Sudirman tampak diantara jajaran gedung tersebut antara lain :

Bioskop Internasional (sekarang menjadi Internasional Plaza), di bioskop ini dibagi kelas. Untuk paling depan didekat layar adalah kelas III, makin atas maka kelaspun makin tinggi, hingga yang kelas yang paling tinggi saat itu di Balkon. Di bioskop ini pernah diadakan  konser musik undergound THE PEELS yang di iringi oleh band asli Palembang “The Golden Wing’.

 Rumah Makan Kejora (Sekarang Martabak HAR). Uniknya  Di RM Kejora ini siapa yang makan di lantai atas, gulai dan nasinya “ditarik” menggunakan  bandul keatas, tidak di hidangkan dengan tangan seperti yang kita sering lihat di rumah makan padang saat ini, dan di atas sudah ada orang yang menunggu untuk mengambil gulai dan nasi tersebut, dan lucunya pernah kejadian bandul itu lepas sehingga nasi dan gulai jatuh berantakan. 

Toko Sepatu Bata dan Apotik Kinol (sekarang Supermarket Marathon). Apotik Kinol ini merupakan apotik yang cukup terkenal pada saat itu, di sebelahnya ada toko kain INDIA pindahan dari jalan TENGKURUK karena terkena pengusuran Jembatan MUSI, tetapi ada juga apotik lain yaitu yang berjarak 2 toko yang menghebokan saat itu yaitu Apotik “Perdani” yang di milik oleh  HAMID KEMANG Tokoh PKI SUMSEL, pada zaman itu banyak yang demo dengan melempar batu dan melakukan perusahakan terhadap apotik tersebut, sehingga  pihak KODAM lah yang melakukan penyitaan pada apotik tersebut.

Sumber  : dirangkum dari berbagai sumber

22 July 2012

Kambang Iwak Kecik Update

Kambang Iwak Kecik di Kawasan Talang Semut

Gambar Kambang Iwak Kecik yang di ambil pada Minggu, 22 Juli 2012

21 July 2012

Hotel Aston Palembang

Hotel Aston Palembang yang teretak di Jalan Basuki Rahmat
Hotel Aston International secara resmi telah beroperasional dan menerima tamu. Hotel yang dulunya sempat vakum hampir dua tahun ini hadir dengan mengusung konsep yang lebih lebih fresh, modern dan minimalis dengan kelengkapan fasilitas yang jauh di atas sebelumnya. Grand opening telah dilakukan tanggal 23 Juli 2011.
Hotel bintang empat ini memuat 163 unit kamar yang tersebar pada 11 lantai. Untuk ruang hiburan dipusatkan di lantai tiga, termasuk kolam renang, arena olahraga atau fitnes dan ruang spa. Tipe room hotel ini terdiri dari deluxe, deluxe premier, junior suite, dan executive suite, masing-masing dilengkapi AC, LCD TV, WiFi, mini bar, safe deposit box, dan fasilitas lain disediakan di kamar.

Sarana edutainment yang lengkap ini juga didukung akses di jalur strategis Palembang, yakni Jalan Basuki Rahmat yang menjadi salah satu kawasan pusat bisnis terbesar. Tarif normal menginap mulai Rp 950 ribu-Rp 5 juta/malam.

Hotel juga dilengkapi dengan restoran, ballroom yang mampu menampung 800 orang, lima meeting room berkapasitas 50-100 orang.

Hotel Aston Palembang****
Jalan Basuki Rahmat No.189 Palembang
Telepon (0711) 388999

Sumber tulisan : metropalembang.com

Keripik Maicih di Palembang

Keripik Maicih yang sudah banyak di jual di Palembang baik di toko atau pedagang yang menggunakan mobil di kawasan TVRI / Jalan Sumpah Pemuda dan seputaran Kambang Iwak.

Keripik Maicih Keunikannya Sedahsyat Pedasnya

MUNGKIN anda pernah mendengar makanan yang bernama keripik Maicih, ya, keripik ini sedang memboming dan bahkan menjadi tren gaya hidup di kalangan anak muda sekarang.

Salah satunya adalah kota semarang, yang menjadi sasaran penjualan rnkeripik maicih satu ini. Siang itu, di kawasan taman menteri supeno ataurn lebih tepatnya di depan SMAN 1 Semarang, sejumlah anak muda terlihat rnmengerubuti pedagang keripik Maicih yang menggelar lapaknya.

Mereka berebut untuk membeli keripik fenomenal ini. Keripik Maicih rnadalah makanan asli dari kota Bandung, yang rasa pedasnya fenomenal, rndengan aroma rempah, gurih akan membuat lidah berputar-putar. Rasa pedasrn yang luar biasa yang ditawarkan, keripik ini hingga mendapat julukan rn"kripik setan".

Kripik super pedas ini ada tiga jenis, yaitu Keripik Singkong, Seblakrn dan Gurilem, dan di masing-masing jenis itu terdapat level kepedasan rntertentu. Tak hanya rasa yang super pedas itu, kripik satu ini mempunyairn keunikan tersendiri dalam menjualkan dagangannya, yaitu dengan cara rnmisterius. Mereka menjual dengan cara "bergentayangan".

Menurut salah seorang penjual maicih, Ifa, bergentayangan adalah cararn menjual keripik tersebut dengan beredar dari satu tempat ke tempat rnlain. Dia menambahkan, jika ingin membeli dan mencicipi kedahsyatan rnkeripik ini anda harus memfollow akun maicih yaitu, @infomaicih.

Salah seorang yang penasaran dengan rasa keripik setan ini adalah rnDanu, dia mengaku penasaran, karena tahu dari teman-temannya tentang rnkedahsyatan keripik ini. "Ketika siang itu saya mendapat kabar dari rnseorang teman saya, kalau di depan SMAN 1 sedang ada penjual keripik rnmaicih, maka saya langsung meluncur untuk membuktikan kedahsyatan rnrasanya", ujar Danu.

Sumber tulisan : maicih.co.id

20 July 2012

19 July 2012

Sejarah Angkot Di Palembang

Angkot Palembang Jurusan Ampera Kertapati tahun 1960-an
Angkot Plaju di Bundaran Hotel Sehati 1990
Sumber foto : Sumber foto : Indiegangers.nl
"Pada tahun 1950 itu berbagai jenis kendaraan bekas perang dunia II (dump) dan kendaraan lain tentara kerajaanBelanda dikumpulkan di bekas lapangan terbang Sekojo di Sungai buah dan ditanah kosong dekat kantor DPLAD di ujung jalan Bukit Kecil. Kendaraan-kendaraanbekas (dump) ini dijual kepada umum. Kendaraan-kendaraan inilah yang kemudian dijadikan truk angkutan barang dan opelet (di Palembang opelet ini disebut“taksi”) yang terbuat dari bekas jeep dengan body konstruksi kayu (semacam Jeepney di Manila dengan ukuran lebih kecil). “Taksi” Palembang didominasi oleh jeep hasil rekonstruksi dan renovasi yang kreatif ini".

Angkot Kertapati di Palembang saat
Untuk angkot seberang ulu banyak menggunakan mobil-mobil chevrolet yang sering di sebut dengan "opel/oplet". sedangkan untuk di seberang ilir angkot banyak menggunakan Jeef willys.

Secara berangsur dengan mulai beroperasinya kembali perusahaan dealer yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, seperti Koek & Co yang memasukkan kendaraan merek Chevrolet, kendaraan barupun mulai bermunculan, termasuk juga merek Fiat, Austin, Dodge,Fargo, dan lain-lain. Pada tahun 1985-an  terjadi perubahaan penggunaan kendaraan angkot di Palembang mulai menggunakan produk Jepang yang diangap lebih irit BBM dibandingkan dengan mobil keluaran Eropa.

Hasil gambar untuk mobil hiace tempo dulu
Toyota Hiace pickup sumber : serayamotor.co
Dengan mengusung Toyota Hiace yang sudah di modifikasi sama seperti angkot sebelumnya yang bagian belakang menggunakan kayu yang di tutupi dengan plat tipis yang di beri warna sesuai dengan rute masing-masing, seperti di Plaju warna angkot merah, Kertapati warna angkot kuning, Tangga buntung warna coklat dan lain-lain, kecuali Perumnas yang merupakan rute baru sudah menggunakan jenis kendaraan Mitsubishi L-300 dengan warna angkot abu-abu.
Bukan hanya itu saja di bagian kiri kanan angkot juga terdapat tulisan sepert Sejahterah, Singa Permata, Pasific, sehingga tidak heran ada penumpang yang bilang "angkot sejahtera".

Pada tahun 2000-an pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk peremajaan angkot sehingga angkot Hiace untuk trayeknya tidak di perpanjang lagi. Sehingga peremajaan angkot pun di lakukan oleh  pemerintah kota Palembang dan di ganti dengan angkot yang ada saat ini. Untuk angkot-angkot jenis Hiace yang tidak lagi di perpanjang trayek nya banyak di jadikan pickup untuk angkutan bahan bangunan ataupun jadi kendaraan angkutan lainnya.


sumber tulisan : kedaikopi.com dan di rangkum dari sumber-sumber lainnya.

18 July 2012

Wilhelmina park di Palembang

Taman Wilhelmina di Palembang tahun 1900 Foto : Kitlv.nl

Hampir di setiap kota jajahan Belanda memiliki taman yang bernama Wilhelmina seperti di Jakarta Wilhelmina park nya terletak samping masjid Istqlal yang sekarang jadi bagian dari masjid Istiqlal sendiri, ataupun taman medeka yang dulunya merupakan Wilhelmina park di kota Semarang.

Wilhelmina Hotel Palembang 1900 Foto : Kitlv.nl
Begitu juga di  Palembang berdasarkan catatan sejarah Wilhelmina park yang tampak pada foto tertera tahun 1900 yang terletak Taman luasnya hanya 2-3 Hektar ini yang terbentang cukup luas yang berbatasan langsung dengan Jalan sluisweg ( Jalan Rumah Bari saat ini ), dan di Utara di hapit oleh sungai kapuran dan di sebalah barat dengan Jalan sekanak  dan untuk di sebelah selatan berbatasan dengan jalan kratonweg (jalan kraton). sebagai ilustrasi saat ini dari Kantor ledeng (watertoren), Balai prajurit (Bioskop Intium/Luxsor), dan Kantor Pol PP ( balai pertemuan).

Di seberang Wilhelmina Park tersebut berdiri bagunan Hotel Ratu Wilhelmina, yang pada saat itu mayoritas terbuat dari kayu  yang terdiri dari beberapa bangunan, saat ini lokasi tersebut di gunakan jadi Asrama tentara. 
Lukisan Wilhelmina Hotel Palembang 1900 Foto : Kitlv.nl

 Sumber tulisan : di rangkum dari berbagai sumber

17 July 2012

Tradisi Nenggung di Palembang

Tradisi Meninabobokkan Anak di Palembang


Ilustrasi  Nenggung sumber : medicalera.com
KETIKA bayi atau anak kecil sulit tidur atau terbangun terus ketika sedang tidur, maka dengan bergegas Sang Ibu akan meninabobokkannya dengan berbagai lagu yang diiramakan yang disebut nenggung. Namun, sangat disayangkan tradisi nenggung di kalangan masyarakat Palembang dan sekitarnya hanyalah tinggal kenangan. Tradisi nenggung sekarang tinggal cerita. Orang tua masa kini sudah tidak dapat lagi meninabobokkan anaknya dengan nenggung karena sudah ada penggantinya. 

Nenggung sudah dapat digantikan dengan berbagai lagu anak atau lagu-lagu masa kini yang tentu saja yang dapat dihapal oleh Ibu si anak. Saat ini, banyak alternatif lagu atau musik yang lebih menjanjikan, antara lain radio, kaset, CD, bahkan DVD. Wajarlah, para ibu masa kini sudah tak dapat meninabobokkan anaknya dalam belaian atau buaian ibunya. 

Nenggung adalah nyanyian berupa pantun untuk menidurkan anak yang berisi ajaran agama, moral, dan nasihat yang berguna sehingga anak merasa nyaman tidur. Biasanya nenggung dituturkan ketika anak akan tidur atau susah tidur karena suatu hal, antara lain karena sakit atau perasaan tidak nyaman. Nenggung dapat dituturkan oleh Ibu, ayah, nenek, kakek, atau sanak keluarga lainnya yang dekat dengan si anak. Setakat ini, nenggung pada etnis Palembang jarang digunakan lagi bahkan nyaris punah.

Berikut adalah cuplikan Nenggung:
Lailahaillahlah Muhamaddarasullulah
Hul malikul haqqul Mubin
Muhammadurrosullulah
Shadiqul wa’dul Aamiin

Berapo banyak barang di peti
Cuma sikok tekepel beringin
Berapo banyak wong di sini
Cuma sikok yang aku ingin

Papan cuci kayunyo jati
Buahnyo si hitam putih
Sudah lama kami nuruti
Rambutku hitam jadi putih

Jalan-jalan kampong ujung
Hari panas terbuka payung
Mato lenting, hidung mancung
Seperti bulan awan mengandung

Buah delimo di dalam peti
Campak di tanah betangkai empat
Sudah lamo kami menanti
Baru sekarang kamek mendapat

Anjing ini penjaga ruma
Ristan makanan ia terima
Kalu pintar kito ternama
Kalu buyan idup merana

Nak minjem jarum sulaman
Jangan sampe hilang ukurnyo
Dicium pelan-pelan
Jangan sampe ilang pupurnyo

Buah mangga di bungkus rapat
Padi di ladang di makan kuda
Dua tiga boleh kudapat
Tidak sama dengen ananda

Ngesek biola di bawa tanggo
Kaco ruma remuk jualan cino
Makmano hati dak gilo
Nyelek cucung dak becelano

Durian campak dengen durinyo
Campak ke sekel dak kan luko
Awak baik dengen budinyo
Sampe mati dak kan kulupo

Nak gugur-gugurlah nangko
Jangan nimpo si batang padi
Nak tiduk, tiduklah mato
Jangan nyinto si main lagi

Artinya:

Berapa banyak barang di peti
Hanya satu terkepal beringin
Berapo banyak orang di sini
Hanya satu yang aku ingin
 
Papan cuci kayunya jati
Buahnyasi hitam putih
Sudah lama kami turuti
Rambutku hitam jadi putih

Jalan-jalan kampung ujung
Hari panas terbuka payung
Mata lenting, hidung mancung
Seperti bulan awan mengandung

Buah delimadi dalam peti
Jatuh di tanah bertangkai empat
Sudah lamakami menanti
Baru sekarang kami mendapat

Anjing ini penjaga rumah
Sisa makanan ia terima
Kalau pintar kita ternama
Kalau bodoh hidup merana

Ingin meminjam jarum sulaman
Jangan sampai hilang ukurnya
Dicium pelan-pelan
Jangan sampai hilang bedaknya

Buah mangga di bungkus rapat
Padi di ladang di makan kuda
Dua tiga boleh kudapat
Tidak sama dengan ananda

Menggesek biola di bawah tangga
Kaca rumah remuk jualan Cina
Bagaimana hati tak gila
Melihat cucu tidak bercelana

Durian jatuh dengan durinya
Jatuh ke kaki tidakkan luka
Kamu baik dengan budinya
Sampai mati tidakkan kulupa

Mau gugur-gugurlah nangka
Jangan menimpa si batang padi
Mau tidur, tiduklah mata
Jangan menyinta si main lagi
Nenggung di atas dituturkan sambil si anak ditimang-timang atau diayun agar si anak segera tidur.
---------------------------------------------------------
Jadi teringat saat Annisa sakit istri dan nyai nisa menenggungnya memang kalimat seperti itu yang di ucapkan walaupun tidak lengkap

16 July 2012

PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI)

Pusri tahun 1960-an Foto: pusri.co.id

Pabrik pupuk ini didirikan pada 24 Desember 1958 dengan kegiatan usaha produksi pupuk urea. Pabrik ini menempati areal di bekas tapak Benteng Kuto Gawang, yaitu benteng Kerajaan Palembang yang habis dibakar VOC pada tahun 1659. Karena itu pula, di dalam kompleks PT Pusri (Persero) ini, masih banyak terdapat situs arkeologi. Produksi pertamanya pada tahun 1963, yaitu Pusri I dengan kapasitas produksi sebesar 100.000 ton per tahun. Sekitar sebelas tahun kemudian, 1974, dibangun Pusri II yang memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 380.000 ton per tahun dan kemudian ditingkatkan menjadi 570.000 ton per tahun pada tahun 1992. Pusri III dibangun tahun 1976 dengan kapasitas produksi terpasang 570.000 ton per tahun. Pengembangan terus dilakukan. Setahun berikutnya, dibangun Pusri IV, yang berkapasitas sama dengan Pusri III. Pada tahun 1990, dibangun Pusri IB, dengan kapasitas yang sama dengan pendahulunya. Pabrik ini sebagai pengganti Pusri I yang sudah dihentikan operasionalnya karena dinilai tidak efisien lagi. Pabrik ini mulai berproduksi pada tahun 1994.

PT Pupuk Sriwidjaja ( Persero ), yang lebih dikenal sebagai PT Pusri , merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk . Secara legal, PT Pusri resmi didirikan berdasarkan Akte Notaris Eliza Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960. PT Pusri , yang memiliki Kantor Pusat dan Pusat Produksi berkedudukan di Palembang , Sumatera Selatan , merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia .

 PT Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . PT Pupuk Sriwidjaja Palembang menjalankan usaha di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Perusahaan yang juga dikenal dengan sebutan PT Pusri ini, diawali dengan didirikannya Perusahaan Pupuk pada tanggal 24 Desember 1959, merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia. Sriwidjaja diambil sebagai nama perusahaan untuk mengabadikan sejarah kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan yang sangat disegani di Asia Tenggara hingga daratan Cina, pada abad ke tujuh Masehi.

PT Pusri telah mengalami dua kali perubahan bentuk badan usaha . Perubahan pertama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1964 yang mengubah statusnya dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). Perubahan kedua terjadi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1969 dan dengan Akte Notaris Soeleman Ardjasasmita pada bulan Januari 1970, statusnya dikembalikan ke Perseroan Terbatas (PT).
Dari aspek permodalan , PT Pusri juga mengalami perubahan seiring perkembangan industri pupuk di Indonesia . Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tanggal 7 Agustus 1997 ditetapkan bahwa seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT Pupuk Kujang , PT Pupuk Iskandar Muda , PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk ., dan PT Petrokimia Gresik sebesar Rp . 1.829.290 juta dialihkan kepemilikannya kepada PT Pupuk Sriwidjaja ( Persero ).

Struktur modal PT Pusri diperkuat lagi dengan adanya pengalihan saham Pemerintah sebesar Rp . 6 milyar di PT Mega Eltra kepada PT Pusri serta tambahan modal disetor sebesar Rp . 728.768 juta dari hasil rekapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kaltim Tbk . Dengan demikian keseluruhan modal disetor dan ditempatkan PT Pusri per 31 Desember 2002 adalah Rp. 3.634.768 juta. 

Tanggal 14 Agustus 1961 merupakan tonggak penting sejarah berdirinya Pusri, karena pada saat itu dimulai pembangunan pabrik pupuk pertama kali yang dikenal dengan Pabrik Pusri I. Pada tahun 1963, Pabrik Pusri I mulai berproduksi dengan kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton urea dan 59.400 ton amonia per tahun. Seiring dengan kebutuhan pupuk yang terus meningkat, maka selama periode 1972-1977, perusahaan telah membangun sejumlah pabrik Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV. Pabrik Pusri II memiliki kapasitas terpasang 380.000 ton per tahun. Pada tahun 1992 Pabrik Pusri II dilakukan proyek optimalisasi urea menjadi 552.000 ton per tahun. Pusri III yang dibangun pada 1976 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun. Sedangkan pabrik urea Pusri IV dibangun pada tahun 1977 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun. Upaya peremajaan dan peningkatan kapasitas produksi pabrik dilakukan dengan membangun pabrik pupuk urea Pusri IB berkapasitas 570.000 ton per tahun menggantikan pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya karena alasan usia dan tingkat efisiensi yang menurun.

Mulai tahun 1979, Pusri diberi tugas oleh Pemerintah melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) untuk mendukung program pangan nasional dengan memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk bagi petani di seluruh wilayah Indonesia.

Pusri saat ini ( 2008)
Pada tahun 1997, Pusri ditunjuk sebagai perusahaan induk membawahi empat BUMN yang bergerak di bidang industri pupuk dan petrokimia, yaitu PT Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur; PT Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat;

PT Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur; dan PT Pupuk Iskandar Muda di Lhokseumawe,Nangroe Aceh Darussalam; serta BUMN yang bergerak di bidang engineering, procurement & construction (EPC), yaitu PT Rekayasa Industri (berkantor pusat di Jakarta). Pada tahun 1998, anak perusahaan Pusri bertambah satu BUMN lagi, yaitu PT Mega Eltra di Jakarta yang bergerak di bidang perdagangan. 


Pada tahun 2010 dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari PT Pupuk Indonesia (Persero) (saat itu masih bernama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero)) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan kewajiban PT Pupuk Indonesia (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang sebagaimana tertuang didalan RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011.  Spin Off ini tertuang dalam Perubahan Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010. 


Sumber tulisan : www.pusri.co.id

15 July 2012

Losmen Jakarta Palembang

Losemen Jakarta tahun 1950-1960 an di Jalan Sayangan Palembang Foto : Raden Muhammad Amin
Losmen Jakarta yang terletak di Jalan Sayangan no 247 palembang ini, saat ini sudah berubah menjadi Hotel melati 3, pada tahun 2004 Losmen ini di lakukan renovasi sehingga berubah menjadi hotel 999 dengan perubahan alamat menjadi no. 769-A/B, dengan kapasitas 20 Kamar hotel melati 3 memberikan pelayanan yang cukup lumayan untuk hotel sekelasnya. Hotel yang terletak di pusat pasar ini banyak di isi oleh "Toke" (juragan-juragan) yang merupakan pedagang dari luar Palembang seperti terutama dari jalur sungai seperti, Telang, Jalur, Sungsang, Makarti, Karang Agung dan lain sebagainya.

Hotel 999 di jalan Sayangan Tahun 2012
Palembang, Sayangan, 0712, Dodi NP